Haiiii... tolong dukungannya yaa ❤❤
happy reading!
••••
Seorang pelayan membawakan dua cangkir kopi ke ruangan VIP di restoran ini. Ruangan yang biasanya hanya dipesan untuk urusan bisnis oleh para pengusaha. Di dalam ruangan tersebut Safira dan Bagaskara saling melempar tawa dan berbincang.
“Gak perlu terlalu formal sama saya, Fir. Santai saja, rileks dan jangan terlalu tegang."
Safira mengulas senyum canggung menanggapi itu. "Hem ... iya, pak."
"Jadi, sebenarnya niat awal saya datang ke perusahaan kamu itu untuk menawarkan kerjasama." Bagaskara memperbaiki duduknya. “Pradipta Group sedang membangun proyek properti senilai 400 Miliar Rupiah, dan saya memilih perusahaan kamu sebagai main contractor-nya.”
"Beneran, pak?" Safira membulatkan matanya tak percaya. Ini seperti mimpi, Safira tidak salah dengarkan? 400 Miliar Rupiah. Ia bisa menutupi semua kerugian yang ada di Bara Corporation dengan mudah.
“Bapak beneran bilang ini?”
“Iya.” Bagaskara mengesap kopi miliknya. "Tapi dengan satu syarat."
"Syarat? Maksudnya?"
"Permintaan saya ini kayaknya terdengar cukup pribadi." Lelaki tua itu kembali menyesap kopi miliknya. Sementara Safira masih menunggu kalimat selanjutnya dari Bagaskara. "Menikah sama anak saya," lanjutnya dan dibalas teriakan terkejut dari Safira.
"Apa?" kali ini ia sangat-sangat terkejut. Matanya mengerjap berkali-kali.
Menikah? dengan anaknya? Kalimat itu sungguh sangat tidak masuk akal. Hei, ia pikir menikah sama dengan membeli permen atau membuang sampah pada tempatnya. Menikah tidak semudah itu. Dan apa? Dengan anaknya, bahkan Safira sama sekali belum pernah melihat anaknya, mengenal saja tidak! Apa ini lelucon?
"Saya akan membayar semua hutang-hutang perusahaan kamu dan berinvestasi di sana sebagai gantinya. Bagaimana? Kamu setuju?" tanya Bagaskara.
"Wow ... bapak bisa aja bercandanya," balas Safira tanpa sadar, lalu ia terkekeh kecil. "Maaf, pak, menikah? Ini lucu sekali."
"Saya serius."
Mata Safira mengerjap lagi, kini rahangnya terbuka lebar. Ia terkejut. "Pak menikah bukan buat bercandaan. Ini ... ini konyol," ucap Safira yang tidak menyangka, dan sedikit kesal saat mendengar itu.
"Mau, katakan iya dan perusahaan ayah kamu bisa bangkit kembali. Kalau tidak, maaf Pradipta Group tidak bisa bekerja sama dengan perusahaan kamu," hardik pria tua itu.
Safira masih merasa sangat kaget saat ini. pikirannya masih melayang entah kemana. Ini memang tawaran yang bagus, tapi mungkinkah ia harus mengorbankan dirinya. Lagi pula menikah itu harus dilandasi dengan rasa cinta. Bagaimana bisa itu terjadi kalau dirinya dan lelaki yang Baskara sebut sebagai anaknya saja tidak saling mencintai.
"Maaf, pak, gak ada syarat lain? Saya pikir menikah tidak semudah itu. Saya dan anak bapak aja belum pernah ketemu, dan kita juga gak saling cinta. Jadi, gak masuk akal kalo saga harus nikah sama anak bapak."
"Itu syarat satu-satunya yang saya punya. Dan soal cinta ... banyak pasangan yang awalnya hidup tanpa saling cinta, tapi mereka baik-baik saja." ucap Bagaskara dengan santai dan masih tetap menatap Safira yang saat ini belum menghilangkan keterkejutannya. "Semua keputusan ada di tangan kamu"
"Boleh saya pikirin ini dulu sebelum memberi jawabannya?" Safira menghela. “Saya butuh waktu.”
"Silahkan, saya tunggu jawaban kamu tiga hari lagi." Bagaskara tersenyum, namun Safira melihat itu sebagai senyum licik.
"Nggak bisa agak lama gitu, pak? Soalnya ini sulit banget, harus dipikirin matang-matang," mohonnya lirih.
"Hmm ... kalo gitu satu minggu lagi, saya tunggu kamu di kantor saya."
Safira mengangguk samar. Astaga, ini keputusan yang sangat membingungkan. "Baik, pak. tapi, gimana sama anak bapak? Apa dia tahu?"
"Dia itu urusan saya. Kamu hanya perlu kasih jawaban kamu ke saya seminggu lagi," balas Bagaskara tegas.
Ini gila, Safira tidak pernah berpikir sejauh ini. Bagaimana mungkin pernikahan bisa dijadikan alat dalam bisnis. Safira benar-benar merasa pusing.
"Boleh saya pulang sekarang, pak?"
"Iya, silahkan. Saya harap kamu membuat keputusan yang baik."
Safira beranjak dari duduknya, ia lantas mengulurkan jabatan tangan sebagai salam untuk berpamitan. Lalu berjalan menuju pintu keluar dengan lesu dan pikiran yang kosong.
"Pikirin kesehatan ayah kamu," ujar Bgaskara sebelum Safira benar-benar keluar dari ruangan itu.
Safira terdiam sebentar dan melangkahkan kakinya yang terasa lemas itu keluar, jantungnya bertalu-talu dengan tubuh yang memanas. Pikirannya buyar, kepalanya pening dan seluruh aliran darahnya seolah berhenti.
"Gimana ini?" Safira mengacak-acak rambutnya setelah sampai di depan mobil.
Sedangkan di lain tempat, Bagaskara tersenyum penuh kemenangan, walaupun Safira belum menyetujuinya, tapi ia merasa kalau gadis itu pasti akan menerima tawarannya, karena Safira tidak akan memiliki pilihan lain, selain menghadapinya.
"Maaf Safira, tapi hanya dengan cara ini saya bisa menyelamatkan anak saya. Saya juga tidak punya pilihan lain selain kamu, Fir." lirih Bagaskara yang masih terduduk di dalam ruangan itu.
••••
Semoga suka, jangan lupa dijadikan favorite ❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Anonymous
b
2024-10-15
0
Sweet Girl
apa yg menjadi penilain 0ak Baskara memilih Safira...???
2021-12-25
0
marya
di kehidupan nyata di lingkungan ku banyak yg di paksa nikah karna harta tp karna cowok nya yang cinta mati. orang tuanya cinta hartanya..tp bener deh semua temen ku yang di paksa menikah berakhir bahagia dengan cinta suami dan hartanya tentunya .walau awalnya ada yang sampe tiga bulan gak mau di sentuh saking benci nya. walau di novel hampir semua pernikahan terjadi karna tanpa cinta dari kedua belah pihak aku paling suka gaya penulisan kk autor yang ini terbaik ..sedih ..senang ..kocak dll pling suka scandal.terus berkarya ya otor.
2021-11-22
0