Cuma ada lo sama gue, gak ada orang ketiga
—Sean—
••••
Di sebuah restoran yang terlihat sangat sepi ini, Safira dan Sean memilih untuk duduk di sudut restoran yang jarang terjangkau oleh pelanggan lainnya. Keduanya terdiam memikirkan kata-kata pertama yang ingin diucapkan. Mereka hanya saling melirik sambil sesekali mengesap minuman mereka masing-masing. Canggung, itulah yang pertama kali mereka rasakan. Safira terus saja mencengkram rok merah yang ia kenakan saat ini.
"Kenapa elo mau dijodohin sama gue?" Sean yang pertama kali memecah hening di sana. Ia mengintrupsi kegiatan Safira yang sedang meremas rok merahnya.
"Memangnya pak Bagaskara gak bilang sama kamu?" tanya Safira bingung, dan tentu saja dijawab dengan kerutan pada dahi Sean. Kalau ia tahu mana mungkin sih ia bertanya pada gadis ini.
"Ngapain gue nanya sama lo kalo gue udah tahu!" balasnya ketus.
Safira merengut. Biasa aja gak usah ngegas kan bisa!
"Em ... perusahaan saya mau bangkrut, dan pak Bagaskara bilang kalo dia mau berinvestasi di—."
"Bukannya itu bagus, terus kenapa lo mau nikah sama gue?" Sean memotong ucapan Safira, membuat gadis itu mendengus kesal.
"Bisa gak kamu diam dulu selama saya bercerita?"
Sean mengedik seraya menyederkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Oke, lo bisa lanjut."
Safira pun kembali melanjutkan kalimatnya. "Ada satu persyaratan yang harus saya lakukan supaya pak Bagaskara mau berinvestasi di perusahaan saya." Safira terdiam, ia kembali menggenggam erat ujung rok merahnya. Sementara Sean terlihat begitu penasaran. "Satu syarat yang menurut saya sangat konyol." Lalu diam-diam Safira menundukan wajahnya. "Saya harus menikah sama kamu," lanjutnya.
Sean bergeming. Lelaki itu memandang lurus ke arah Safira dengan raut wajah yang sulit ditebak. Ia mengerjap beberapa kali sebelum kemudian membuka lebar mulutnya.
"Wah ... udah gue duga! Bokap emang licik banget! Bukan cuma gue yang dia manfaatin, tapi cewek kayak lo juga. Wah, dia emang bokap yang paling mengerikan!" pungkas Sean takjub, dan sedikit tidak percaya.
Safira meremat jari tangannya sembari menatap Sean. "Apa kamu akan nolak ini?"
"Kalo gue nolak, apa yang bakalan terjadi sama perusahaan lo?"
"Bangkrut." Satu kata yang rasanya sulit sekali untuk Safira utarakan. Astaga. Ayah saja belum sehat dan masih berada di rumah sakit, apa mungkin ia sanggup melihat kebangkrutan perusahaan ini? "Saya ngelakuin ini karena ayah saya." matanya berkaca-kaca, dan Sean bisa melihat itu.
Ia terus memandang Safira. Malang sekali nasib gadis itu, ia seperti berada di dua pilihan yang tidak baik. Sebenarnya tidak ada yang dirugikan dari pernikahan itu, mereka saling membutuhkan. Sean membutuhkan perusahaan dan segala fasilitasnya sedangkan Safira membutuhkan investasi dari Bagaskara untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir bangkrut.
Alangkah lebih baik kalau mereka bisa bekerja sama untuk melawan Bagaskara, dengan perjanjian pernikahan mungkin.
"Gini deh." Safira memfokuskan dirinya saat Sean ingin mengatakan sesuatu. "Elo mau perusahaan lo kembali normal, kan?" tanya Sean dengan wajah semringah dan dibalas anggukan oleh Safira. "Kalo gitu kita buat surat perjanjian pernikahan aja."
"Hah? Apa?" Safira berteriak dengan wajah terkejut. Ini ... apa maksudnya?
"Jadi kita nikah, tapi cuma sampe perusahaan lo kembali membaik dan setelah itu kita pisah." jelas Sean.
Safira masih membeku di tempatnya, ia masih berusaha untuk mencerna semua kalimat yang masuk ke dalam telinganya. Nikah? Perjanjian? Apa yang Sean inginkan?
"Kita nikah kontrak, syarat dan ketentuan berlaku. Elo setuju?"
Safira gelagapan. "Eung ... jadi kita gak nikah beneran?"
"Ya enggaklah, kita gak saling cinta—oh iya, siapa nama lo tadi?"
"Safira, kamu bisa panggil saya Fira."
Sean mengangguk. "Oke, Fir. Jadi gue mau kita nikah cuma di depan keluarga kita aja, sisanya ya jalanin hidup kita masing-masing."
"Maksud kamu kayak pernikahan kontrak gitu?"
"Yup betul!"
"Tapi ... ayah saya gak tahu semua ini. Bisa gak kita rahasiain dari ayah saya? Semuanya, dan juga tentang perusahaan saya yang membaik karena pernikahan ini."
"Pastinya dong." Sean bersidekap dengan santai. "Bokap gue juga gak boleh tahu tentang perjanjian kita. Cuma ada lo sama gue, gak ada orang ketiga. Ngerti kan?"
Safira mengangguk. "Iya, saya ngerti."
••••
Tolong berikan like dan vote yaa. Terima kasih ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Tian™
gue orang ketiganya sean🤣🤣🤣🤣
2023-09-15
0
kakaika
awal dari bucinnya seandainya ke safira
2021-10-19
0
inisial Z
aq tunggu ke bucinanmu sean
2021-10-06
0