kalo yang punya poin boleh di sumbang yakk hahah
masih nunggu gak sih??
kasih like sama komen ya
happy reading!
****
Safira tidak pernah berpikir sejauh ini sebelumnya. Ia mengenal Arrabella. Ia sangat tahu hubungan wanita itu dengan suaminya. Dulu hampir seluruh saluran televisi menanyangkan berita hubungan percintaan mereka.
Sebelumnya Mas Angga juga sudah memperingati Safira akan hal ini, dan bodohnya ia mengira jika Sean dan model itu telah lama putus, tapi ternyata, melihat mereka di dalam restoran tadi membuat semua pemikirannya hancur.
Menurut Safira, ketika Sean mengatakan ingin menikah dengannya walau hanya untuk sebuah perjanjian, Sean sudah siap untuk mengakhiri hubungannya dengan perempuan mana pun, setidaknya hanya sampai perjanjian mereka berakhir, karena mereka pun tidak pernah membahas hal ini di dalam perjanjian.
Tapi nyatanya, lelaki itu sangat berani menemui sang mantan kekasih—menurut Safira—di depan publik. Bagaimana jika saat itu Angga melihatnya. Dan bagaimana jika ada wartawan yang mengetahui keberadaan mereka.
Safira tidak pernah mempermasalahkan hubungan mereka, Safira tidak pernah melarang Sean mempunyai hubungan dengan wanita mana pun, selama lelaki itu bisa merahasiakannya dan tidak muncul di depan publik.
Safira hanya takut jika Angga, atau yang lebih parahnya lagi yaitu ayahnya harus mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak merekan ketahui, perjanjian sialan itu. Terlebih jika ayahnya tahu kalau ia melakukan itu demi menyambung kehidupan perusahaan mereka.
"Siapa nama kamu?"
"Raga, Raga Pradipta."
Safira menatap lelaki di depannya. Ia tersenyum tapi hampir terlihat seperti sedang menahan tawa. Nama belakangnya sama seperti Sean. Safira biasanya sangat malas mendengar nama belakang itu. Sebut saja Safira terlalu muak dengan keluarga Pradipta.
Ia masih ingat betul saat Bagaskara Pradipta mampir ke perusahaannya untuk menawarkan bantuan yang sebenarnya adalah sebuah alasan yang ia tutupi untuk meminta Safira menikah dengan anaknya, dan ingatan yang tak akan pernah dilupakan olehnya adalah saat pertemuan pertamanya dengan Sean Pradipta, Suami delapan bulannya yang menjengkelkan itu.
"Hm, oke Raga, posisi kamu untuk sementara membantu saya dulu ya, sebagai asisten karena Misha—personal asisten saya yang lama ia mengundurkan diri secara mendadak, saya belum mencari penggantinya. Dan juga sepertinya pekerjaan yang dia tinggalkan cukup banyak, kamu bisa bertanya sama Indah kalau ada yang tidak dimengerti."
"Baik, Bu."
Raga Pradipta, lelaki dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih bermata indah. Asisten pengganti sementara yang Safira rekrut secara dadakan karena tiga hari yang lalu Misha mengundurkan diri secara mendadak untuk ikut bersama suaminya yang ditugaskan ke luar negri.
Sangat sulit untuk mencari pengganti Misha, tapi berhubung ada pelamar baru yang lulus interview, Safira memintanya untuk membantu semua pekerjaan, sampai ada pengganti yang cocok. Meski bukan wanita seperti yang ia minta, tapi Raga mungkin bisa menyesuaikan pekerjaannya ini. Ia terlihat cekatan dan mudah beradaptasi, dan wajah tampannya itu mungkin bonus untuk Safira agar ia tidak bosan berada di kantor.
"Oh iya, Raga." Raga berbalik saat Safira memanggilnya. "Nanti pas jam makan siang, saya mau keluar sebentar, mau ketemu sama Kakak saya, kamu bisa ngendarain mobil kan?" tanyanya.
Raga mengangguk.
"Ya udah, anterin saya ya."
"Baik, Bu ... jam makan siang kan?
"Hm ... untuk jadwal saya selanjutnya tolong minta sama Indah ya."
"Iya."
Safira memandangi kepergian Raga dari hadapannya dan sampai menghilang dari balik pintu. Ia lalu tersenyum mengejek dirinya sendiri.
"Kalo semua karyawan ganteng kayak gitu, penyegaran banget buat mata." gumamnya dengan tawa pelan.
***
Jam istirahat Safira gunakan untuk bertemu dengan Mas Angga. Ada sesuatu yang ingin ia katakan sejak tadi pagi, tapi karena pagi ini ia melihat Sean dengan wanita di dalam kafe, jadi niat itu ia urungkan sampai saat ini.
Beberapa menit yang lalu Safira tiba di ruang praktek Angga yang sebelumnya di antar oleh Raga dengan menggunakan mobil kantor. Raga hanya mengantar Safira sampai depan rumah sakit, sementara dirinya sekarang sedang menunggu bos barunya itu di restoran sebrang Rumah sakit tempat Angga praktek.
"Mas ... Fira khawatir sama kesehatan ayah. Seminggu kemarin Ayah sibuk di kantor padahal Fira udah larang, biar Fira aja yang kerja, tapi Ayah tetep aja bandel." ujarnya membuka percakapan mereka. "Semenjak nikah Fira jadi susah kalo mau ketemu ayah. Di rumah cuma ada mbok Nah sama mang Jaka, Mas Angga gak mau gitu tinggal di sana nemenin Ayah?"
"Mas juga maunya gitu, Fir, tapi kamu tahu kan jarak rumah sakit sama rumah om Adrian jauh. Mas kadang sewaktu-waktu suka dipanggil untuk gantiin Dokter jaga yang gak bisa masuk. Jadi mas kayaknya gak bisa deh."
Safira merenung. "Iya juga sih. Tapi Fira jadi kepikiran, Mas, mbok Nah kemarin telepon, dia bilang kalo Ayah ngeluh sakit di dadanya." Nada suaranya melemah. "Fira cuma takut aja."
Bukannya tidak ingin menjaga Ayah, hanya saja Safira tahu kalau Sean akan menolak untuk tinggal di sana, dan terlebih lagi, tidak memungkinkan juga untuk Safira dan Sean pisah rumah. Mereka pengantin baru, mana ada pasangan yang baru menikah sudah pisah rumah. Meski sesungguhnya mereka akan biasa saja.
"Om Adrian bilang, kalau dia gak mau di operasi lagi, jadi kesehatannya hanya bergantung pada obat-obatan yang diminum."
"Hm ... Fira tahu, Mas." Safira menghela napasnya pelan. "Mungkin besok Fira bakalan nginep di rumah Ayah,"
"Sean?"
"Biarin aja dia di rumah sendirian."
Angga mengernyit bingung, membuat Safira sadar dengan ucapannya. "Hm, maksudnya nanti Fira minta izin Sean, dia pasti gak masalah kok."
"Oh..." Angga mengangguk paham. "Ya udah, kalo gitu kita ganti-gantian aja nginep di rumah Om, biar ada yang jagain juga."
"Fira setuju,"
****
note :
saya juga seorang pembaca loh, alangkah lebih baiknya kalau ada cerita yang gak sesuai sama keinginan kalian jangan menyuruh penulis untuk mengganti alur ceritanya. saya amatin, ada beberapa yang komen bilang "jangan gini dong, peran utamanya jangan jatuh cinta duluan, jangan ada konflik yang berat, jangan bla bla bla" percaya deh, setiap penulis benci banget di komen kayak gitu. cerita, tokoh, alur, konflik, itu milik penulis, kalo kalian mau cerita sesuai imajinasi kalian, mendingan bikin cerita sendiri, bikin cerita di manga gratis tau, malah bisa dapet uang.
kalo kalian bilang komen seperti di atas adalah kritik, kalian salah besar, itu bukan kritik tapi menyuruh agar penulis memenuhi imajinasi kalian. saya juga suka baca, tapi saya gak pernah komen seperti itu meski banyak beberapa cerita yang saya pengin seperti imajinasi saya.
mari hargai penulis dan imajinasinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Salsa Dilla
kadang pembaca tu aneh2 tinggal baca gratis aja malah ngatur yg buat cerita,biarin aja Thor karyamu hebat
2022-12-14
2
Alysa Nabila
semangatt authorr
2022-09-25
0
TikTikTik
kalo aku sih terserah author aja,tinggal baca ini kan 😄😄😄 fighting Thooor
2022-02-08
0