Apa pun itu, pasti tidak akan mudah
—Sean—
••••
Seorang lelaki tinggi dengan stelan
jas berwarna hitam berhenti di depan kaca mobil mewah di sebuah kawasan yang
begitu sepi. Mobil tersebut adalah milik seorang pengusaha terkenal yang
bernama Bagaskara Pradipta.
Tak lama berselang akhirnya kaca
mobil itu terbuka dan memperlihatkan seseorang yang sangat berwibawa. Setelah
melihat si pemilik mobil akhirnya lelaki tersebut membukukan badannya.
"Jadi ... hasilnya seperti apa?
Saya tidak ingin mendengar kabar buruk." tanya Bagaskara kepada lelaki
tersebut.
"Ini kabar baik," balasnya
dengan penuh sopan santun sambil mengeluarkan sebuah foto dan memberikan itu
pada bos besarnya.
"Safira Nadia, umurnya 24
tahun. Anak dari Adrian Bara Samudra yang sekarang sedang terbaring lemah di
rumah sakit. Perusahaan mereka hampir bangkrut karena hutang." Lelaki itu
melanjutkan ucapannya dan menjelasakan tentang seorang yang berada di balik
foto tersebut.
Bagaskara Pradipta tersenyum senang,
wajahnya sedikit berbinar sambil terus menatap wajah di balik foto itu.
"Baiklah, kerja kamu bagus hari ini. Kamu boleh pergi!"
"Baik, pak." Lelaki
tersebut membungkukan badannya sebelum kemudian pergi dari hadapan Bagaskara.
"Saya ingin ke Bara Corporation
sekarang," perintahnya.
Senyum selalu tergambar jelas di
bibir pria tua itu. Bagaskara sangat senang bisa mendapatkan seorang gadis
untuk anaknya. Gadis dengan latar belakang dan pendidikan yang baik. Karena
hanya ini jalan satu-satunya untuk merubah Sean. Bagaskara tahu, ia tidak
akan bisa melepaskan kepemimpinan perusahaan kepada Sean kalau anak itu tidak
bisa merubah sikapnya.
***
"Permisi Bu, ada Pak Bagaskara
dari Pradipta Group ingin bertemu."
Safira terhenyak begitu mendengar
nama Pradipta Group disebut. Ia mengerjap sambil menatap Indah dengan alis
tertaut. Apa ia tidak salah dengar? Ini Pradipta Group, perusahaan yang
mempunyai anak cabang yang tersebar di seluruh negara ini, dan terkenal dengan
Perusahaan Properti nomor satunya di Indonesia.
"Tadi kamu bilang apa?
Pradipta?" tanya Safira tidak percaya. "Kamu yakin?"
Indah mengangguk. "Yakin, Bu.
Saya hafal kok sama wajah pimpinan mereka. Ini udah pasti Pradipta Group."
Raut bingung terpancar jelas di muka
Safira saat ini. "Kira-kira mereka mau ngapain ya, In?"
Safira masih menerka-nerka. Tidak
mungkin pimpinan perusahaan besar nomor satu di Indonesia mau datang ke
lerusahaan kecil miliknya, terlebih lagi perusahaan ini sedang dalam keadaan
yang tidak baik.
"Saya gak tahu, Bu. Mukanya gak
bisa ditebak," ledek Indah dengan tawa kecil.
"Kamu tuh, ada-ada aja,"
sahut Safira terkekeh. "Ya udah, saya sebentar lagi keluar, kamu tolong
bilangin sama dia tunggu sebentar ya."
"Siap, Bu."
***
"Selamat siang, Pak Bagaskara,
selamat datang di perusahaan saya." Safira mengulurkan jabatan tangan ke
arah pria tua itu. "Bagaimana kabar anda?" sambungnya sambil mengulas
senyum simpul.
Safira memang terlihat ramah dengan
semua orang, dan yang membuat semua orang sangat menyukainya adalah Safira tipe
perempuan yang selalu tersenyum.
"Saya sangat baik hari ini, dan
ya ... kamu terlihat sangat cantik sekali." puji Bagaskara dan langsung
membuat Safira tersipu malu.
"Terima kasih, pak, Bapak bisa
saja memujinya. Suatu kehormatan sekali Bapak bisa datang mengunjungi
perusahaan saya." Safira tersenyum lagi, senyum yang sangat indah dan
cantik. Tidak salah memang kalau Bagaskara memilihnya.
Lelaki tua itu tersenyum. "Kamu
memang sangat cantik. Tapi saya ke sini bukan untuk memuji itu. Saya ingin
sekali menawarkan kerja sama dengan Bara Corporation. Apa kita bisa berbicara
di tempat yang lebih nyaman atau mungkin sambil makan siang?" tawarnya.
"Oh bisa, pak. Gimana kalau
kita bicara di restoran dekat sini?" saran Safira dan langsung disetujui
oleh Bagaskara.
***
"Bilang sama gue, papa
ngerencanain apa?" cecar Sean setelah sambungan telepon miliknya
terangkat. Lelaki itu terlihat sangat kesal, sedikit lipatan di dahinya
menandakan ia sedang dalam emosi yang buruk.
"Gue gak bisa bilang
apa-apa, ini perintah Pak Bagaskara langsung."
Jawaban dari lelaki di seberang
sana, membuat emosi Sean semakin tinggi. Ia menggeram, sedikit mengumpat tidak
terima. Sean sangat tahu kalau papanya saat ini sedang merencanakan sesuatu,
dan ia yakin kalau lelaki yang sedang dihubungi olehnya ini tahu apa rencana
papanya.
"Kasih tahu gue, Yud!"
ucapnya melemah.
"Gue juga kepengen lo
berubah, Yan."
"Yud ... lo tahu kan kalo gue
cinta banget sama Bella. Please gue gak mau terjadi hal buruk sama dia."
"Turutin perintah bokap lo,
Yan."
Sean mendengus kesal. Kenapa Yuda
selalu saja mengikuti setiap perintah ayahnya. Kalau saja lelaki itu bukan
sahabatnya sejak kecil, mungkin Sean sudah memukul lelaki itu dengan penuh
emosi.
••••
Mohon dukungannya untuk cerita baru ini yaaa ❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Sweet Girl
pak Baskoro ingin yg terbaik buat kamu.... Sean....
2021-12-25
0
cicak
m
2021-12-24
0
Alif Ilham
kok di sini safira nya ada perusaha sedang kan yg di sscandal safira nya kerja di minimarket kalau g salah dan menikah nya bukan karna perjodohan tpi kok disini beda ya safira nya
2021-08-16
0