"Bagaimana, Mel? Apa kamu menerima lamaran Kevin?" tanya papa Kevin.
Melika menelan air liurnya, dia melihat ke arah Kevin yang juga tengah melihatnya. Entah apa yang ada di pikiran Kevin, tatapannya bahkan sulit untuk Melika mengerti.
"Mbak, jawablah sesuai isi hati Mbak," ucap mama Melika.
Jantung Melika berdegup kencang, tubuhnya berkeringat banyak tetapi masihlah terasa demam. Melika menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"A-aku mau."
Brugh!
Melika langsung tak sadarkan diri setelah memberikan jawaban atas lamaran Kevin.
Semua orang pun menjadi panik dan bergegas membaringkan tubuh Melika di sofa.
"Maaf, Melika memang akan drop jika sedang gugup. Sepertinya, Melika tengah gugup saat ini," ucap mma Melika.
Kevin dan sang papa pun saling tatap. Satu lagi kebiasaan Melika yang Kevin ketahui, sungguh Melika memiliki kebiasaan yang tak biasa menurut Kevin. Melika adalah perempuan teraneh yang pernah dia temui. Namun dia memaklumi hal itu, tentu saja Melika akan merasa gugup, Kevin bahkan melamarnya tanpa bicara terlebih dulu.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Melika pun siuman.
"Syukurlah, Mbak sudah sadar," ucap mama Melika.
Melika akan bangum tetapi dia terlihat kesulitan.
Kevin dan mama Melika pun membantu Melika untuk duduk.
"Apa kamu sudah lebih baik?" tanya papa Kevin.
"Iya, Pak," ucap Melika seraya menganggukkan kepalanya.
"Syukurlah, Saya lega dengarnya," ucap papa Kevin.
"Jadi, apa kita bisa melanjutkan acara lamaran ini?" tanya papa Kevin.
Melika melihat ke arah sang mama, sang mama pun tersenyum kemudian mengangguk.
"Ya, lanjutkan saja," ucap Melika.
Papa Kevin tersenyum dan mengambil kotak perhiasan bludru berwarna biru yang ada di atas meja. Dia membuka kotak perhiasan itu dan mengambil sebuah kalung berlian berwarna pink dengan bentuk tears yang cantik dan indah.
"Kalung ini, adalah peninggalan dari Orangtua Saya. Dulu, kalung ini di berikan kepada mendiang istri Saya sebagai hadiah pertunangan. Karena sekarang Melika akan menjadi istri Kevin, maka kalung ini akan menjadi milik Melika. Mendiang mama Kevin pasti akan bahagia karena kalung ini diberikan kepada calon Istri dari anak kesayangannya," ucap papa Kevin.
Melika melihat kalung itu, ada perasaan tak percaya dia akan mengalami hal itu dalam waktu singkat. Dia bahkan tak pernah bermimpi akan menikah dengan Kevin.
"Ayo, Vin. Kamu saja yang pakaikan kalungnya," ucap papa Kevin.
Kevin mengangguk dan mengambil kalung itu. Dia mulai memakaikannya di leher Melika.
"Kamu nyaman nggak pakai kalung ini? Kekecilan nggak?" tanya Kevin dengan nada bicara pelan.
"Kalung ini terlalu pas. Kalau berat badanku nambah lima kilo lagi, pasti leher aku bakal ke cekik," ucap Melika.
"Kalau gitu jangan di tambah, dong. Kurangin kalau bisa," ucap Kevin.
Melika mengerucutkan bibirnya seraya menatap Kevin yang baru saja selesai memakaikan kalung itu.
"Acara lamaran dan pertunangan sudah selesai, sekarang kita lanjutkan mencari tanggal yang baik untuk pernikahan." ucap Papa Kevin.
"Apa?" Melika dan Kevin terkejut mendengar ucapan Papa Kevin.
"Kenapa?" tanya papa Kevin.
"Apa harus secepat itu, Pa?" tanya Kevin.
"Iya, dong. Sesuatu yang baik, sebaiknya dilakukan dengan segera, jangan di tunda-tunda," ucap papa Kevin.
"Bagaimana, Papa Melika? Bisa kita mulai mencari tanggal yang baik?" tanya papa Kevin.
"Tentu saja. Tapi, sebelum itu sebaiknya kita memanggil orang yang dapat membantu kita mencari tanggal yang baik," ucap papa Melika.
"Baiklah, bagaimana baiknya saja," ucap Papa Kevin.
Papa Melika pun menghubungi seseorang yang masih tinggal di komplek perumahan tersebut. Meski itu adalah komplek perumahan TNI AD tetapi tak semua yang tinggal di sana adalah anggota TNI AD. Bahkan banyak seorang pengusaha yang tinggal di komplek tersebut dengan alasan lebih aman tinggal di kawasan TNI.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya orang itu pun datang, orang yang tak lain adalah seorang tokoh agama. Tanpa menunggu lama, acara pencarian hari dan tanggal pernikahan pun di mulai.
***
Setelah beberapa menit mencari, akhirnya tanggal pernikahan yang baik pun di temukan.
"Apa?" Melika dan Kevin lagi-lagi terkejut saat tokoh agama itu mengatakan bahwa tanggal yang baik untuk pernikahan adalah satu bulan lagi. Karena setelah itu akan lama lagi untuk menuju hari dan tanggal pernikahan yang baik.
"Apa harus secepat itu, Pa?" tanya Kevin seraya melihat sang papa.
"Iya, apa nggak bisa tiga atau empat bulan lagi?" tanya Melika.
"Sudahlah, kita ikuti saja saran dari orang yang lebih paham tentang masalah seperti ini," ucap papa Kevin.
"Benar, tentunya kita ingin semuanya berjalan baik dan lancar. Karena itu, kita pun harus memakai hari dan tanggal yang baik. Meski sebetulnya semua hari dan tanggal pun sama baiknya. Namun, tidak ada salahnya, bukan, jika kita mengikuti saran dari yang lebih mengerti?" ucap mama Melika.
Papa Melika hanya diam seraya melihat Kevin dengan lekat. Entah apa yang dia pikirkan tentang Kevin. Dia tak ingin bicara tetapi juga tak mencoba menolak lamaran Kevin.
***
Waktupun berlalu, semua prosesi lamaran yang bisa di bilang mendadak ini pun, sudah selesai di lakukan. Hari dan tanggal pernikahan juga sudah di tentukan. Kevin dan papanya sudah pergi dari rumah Melika. Tinggallah Melika yang kini tengah duduk di tempat tidur kesayangannya.
"Ya ampun bangun, please." Melika menepuk pipinya berharap semua itu hanyalah mimpi.
'Ya Tuhan, ini nyata,' gumam Melika.
Melika tak menyangka akan di lamar oleh Kevin, entah mimpi apa dia sebelumnya hingga mendapatkan calon suami yang dimatanya adalah termasuk pria yang mendekati kata sempurna.
Sudah tampan, mapan pula.
******
Di kediaman Bramasta.
Dengan langkah lemas Kevin menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Vin!" panggil papa.
Kevin menghentikan langkahnya dan melihat ke arah sang papa.
"Kenapa, Pa?" tanya Kevin.
"Kita bicara dulu sebentar," ucap papa.
Kevin menghela napas. Dia mengangguk dan mengikuti sang papa menuju ruang kerjanya.
"Papa tahu kamu dan Melika belum lama saling mengenal,' ucap papa Kevin.
"Apa? Dari mana Papa tahu?" tanya Kevin syok.
"Dari mana Papa tahu, itu tidak penting. Yang jelas, Papa mohon sama kamu, hargailah Melika saat dia sudah menjadi Istrimu, meskipun saat ini kamu belum mencintainya," ucap papa.
Kevin mengusap wajahnya. Entah benar atau tidak keputusannya untuk menikahi Melika, dia pun tak mengerti. Dia memang tak mempermasalahkan bentuk tubuh Melika yang berukuran besar tetapi dia tak yakin akan bisa mencintai Melika. Karena sejujurnya semenjak hubungannya dengan Prischa berakhir, dia sulit membuka hatinya untuk perempuan lain. Bukan trauma akan jatuh cinta, namun luka di hatinya masih jelas terasa.
"Papa tahu, kamu bisa bangkit dari keterpurukan akibat masa lalu. Papa percaya, suatu saat nanti cinta itu akan hadir dengan sendirinya, karena seiring berjalannya waktu, karena terbiasa bersama, akan bisa menumbuhkan perasaan itu sendiri,' ucap papa.
"Jadilah pria yang bertanggung jawab," ucap papa. Dia pun bangun dari duduknya, dan pergi meninggalkan Kevin yang masih terdiam mencoba mencerna ucapan sang papa.
'Mungkin benar apa yang papa katakan, seiring berjalannya waktu, rasa itu akan hadir,' batin Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Mahbub Ayu🐈🎀
kok papanya malika panggile kakak sedangkan mamanya panggil nya mbak?
2022-03-06
0
Sweet Girl
semoga aja Kevin cepet jatuh cinta sama Melika.
2021-10-16
0
Arbaenah Inha Hamzah
semangat kevin,, buat mel,diet ya
2021-09-06
0