My Lovely Fat Wife
Seorang pria bertubuh tinggi, berwajah tampan dengan senyumnya yang manis, dan berkulit putih bersih melangkah menyusuri lorong basemant di salah satu gedung perkantoran di Ibukota Jakarta.
Pria itu bernama Kevin Bramasta. Berusia 30 tahun dan seorang pengusaha di bidang properti.
Bugh!
"Oh, ya ampun!" Kevin mengumpat kesal saat ada yang menabrak tubuhnya. Dia menatap tajam ke arah orang yang menabraknya.
"Kalau jalan pakai mata, dong! Sadar diri jika punya badan besar!" kesal Kevin.
Bukannya minta maaf, orang itu justru langsung pergi menuju lift dan masuk ke lift.
Kevin pun semakin dibuat kesal dan melangkah memasuki lift eksekutif menuju ruangannya.
Sesampainya di lantai lima belas, di mana ruangannya berada. Kevin bergegas masuk ke ruangannya. Dia mendudukkan tubuhnya di kursi kerja seraya memejamkan matanya. Kepalanya terasa berat memikirkan masalah pekerjaan juga masalah pribadi yang tengah dia hadapi saat ini.
Kevin kesal setelah pagi tadi mendengar kabar perjodohannya dengan seorang wanita yang tak lain adalah anak dari rekan bisnis sang papa.
Bayu Bramasta, pria paruh baya berusia 53 tahun tetapi masih tampak awet muda dengan tubuhnya yang masih terlihat gagah seperti ketika muda dulu.
Kevin menonaktifkan ponselnya, dia bahkan meminta sekretarisnya agar tak menerima klien atau tamu siapapun. Dia tak ingin siapapun mengganggunya saat ini.
"Masuk!" perintah Kevin ketika terdengar ketukan pintu.
"Maaf, Pak. Di luar ada Tuan Bramasta. Beliau ingin bertemu dengan Anda," ucap Siska, sekretaris Kevin.
Kevin mendengus kesal, entah apa lagi yang akan sang papa katakan. Dia bahkan sudah menonaktifkan ponselnya. Namun, nyatanya sang papa tak kehabisan akal dan justru langsung mendatanginya ke kantor.
"Persilakan Beliau masuk!" ucap Kevin dengan nada malas.
Tak lama masuklah Tuan Bramasta, beliau tampak santai memasuki ruang kerja putra semata wayangnya itu.
"Ada apa Papa sampai menyusul aku ke Kantor?" tanya Kevin.
Tuan Bramasta mengerutkan dahi seraya menatap Kevin.
"Papa kebetulan lewat depan kantor kamu, jadi mampir ke sini," ucap sang papa.
Kevin tersenyum sekilas dan bangun dari duduknya. Dia melangkah mendekati kaca jendel ruangan kantornya yang menampakkan hiruk pikuk Ibukota Jakarta.
"Kalau Papa mau bahas masalah tadi pagi, sebaiknya Papa pulang saja, aku masih banyak pekerjaan," ucap Kevin.
Tuan Bramasta menarik napas dalam dan mengembuskan-nya perlahan. Sungguh Putra semata wayangnya ini mirip sekali dengannya, sama-sama memiliki watak yang keras. Di mana sekali mengatakan tidak, maka keputusannya akan tetap tidak.
"Bahkan kamu belum bertemu dengan Prischa. Papa yakin, kamu akan menyukainya. Dia wanita yang baik, dan cantik. Papa yakin, setelah kalian menikah, kalian pasti akan hidup bahagia," ucap sang papa.
Prischa Atma Wijaya, Putri semata wayang dari Arya Atma Wijaya dan Rita Atma Wijaya. Seorang model cantik berusia 27 tahun, bertubuh tinggi dan memiliki bentuk tubuh yang sempurna bak gitar Spanyol. Sungguh bentuk tubuhnya menjadi idaman bagi setiap wanita. Kulitnya bahkan begitu putih dan bersih tanpa cacat sedikitpun. Bisa dikatakan, Prischa adalah wanita sempurna, cantik, dan tentunya pintar.
Kevin menghela napas. Dia tak pernah menyukai perjodohan. Apalagi dia belum terpikirkan untuk menikah dan membina sebuah rumah tangga. Baginya, tak ada yang lebih penting selain karirnya. Karena menurutnya, jika pria sudah mapan, tak perlu mencari seorang wanita. Wanita bahkan akan berusaha mengejarnya. Lagi pula, Kevin pun masih ingin menikmati masa lajangnya.
"Aku nggak mau dijodohkan, aku bisa cari perempuan sendiri. Papa nggak bisa menjodohkan aku dengan wanita pilihan Papa," ucap Kevin.
Sang papa menghela napas.
"Apa kamu sakit, Vin?"
Kevin mengerutkan dahinya seraya menatap sang papa.
"Apa maksud Papa?" tanya Kevin.
"Maksud Papa, apa kamu punya kelainan? Ya, semacam suka sesama jenis, dan tak menyukai wanita?" tanya sang papa seraya menatap Kevin dengan tatapan penuh selidik.
Kevin membulatkan matanya, dia terkejut mendengar ucapan sang papa.
"Apa maksud Papa? Bagaimana bisa Papa mengira aku punya kelainan?"
Rasanya, Kevin tak percaya sang papa bisa mengatakan semua itu.
"Lalu, kenapa kamu selalu menolak jika Papa akan mengenalkanmu dengan seorang wanita? Bahkan, sekalipun Papa tidak pernah lihat kamu dekat dengan perempuan manapun, selain sekretaris kamu, dan itu pun hanya di kantor."
Ya, perjodohan ini memang bukan kali pertama bagi Kevin. Sebelumnya, sang papa pernah mencoba menjodohkan Kevin dengan perempuan pilihannya tetapi saat itupun Kevin menolak untuk dijodohkan.
"Astaga, Papa. Jelas saja aku normal, Pa. Aku suka sama perempuan. Bagaimana bisa aku memiliki kelainan, sementara Papa sendiri normal?" ucap Kevin.
"Apa maksud kamu bawa-bawa Papa?"
"Aku nggak ada maksud apa-apa. Tapi, Pa, tolong jangan bahas masalah ini lagi, aku pusing dengan kerjaan kantorku yang sudah menumpuk, tolong jangan bikin aku tambah pusing," ucap Kevin.
Sang papa menghela napas. Entah harus dengan cara apa lagi mmebujuk anaknya itu agar mau dijodohkan.
"Apa kamu tidak malu? Di usia kamu yang sudah menginjak kepala tiga ini, kamu justru masih senang bermain-main, Papa bahkan sudah ingin menimang cucu. Semenjak Mama kamu meninggal, dan kamu sibuk dengan pekerjaanmu, Papa benar-benar merasa kesepian. Apa Papa salah jika Papa mengharapkan sesuatu dari kamu? Dari anak Papa satu-satunya?"
Matanya memerah, bibirnya bergetar. Dia sungguh merindukan almarhumah sang istri yang tak lain adalah Ibu kandung Kevin yang meninggal sejak Kevin berusia 3 tahun. Kevin bahkan tak bisa mengingat wajah sang Ibu.
Kevin menghela napas. Seketika hatinya dipenuhi rasa bersalah ketika melihat raut wajah sang papa yang tampak sedih.
"Ya sudah, aku akan menemui Prischa," ucap Kevin.
Sang papa tersenyum. Dia bahagia karena akhirnya putera keras kepalanya luluh.
"Baik, Papa akan atur pertemuan dengan keluarga Prischa," ucap sang papa seraya tersenyum. Jelas sekali kebahagiaan terpancar dari raut wajahnya.
Namun, berbeda dengan Kevin. Wajahnya sama sekali tak menampakkan rasa bahagia.
***
Keesokan harinya, tepatnya jam makan malam.
Tuan Bramasta dan Kevin sudah tampak gagah dengan stelan jas formalnya. Rencananya, mereka akan bertemu dengan keluarga Prischa untuk makan malam bersama. Mereka pergi menuju salah satu restauran mewah yang berada di Daerah Jakarta Pusat.
Sesampainya di depan restoran.
"Apa kamu sudah siap?" tanya sang papa.
"Hem..." Kevin mengangguk.
Keduanya turun dari mobil dan mulai memasuki pintu restauran. Pertama kali mereka disambut oleh sang greeter atau resepsionis yang kemudian mengantar keduanya menuju ruang vip.
Dengan santai Kevin berjalan memasuki ruangan tersebut.
"Halo, Tuan Arya. Maaf, Anda harus menunggu," ucap papa Kevin seraya menjabat tangan tuan Arya dan sang istri.
Kevin pun menyalami kedua orangtua itu.
"Bukan masalah, kami juga baru saja sampai. Lagi pula, Prischa juga belum sampai. Sepertinya, dia terjebak macet. Yah, Anda tahu sendiri, Jakarta seperti apa?" ucap tuan Arya seraya tersenyum.
Tuan Bramasta mengangguk dan mendudukkan tubuhnya di kuris. Disusul juga oleh Kevin yang mulai duduk di dekat sang papa.
Beberapa saat kemudian.
"Maaf, aku terlambat," ucap seorang wanita yang tiba-tiba saja menghampiri meja Kevin.
Semua orang melihat ke arah wanita itu.
"Nah, itu dia, Prischa," ucap tuan Arya.
Kevin yang melihat wanita itu pun syok.
'Jadi, Prischa yang papa maksud, adalah dia?' batin Kevin tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Riani
Hadir kak🤗
2022-12-15
0
。.。:∞♡*♥
mampir
2022-10-23
0
Putri
klo di Korea panggilannya oppa,
klo di Thailand panggilan babang ganteng apa ya....
si brondong pon nawash aku Karo Kowe lah..😱😘😍😁😁
2021-12-11
0