Melika tengah sibuk berkutat dengan pekerjaannya, dia tengah merevisi berkas yang sebelumnya sudah dia berikan pada Kevin.
Kevin merasa tak puas dengan laporan berkas itu, hingga meminta Angga untuk menyuruh Melika merevisi berkas tersebut.
Sepertinya, Kevin memang ingin mengerjai Melika.
Tuk.
Melika mendongak saat tiba-tiba seseorang meletakkan soft drink di meja kerjanya.
"Eh, Pak." Melika tersenyum melihat Angga yang juga tengah tersenyum padanya.
"Ini, di makan dulu makan siang mu. Sepertinya hari pertama kerja, kamu sudah harus bekerja keras." ucap Angga.
"Oh, Nggak masalah, Pak. Ini sudah menjadi tugas saya, sebagai asisten Bapak." ucap Melika sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Dia suka tersenyum, karena tersenyum lah yang membuatnya merasa percaya diri dan bisa menghadapi semua orang.
Angga mengangguk dan tersenyum.
Melika adalah staf baru di Kantor tersebut, namun tingkahnya seperti dia sudah menjadi staf lama di kantor tersebut. Dia sama sekali tak merasa canggung pada setiap staf yang ada di kantor tersebut, benar-benar gadis yang ramah.
"Ya sudah, saya balik ke ruangan saya." ucap Angga.
"Sebentar, Pak." ucap Melika saat Angga akan melangkahkan kakinya.
"Makasih, untuk makan siangnya." ucap Melika sambil tersenyum.
Angga tersenyum dan mengangguk.
Dia pun kembali ke ruangannya.
Melika menghentikan pekerjaannya sejenak dan menyantap makan siangnya.
Di Kantor tersebut, memang setiap staf memiliki jatah makan siang.
Kruyuk.
Melika membulatkan matanya dan melihat sekeliling saat terdengar suara dari dalam perutnya.
Sungguh dia akan merasa malu jika sampai ada yang mendengar perutnya masih saja mengeluarkan suara, sedangkan dia justru sudah menyantap habis makan siangnya.
"Duh, masih lapar." ucap Melika sambil memegang perutnya.
Melika ini memang memiliki porsi makan yang gak biasa, dia terbiasa makan dengan porsi lebih. Jatah makan di kantor, sangat lah kurang baginya.
Melika kembali melihat sekeliling, dan melihat komputernya sejenak.
Sungguh pekerjaannya masih lah banyak dan dia tak mungkin meninggalkannya hanya untuk membeli makanan.
Pandangannya tak sengaja melihat ke arah air galon yang berada di atas dispenser. Dia pun mengambil segelas air dan menenggaknya hingga habis.
Masih kurang, perutnya masih terasa lapar. Dia pun kembali mengambil segelas air dan menenggaknya hingga habis.
"Euurrrgg .." Melika terkejut saat terdengar suara sendawa yang keluar dari mulutnya.
Dia pun melihat sekeliling.
"Untung nggak ada yang lihat, kan malu, nanti image seksiku jadi hilang." ucap Melika sambil memutar tubuhnya dengan berpose ala model profesional. Dia pun terkekeh geli dan kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Tanpa dia sadari, sedari tadi ada yang terus memperhatikan tingkahnya.
Ya, Kevin lah yang terus memperhatikannya dari kejauhan.
"Ya Tuhan, makhluk dari planet mana, sih, dia? Jadi perempuan, kok, nggak ada manis-manisnya." gumam Kevin sambil menggelengkan kepalanya.
Pukul lima sore.
Satu per satu staf mulai meninggalkan mejanya masing-masing, mereka pun mulai meninggalkan kantor tersebut.
Kevin masih berkutat dengan pekerjaannya, dasarnya Kevin ini memang pekerja keras, dan dia suka sekali bekerja.
Namun satu hal yang sejak tadi membuatnya kebingungan, dia bingung karena tak melihat Siska, sekretarisnya.
Siska bahkan menghilang dan tak ada kabar sejak tadi siang.
Tok, tok, tok.
"Masuk." ucap Kevin.
"Permisi, Pak."
Kevin melihat ke arah orang tersebut dan langsung menyenderkan punggungnya di kursi, dengan tangannya diletakkan di atas dadanya.
"Kemana saja kamu? Apa kamu tahu, saya jadi dapat masalah karena kamu?" ucap Kevin dengan nada kesal saat melihat Siska masuk ke ruangannya.
"Maafkan saya, Pak. Saya ada urusan penting tadi." ucap Siska.
Kevin mengerutkan dahinya dan terus menatap Siska.
"Apa yang lebih penting dari urusan pekerjaan, ha? Setidaknya kamu memberitahu saya, dengan begitu saya tidak akan keteteran. Kamu pergi di saat jam kantor, dan baru kembali di saat jam pulang? Enak sekali jadi dirimu." ucap Kevin dengan nada kesal.
Siska hanya menundukkan kepalanya.
Plak.
Kevin melemparkan sebuah berkas ke atas meja dihadapan Siska.
"Selesaikan itu, saya harus pergi." ucap Kevin.
Kevin pun bangun dari duduknya dan akan keluar dari ruangannya.
"Maaf, Pak." ucap Siska.
Kevin menghentikan langkahnya, namun tak berbalik dan tak ingin melihat ke arah Siska.
"Setelah saya menyelesaikan pekerjaan ini, saya ingin mengundurkan diri." ucap Siska.
Kevin menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Kenapa hari ini banyak sekali masalah?" batin Kevin.
Dia tak mengerti, hari ini adalah hari yang buruk baginya.
Selalu didesak akan dijodohkan, bertemu dan harus terlibat dengan wanita yang bahkan tak pernah ada dalam bayangannya. Dan kini, dia harus kehilangan sekretarisnya.
Tentu saja tak mudah mencari sekretaris yang baru. Pasti butuh waktu untuk mendapatkan pengganti Siska.
Sementara Kevin saja sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaannya, sudah dapat dipastikan dia akan kerepotan jika harus mengerjakan segalanya sendiri.
Namun, disisi lain dia pun kesal pada Siska. Karena Siska lah, dia jadi harus berurusan dengan Melika.
"Terserah, saya juga nggak butuh pekerja yang tidak profesional." ucap Kevin.
Brak.
Kevin pun meninggalkan ruangannya dan menutup pintu dengan keras.
Dia pun melangkah menuju lift.
Tring ,, tring ..
Kevin mengambil ponsel dari saku celananya, terlihat sang Papa yang menghubunginya.
"Halo, Pa." ucap Kevin.
"Halo, Vin. Dimana kalian?" tanya Papa.
Kevin mengerutkan dahinya mendengar kata kalian.
"Siapa maksud Papa?" tanya Kevin.
"Melika, malam ini Papa, kan, mengundang kalian untuk makan malam dirumah." ucap Papa.
Kevin mengusap dahinya.
"Tambah lagi masalah, harus berurusan dengan wanita nggak waras itu lagi." batin Kevin.
"Ya, ya, sebentar lagi kami jalan." ucap Kevin dengan malas.
"Baiklah, Papa tunggu." ucap Papa.
Telpon itu pun berakhir.
Kevin melangkah menuju meja Melika, terlihat di sana Melika yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Ehheumm .."
Melika melihat ke arah datangnya suara dan terkejut melihat Kevin kini ada di hadapannya.
Melika melihat ke sekeliling ruangan, sudah tak ada siapapun di ruangan itu selain dirinya dan Kevin.
"Hai, Baby." ucap Melika sambil tersenyum.
Entah mengapa Kevin menjadi merinding geli mendengar kata baby yang keluar dari mulut Melika.
"Bisa, nggak, sih, jangan panggil saya seperti itu? Panggil nama saja." ucap Kevin.
Melika pun berpikir sejenak.
"Berapa umur Bapak?" tanya Melika.
"Kenapa?" tanya Kevin balik.
"Nggak apa-apa, saya hanya ingin tahu." ucap Melika.
"Umur saya berapa, itu bukan urusan kamu. Lebih baik kita pergi sekarang." ucap Kevin.
"Apa? Pergi kemana?" tanya Melika dengan ekspresi bingungnya.
Kevin mengusap wajah kasar.
Entah mimpi apa dia harus berurusan dengan wanita yang selain memiliki banyak kelebihan ( kelebihan berat badan ) juga ternyata memiliki ingatan yang buruk.
"Kamu lupa? Papa mengundang kita makan malam." ucap Kevin.
Melika pun melihat ke arah berkas-berkas yang masih berserakan di meja kerjanya.
"Tapi, pekerjaan saya masih banyak." ucap Melika.
"sudahlah, selesaikan nanti saja." ucap Kevin.
"Beneran, Pak?" tanya Melika memastikan.
"Emang kamu pikir, saya bercanda?" tanya Kevin.
Melika menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
Dia pun membereskan berkas-berkas yang ada di meja kerjanya.
Setelah itu, Kevin dan Melika pun turun menuju basemant kantor dan masuk ke dalam mobil.
Kevin pun langsung melajukan mobilnya menuju kediaman sang Papa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Ejan Din
ya .. aku juga 94kg.. tp masi bole berdiri sendri n bole lari lg.. kecuali berat gituan tp sakit lututnya yg perlu bantuan....
2022-04-02
0
Gusty Ibunda Alwufi
aku mampir kyknya ceritamu bgs dan kucu thor,ini baru ada kisah wanita yg gemuk tp jadian sm.pimpinan yg tampan.😀🙏
2021-10-26
0
Sweet Girl
Tor.... walaupun Melika gendut.... janganlah juga berprilaku konyol.....
2021-10-16
0