Satu bulan kemudian, tepatnya hari pernikahan Kevin dan Melika.
Di sebuah kamar salah satu hotel di Jakarta, Melika tengah bersiap dengan di bantu oleh Mike, perancang busana yang membuat kebaya cantik pernikahan Melika. Melika begitu cantik memakai kebaya putih dengan gaya Jawa modern sesuai permintaan dari Melika sendiri. Untuk dekorasi, Melika dan Kevin memilih nuansa modern elegan yang di dominasi dengan warna putih full flower.
"Kamu, kok, jadi ada mata pandanya?" tanya Mike.
"Ah, masa iya, Kak? Jelas sekali, ya, Kak?" tanya Melika.
"Nggak terlalu, tapi sebelum make-up tadi terlihat jelas," ucap Mike.
"Dia stress, Kak, sebentar lagi bakalan jadi istrinya Mas Kevin. Makanya nggak tidur-tidur," ucap Melvin, Adik Melika.
"Benarkah?" tanya Mike.
"Benar, Kak, aku gugup banget," ucap Melika.
"Wajar saja pengantin merasa gugup. Seharusnya, kamu cukup-cukupkan tidu," ucap Mike.
"Sepertinya, setelah selesai resepsi aku akan tidur dengan puas," ucap Melika.
"Aku rasa sebaliknya," ucap Mike.
"Maksud Kak Mike?" tanya Melika bingung.
"Setelah menikah, pengantin baru biasanya akan kekurangan tidur," ucap Mike seraya tersenyum penuh arti.
"Masa sih, Kak?" ucap Melika.
"Iya, seorang istri bahkan tak bisa tidur jika suami belum tidur," ucap Mike kemudian terkekeh.
Melika terdiam sejenak, dia mencoba mencerna ucapan Mike. Wajah Melika memanas saat tiba-tiba dia mengerti apa maksud Mike. Jantungnya seketika berdegup kencang.
***
Di kamar lain, Kevin justru sudah siap lebih dulu. Dia begitu tampan menggunakan baju pengantin berwarna putih dengan peci putih yang terpasang di kepalanya. Dia melihat dirinya di cermin, ada perasaan yang sulit untuk di jelaskan di hatinya.
Entah bahagia atau tidak, yang pasti saat ini dia benar-benar gugup. Setelah ini, dia bertanggung jawab atas kehidupan Melika dan rumah tangganya.
Satu jam lagi, tepatnya pukul 10.00 Wib akan di laksanakan ijab qobul. Semua keluarga dan sahabat sudah menunggu di ballroom hotel tersebut yang juga akan menjadi tempat resepsi pernikahan yang akan di gelar pada pukul 19.00 Wib malam nanti.
"Mimpi apa, ya, aku melihat kamu akan menikah?" ucap Jerry, sahabat Kevin.
Jerry tahu betul, Kevin adalah orang yang paling sulit memutuskan untuk menikah. Jerry pun tak menyangka Kevin akan menikah secepat ini. Dia bahkan tak mengenal calon istri Kevin. Biasanya, Kevin akan memperkenalkan wanita yang dekat dengannya pada Jerry tapi kali ini Jerry justru mendapatkan surprise dari Kevin.
Kevin pun tersenyum tipis, pikirannya berkecamuk.
Dia benar-benar gugup, dia bahkan berkali-kali menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Ini bahkan lebih gugup di bandingkan saat dia akan persentasi di depan kliennya.
"Kamu tahu, beruntungnya kamu mendapatkan wanita gemuk sebagai istrimu," ucap Jerry.
"Oh, ya? Kenapa begitu?" tanya Kevin penasaran.
"Karena, dia akan selalu memberikan kamu kehangatan," ucap Jerry kemudian tertawa.
Kevin terkekeh mendengar ucapan Jerry yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Aku nggak yakin," ucap Kevin.
"Kenapa? Apa selama ini kamu nggak pernah di peluk dia?" tanya Jerry.
Kevin terdiam sejenak, dia teringat saat pertama kali Melika memeluknya. Bukan hangat yang dia rasakan, dia justru merasa sesak. Kevin menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
"Wah, langka kalau begitu," ucap Jerry.
"Apanya yang langka?" tanya Kevin bingung.
"Langka, calon suaminya saja belum pernah memeluknya, apalagi orang lain. Sudah bisa di pastikan Melika adalah wanita baik-baik," ucap Jerry.
Kevin pun tersenyum dan mengangguk. Namun, dalam hatinya dia benar-benar gelisah. Dia bahkan sampai berkeringat dingin.
***
Waktu berlalu, acara ijab qobul sudah akan di mulai. Di temani sang papa, Kevin memasuki ballroom dan duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk prosesi ijab qobul.
"Huh!" Kevin mengembuskan napas kasar, hingga terdengar oleh sang papa.
"Gugupkah?" tanya Papa.
Kevin mengangguk. Papa Kevin tersenyum dan memegang bahu Kevin.
"Sudah hapal belum ijab qobulnya?" tanya papa.
"Hapal sih, Pa. Tapi, takut lupa," ucap Kevin.
"Kalau begitu, hapalkan terus," ucap papa.
Kevin mengangguk dan mulai menghapal kalimat ijab qobulnya kembali.
Tak lama, terdengar suara riuh dari arah belakang. Kevin yang penasaran pun langsung menoleh ke arah belakang. Betapa terkesimanya dia saat melihat Melika yang tengah berjalan mendekat ke arahnya dengan menggunakan kebaya cantik nan elegan yang sangat cocok melekat di tubuh besarnya. Tanpa sadar, Kevin pun bangun dari duduknya dan akan menghampiri Melika. Namun, sang papa segera menahan tangan Kevin.
"Bersabarlah, kalian belum sah," ucap sang papa seraya tersenyum.
Kevin tersenyum canggung, dia melihat tamu-tamu di sekitarnya yang tengah terkekeh melihat tingkahnya.
Melika pun ingin terkekeh melihat tingkah Kevin tetapi sebisa mungkin dia menahannya. Dia sudah cantik dan manis dengan kebaya pengantinnya, akan hilang image anggunnya jika dia sampai menertawai tingkah calon suaminya itu.
Begitu duduk, Melika mulai merasakan tegang, jantungnya berdegup kencang. Dia takut Kevin akan gugup mengucapkan ijab qobul.
"Mas!" panggil Melika dengan pelan.
"Hem?"
"Sudah hapal belum ijab qobulnya?" tanya Melika.
"Sepertinya sudah," ucap Kevin ragu.
"Kok, sepertinya? Jangan bercanda, Mas," ucap Melika.
"Siapa yang bercanda? Apa ada, saat seperti ini mempelai pria bisa bercanda? Aku bahkan rasanya akan mati saking gugupnya," ucap Kevin.
"Ya Tuhan, jangan sembarangan kalau bicara. Bagaimana jika itu terjadi? Apa Mas tega melihat aku jadi janda?" ucap Melika.
"Ehem! Bagaimana? Sudah hapal belum ijab qobulnya?" tanya pak penghulu.
Kevin melihat ke arah penghulu dan mengangguk ragu.
"Baiklah, kita belajar dulu, ya," ucap pak Penghulu.
Kevin pun mengangguk.
Penghulu meminta lapa Melika menjabat tangan Kevin dan mulai belajar mengucapkan ijab qobul. Dengan lantang dan sekali tarikan napas Kevin mengucapkan ijab qobul.
Semua orang tersenyum melihat Kevin yang tampak begitu antusias.
"Sah, ya?" tanya Kevin seraya melihat ke arah sang papa dan Pak Penghulu.
Pak penghulu pun terkekeh mendengar pertanyaan Kevin.
"Belum sah, itu 'kan baru percobaan," ucap pak penghulu.
Kevin membulatkan matanya, dia lupa bahwa dia sedang belajar mencobanya. Semua orang pun ikut terkekeh, Melika bahkan tak dapat lagi menahan tawanya.
"Sabar, Vin, ini masih percobaan," ucap sang papa.
Kevin tersenyum canggung dan mengangguk. Saking gugupnya, dia bahkan seperti orang bodoh.
"Baiklah, sudah siap?" tanya penghulu pada Kevin.
Kevin menarik napas dalam dan mengembuskan nya perlahan.
"Saya siap," ucap Kevin.
"Baiklah. Pak Tio, silakan berjabat tangan dengan Mas Kevin," ucap Penghulu.
Papa Melika mengangguk dan berjabat tangan dengan Kevin.
"Mari, kita mulai sekarang," ucap Penghulu.
Papa Melika menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan.
"Ananda Kevin Bramasta, Saya nikahkan Ananda dengan putri Saya Melika Santoso dengan mas kawin perhiasan emas seberat seratus gram, di bayar tunai," ucap papa Melika seraya menggenggam kuat tangan Kevin.
"Saya terima nikah dan kawinnya Melika Santoso binti Tio Santoso dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Kevin dengan sekali tarikan napas.
"Bagaimana saksi? Sah? Sah?" tanya Penghulu seraya melihat ke arah para saksi.
"Sah!" ucap semua saksi dan para tamu undangan.
Kevin menghela napas lega, dia melihat ke sekeliling, di mana para tamu undangan tengah tersenyum bahagia. Pandangannya berakhir pada Melika, seketika hatinya terenyuh saat melihat Melika meneteskan air matanya.
Pak penghulu memimpin doa untuk kedua mempelai, setelah itu Kevin memakaikan cincin di jari manis Melika, dan Melika pun memakaikan cincin di jari manis Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Wahyu Ika Mustari
unyu...unyu....ni lur ceritanya amazinggg.....keren2,,,,bikin tertawa baca tiap kalimat yg terurai
2023-05-03
0
Ernawati
penasaran dietny berhasil kah? ....
2022-01-04
0
Ashika ruhab
Alhamdulillah SAH....😁🤭😍😍😍
2021-12-28
0