Sedikit informasi tentang karakter Melika Santoso.
Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Putri dari Tio Santoso dan Rini Santoso.
Melika adalah anak yang periang, meski dia memiliki kelebihan berat badan, namun dia tetap pede dan tak malu memiliki tubuh yang besar.
Baginya, kelebihan berat badannya itu justru anugerah, karena membuatnya merasa seksi dan cantik.
********
"Apa?" Melika terkejut mendengar ucapan Kevin.
"Bisa , tidak, nada bicaramu jangan seperti itu? Kenapa berisik banget, sih." ucap Kevin dengan nada kesal.
"Maaf, Pak. Tapi saya benar-benar tak mengerti apa maksud Bapak. Kenapa kita harus pacaran?" tanya Melika.
Melika benar-benar bingung dengan maksud Kevin.
"Memangnya kenapa? Kamu nggak mau jadi pacar saya?" tanya Kevin.
"Ah, itu, Pak, Saya - "
Melika berpikir sejenak.
Mendadak jantungnya berdegup kencang saat melihat Kevin yang terus menatapnya dengan tatapan sulit di mengerti.
"Oke, nggak apa-apa kalau kamu nggak mau. Silahkan keluar dari ruangan saya." ucap Kevin.
"Mau, kok, Pak." ucap Melika yang sontak membuat Kevin terkejut.
"Apa kamu bilang?" tanya Kevin sambil berjalan mendekati Melika.
Melika diam saja, jantungnya tak bisa lagi di kontrol.
"Aarrgghhhh .. Hey, apa-apaan kamu?" Kevin memekik saat Melika tiba-tiba saja memeluk Kevin dengan erat.
"Saya malu, Pak." ucap Melika.
Kevin mengerutkan dahinya.
"Malu kenapa?" tanya Kevin dengan bingung.
"Bapak laki-laki pertama yang ingin menjadi pacar saya, saya terharu, Pak." ucap Melika dengan matanya yang mulai mengeluarkan buliran air mata.
Ceklek.
"Oupsss .. Sorry." ucap Tuan Bramasta yang tiba-tiba saja kembali masuk ke dalam ruangan Kevin.
Dengan sekuat tenaga Kevin mendorong tubuh Melika.
Brug.
"Auwww .." Melika terjengkang dan jatuh ke atas lantai.
Karena tubuhnya yang besar, hingga menyebabkan suara yang menggema di ruangan itu.
"Ya Tuhan, Kevin. Apa-apaan, kamu?" tanya Papa Kevin yang terkejut melihat anaknya itu justru mendorong Melika, wanita yang dia ketahui sebagai kekasih Kevin.
"Ga sengaja, Pa." ucap Kevin.
"Aduhh, sakit bokongku." ucap Melika sambil meringis kesakitan.
"Sini, Om bantu." ucap Tuan Bramasta.
Dia memegang tangan Melika dan berniat menarik tangan Melika agar Melika bangun dan berdiri.
"Ya Tuhan, berat sekali." batin Tuan Bramasta.
Dia melihat ke arah Kevin yang hanya diam saja dan terus memperhatikan ke arahnya dan juga Melika.
"Kamu ngapain diam saja? Ini bantu pegangin." ucap Tuan Bramasta.
Kevin pun mengangguk dan memegangi tangan Melika.
Hingga kini Kevin memegang tangan kiri Melika, dan Tuan Bramasta memegang tangan kanan Melika.
"Astaga, ini badan isinya apa, sih? Kenapa berat begini? Udah kaya gentong air aja." batin Kevin.
Kedua Ayah dan Anak itu begitu kesulitan membantu Melika untuk bangun.
"Huh." Tuan Bramasta dan Kevin menghela napas lega saat akhirnya dapat membantu Melika untuk berdiri.
"Kamu baik-baik aja?" tanya Tuan Bramasta pada Melika.
Melika menggelengkan kepala dan memegang dadanya.
"Haus." ucap Melika dengan napasnya yang terengah-engah.
"Kamu ngapain diam? Pacarmu haus, kok, diam aja?" tanya Tuan Bramasta.
"Terus aku harus ngapain, Pa?" tanya Kevin dengan bingung.
"Ya Tuhan, Kevin. Kamu ini ga peka sekali. Ambilkan air minum itu." ucap Tuan Bramasta sambil menunjuk ke arah gelas yang ada di meja Kevin.
Tanpa menunggu Kevin mengambilkan nya, Melika kangsung mengambil gelas itu dan menenggak airnya.
"Hey, itu minum saya." ucap Kevin.
"Maaf, Pak. Saya haus banget soalnya." ucap Melika sambil tersenyum polos.
Kevin pun mendengus kesal, sedangkan Tuan Bramasta hanya terkekeh melihat tingkah Melika yang menurutnya sangat menggemaskan.
Entah mengapa, begitu pertama kali bertemu, Tuan Bramasta bisa langsung menyukai Melika.
"Oh, ya, Papa jadi lupa, kan." ucap Tuan Bramasta.
Kevin dan Melika pun melihat ke arah Tuan Bramasta.
"Siapa nama kamu?" tanya Tuan Bramasta sambil menatap Melika.
"Melika, Pak." ucap Melika.
Taun Bramasta mengangguk dan tersenyum.
"Datanglah ke rumah bersama Kevin. Saya ingin mengundangmu makan malam." ucap Tuan Bramasta.
"Apa?" ucap Kevin dan Melika bersamaan.
"Kalian benar-benar berjodoh, lihatlah kalian bahkan mengucapkan kata yang sama secara bersamaan." ucap Tuan Bramasta sambil terkekeh melihat Kevin dan Melika.
Taku lama, Tuan Bramasta pun keluar dari ruangan Kevin.
Setelah itu Melika melangkah menuju pintu keluar, berniat akan meninggalkan ruangan Kevin.
"Hey !" panggil Kevin pada Melika, namun Melika terus saja melangkahkan kakinya.
Kevin pun mendengus kesal karena Melika tak menghentikan langkahnya.
"Ya Tuhan, apa selain gendut, dia juga tuli?" batin Kevin.
Brak.
"Woy !!" Melika terkejut dan sontak mengeluarkan suara bentakan saat tiba-tiba Kevin mendorong pintu keluar hingga tertutup.
Kevin pun melotot menatap Melika.
"Kamu pikir ini hutan, ha? Kenapa harus berteriak seperti itu?" ucap Kevin.
"Maaf, Pak. Habisnya Bapak bikin kaget, sih." ucap Melika.
"Lagian, siapa suruh terus jalan, ha? Saya kan manggil kamu dari tadi." ucap Kevin.
"Eh, masa, iya? Kok saya ga dengar Bapak panggil nama saya, ya?" ucap Melika.
"Astaga, mimpi apa aku ketemu sama Wanita setengah waras ini?" batin Kevin.
"Sudahlah, tadi kamu mau ngapain ke ruangan saya?" tanya Kevin.
Melika menepuk jidatnya dan nyengir kuda menampakan gigi rapi miliknya.
"Maaf, Pak. Saya mau ngasih laporan ini." ucap Melika sambil memberikan sebuah berkas pada Kevin.
Kevin pun mengangguk dan membuka berkas itu.
"Kamu baru di sini? Saya, kok, ga pernah lihat kamu, ya?" ucap Kevin.
"Iya, baru hari ini saya kerja di sini, Pak." ucap Melika.
Kevin mengangguk dan menyuruh Melika untuk meninggalkan ruangannya.
"Sebentar, Pak. Kita masih belum selesai." ucap Melika sambil melangkah mendekati Kevin, sontak membuat Kevin memundurkan kakinya.
"Auuwwww .." Kevin memekik saat tak sengaja menubruk meja kerjanya.
"Mau ngapain, kamu?" tanya Kevin yang mulai merasa gelisah dan posisinya kini menahan tubuhnya dengan tangannya di belakang sambil memegang meja kerjanya.
Melika tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Kevin.
Kevin menelan air liurnya dengan susah payah.
Dia benar-benar tak habis pikir, staf barunya itu justru ingin menggodanya.
"Tolong jangan dekat-dekat, saya sesak napas." ucap Kevin.
"Apa? Bapak ada penyakit asma? Ya Tuhan, Bapak masih muda, ganteng, tapi sayang, Bapak penyakitan." ucap Melika sambil terkekeh.
"Ya Tuhan, kurang ajar banget ini orang." batin Kevin.
"Minggir, saya bilang !" bentak Kevin.
Melika terkejut mendengar bentakan Kevin, dan bergegas memundurkan langkahnya.
"Maaf, Pak. Saya ga ada maksud apa-apa." ucap Melika dengan ekspresi bersalahnya.
Kevin menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Saya cuman mau tanya." ucap Melika.
"Mau tanya, ya, tanya aja. Kenapa meski dekat-dekat begitu, sih?" ucap Kevin dengan nada kesal.
Melika pun terkekeh mendengar atasannya itu mengomel.
Entah mengapa, dia sama sekali tak takut pada atasannya itu. Dia justru melihat atasannya itu begitu menggemaskan.
"Saya cuma mau tanya, kita mau manggil panggilan sayang apa, ya?" tanya Melika.
Kevin mengerutkan dahinya.
"Apa maksud kamu?" tanya Kevin.
"Sekarang kita pacaran, kan? Jadi, setelah ini, kita mau manggil apa?" tanya Melika.
Kevin mengusap dahinya, dia melupakan bahwa belum lama dia meminta wanita itu untuk menjadi kekasihnya.
"Nggak usah pake panggilan sayang segala, siapa juga yang mau pacaran sama kamu." ucap Kevin pelan.
"Apa?" tanya Melika yang tak mendengar jelas ucapan Kevin.
"Bukan apa-apa, terserah kamu saja lah." ucap Kevin dengan malas.
Melika terdiam, dan berpikir sejenak.
"Oke, Baby." ucap Melika.
Kevin membulatkan matanya.
"Kamu pikir saya bayi, apa? Kenapa harus manggil baby?" tanya Kevin dengan bingung.
"Karena Bapak sekarang menjadi bayi saya." ucap Melika sambil tersenyum.
Kevin bergidik ngeri mendengar ucapan Melika.
"Ada apa dengan wanita ini? Apa dia bukan hanya setengah waras? Jangan-jangan dia memang nggak waras." batin Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Gagas Permadi
🤣🤣🤣
2024-04-24
0
Ade Bunda86
kocak nih ceritanya
2023-05-06
0
andi Cupuboy
macommo....
2022-11-21
0