Kevin tengah berada di ruangannya. Dia sudah memulai pekerjaannya. Di tengah kegiatannya, seseorang masuk ke ruangannya.
Terlihat papa Kevin lah yang memasuki ruangan Kevin. Wajahnya tampak kecewa.
Kevin pun menatap malas pada sang papa. Dia sudah mengerti akan maksud kedatangan sang papa ke Kantornya.
"Tadi malam, apa maksudmu mengatakan semua itu?" tanya papa Kevin.
"Yang mana?" tanya Kevin dengan tatapannya yang masih terfokus pada layar laptop di hadapannya. Jarinya bahkan tak hentinya mengetik sesuatu di sana.
Papa Kevin menarik napas dalam dan mengembuskan-nya agak kasar.
"Cukup, Kevin!" bentak sang papa seraya memukul meja kerja Kevin. Sontak Kevin pun menghentikan kegiatannya.
"Sampai kapan kamu akan seperti ini? Apa kamu tidak kasihan dengan orangtua yang saat ini ada di hadapanmu? Papa nggak pernah meminta apapun dari kamu, Kevin. Tapi, Papa minta tolong, mulailah memikirkan masa depanmu juga. Papa hanya ingin melihat kamu berkeluarga, hanya itu!"
Sebetulnya, papa Kevin hanya merasa cemas pada Kevin. Dia cemas Kevin memiliki kelainan semacam menyukai sesama jenis. Tentu saja hal itu adalah sebuah aib untuk keluarga. Dia tak akan sanggup menampakkan wajahnya di hadapan semua orang jika Kevin benar-benar penyuka sesama jenis.
Kevin menarik napas dalam dan menghembuskan-nya perlahan. Dia mengepalkan tangannya. Sungguh dia tak suka di desak seperti itu, apalagi untuk masalah pernikahan.
Tentu saja pernikahan bukanlah hal main-main, tentu banyak yang harus dipertimbangkan dan di pikirkan untuk membina sebuah rumah tangga.
Namun, memang benar selama ini sang papa tak pernah meminta apapun pada Kevin. Dia bahkan memberikan kepercayaan penuh pada Kevin untuk memilih masa depannya sendiri. Seperti bisnis yang dijalaninya saat ini, sebetulnya sang papa menginginkan Kevin meneruskan bisnisnya untuk memproduksi berbagai macam jenis perhiasan tetapi Kevin tak ingin mengikuti jejak sang papa, dia memilih menyalurkan bakat designnya melalui cara membuat perusahaan yang bergerak di bidang properti, atau lebih tepatnya dia adalah pemilik perusahaan properti cukup ternama di Jakarta dan sudah memiliki cabang di berbagai daerah.
"Papa benar-benar khawatir padamu Kevin. Papa khawatir dengan kesendirian kamu, Papa hanya ingin yang terbaik untukmu, karena kamulah satu-satunya yang Papa miliki saat ini," ucap papa Kevin.
"Tolong jangan desak aku untuk menikah dengan wanita pilihan Papa. Karena, aku punya wanita pilihan aku sendiri, dan aku sangat mencintai dia, Pa. Karena itu, aku menolak perjodohan itu," ucap Kevin.
Sang papa menatap Kevin dengan tatapan curiga.
"Jangan membohongi Papa, Kevin. Papa itu kenal kamu bukan hanya setahun, dua tahun. Papa mengenal kamu sejak kamu masih menjadi bayi merah."
"Aku serius, aku sudah panggil dia keruangan aku, sebentar lagi dia datang," ucap Kevin.
"Baiklah, Papa akan menunggu wanita pilihan kamu itu."
Sang papa pun duduk di sofa seraya menunggu wanita yang Kevin maksud.
Sebetulnya, Kevin berbohong pada sang papa. Jangankan memanggil kekasihnya untuk datang ke kantor, saat ini dia bahkan tak memiliki kekasih. Namun, dia mencoba bersikap tenang di hadapan sang papa. Jangan sampai papanya itu mencurigai dirinya.
Sepuluh menit berlalu.
"Mana? Ini sudah terlalu lama, Kevin. Kamu bilang sebentar lagi kekasihmu akan datang," ucap Papa seraya menatap Kevin dengan tatapan semakin curiga.
"Tunggu sebentar lagi, Pa. Mungkin, dia masih sibuk," ucap Kevin..
Kevin cemas saat ini tetapi lagi-lagi dia mencoba bersikap tenang di hadapan sang papa. Dia mencoba menyambungkan telepon di ruangannya dengan ruangan Siska, sekretarisnya. Namun, tak ada jawaban dari panggilannya.
Sebelumnya Kevin sudah meminta tolong pada Siska agar mau berpura-pura menjadi kekasihnya. Tapi lihatlah, entah saat ini Siska pergi ke mana. Dia bahkan tak menjawan panggilan Kevin.
Kevin pun mengumpat kesal dalam hatinya, padahal Siska lah harapan dia satu-satunya.
Kevin tersenyum ketika mendengar suara ketukan dari pintu ruangannya. Dia melihat sang papa seraya tersenyum.
"Itu dia datang," ucap Kevin dan bergegas membuka pintu ruangannya.
"Maaf, Pak, saya diminta Pak Angga untuk membawakan laporan ke--"
Kevin terdiam, tubuhnya pun mendadak kaku.
"Kenapa diam? Kok, nggak di suruh masuk?" tanya sang papa . Dia pun beranjak dari duduknya dan menghampiri kevin.
Sang papa terkejut melihat siapa yang kini ada di hadapannya. Dengan cepat dia menarik tubuh Kevin agar ikut dengannya menjauh dari orang itu.
"Astaga, Vin. Papa nggak sangka, ternyata kekasih kamu cantik sekali, montok," ucap papa Kevin seraya tersenyum.
Wanita itu melihat heran ke arah Kevin dan papanya. Dia pun mendekati Kevin dan berniat memberikan beberapa berkas pada Kevin.
"Maaf, Pak. Ini--"
"Apa kamu karyawan di sini?" tanya papa Kevin.
"Iya betul, Pak," ucap wanita itu seraya tersenyum.
"Kenapa kamu panggil Kevin, Pak? Kenapa tidak memanggil dengan panggilan sayang?" tanya papa Kevin.
Wanita itu terkejut mendengar ucapan papa Kevin.
"Maaf, apa maksud Anda?" tanya wanita itu di tengah kebingungannya. Dia tak mengerti maksud ucapan papa Kevin.
"Lho... Kalian ini 'kan pasangan kekasih, kenapa kamu malah memanggil Kevin dengan panggilan formal begitu?"
Wanita itu membulatkan matanya, dia sungguh terkejut mendengar ucapan papa Kevin.
"Maaf, saya--"
Belum sempat wanita itu menyelesaikan ucapannya, Kevin justru mencium pipi wanita itu dengan cepat.
"Kamu lama banget, sih, sayang. Papa udah nungguin kamu dari tadi, lho," ucap Kevin seraya tersenyum.
Lagi-lagi wanita itu membulatkan matanya. Dia pun semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.
Tuan Bramasta tersenyum melihat dua orang yang kini ada di hadapannya. Dia sungguh senang karena ternyata ketakutannya tentang Kevin tidaklah benar. Nyatanya, Kevin memang menyukai seorang wanita dan tak memiliki kelainan.
"Papa akan membatalkan perjodohan kamu dengan Prischa," ucap papa Kevin, sontak membuat Kevin syok.
"Apa Papa serius?" tanya Kevin.
Sang papa pun tersenyum seraya mengangguk.
"Tentu saja, Papa akan urus semuanya. Tapi, Papa harap hubungan kalian akan secepatnya melaju ke tahap selanjutnya. Ingat, kamu sudah cukup dewasa untuk membina rumah tangga," ucap papa Kevin.
Kevin dan wanita itu kemudian saling tatap.
"Ya sudah, kalian lanjutkan saja pekerjaan kalian. Mau sekalian pacaran juga, nggak apa-apa," ucap papa Kevin seraya tersenyum.
Setelah itu, papa Kevin pun keluar dari ruangan Kevin.
"Ini apa maksudnya, ya, Pak?" tanya wanita itu.
Kevin mengusap wajah kasar. Dia menatap lekat wanita itu. Dia bahkan memperhatikan wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.
'Astaga, kenapa harus gentong air yang akhirnya jadi pacar bohonganku?' batin Kevin
Wanita itu bukanlah Siska, melainkan wanita bertubuh gemuk yang Kevin lihat di dalam ruang meeting tadi pagi.
Lagi-lagi Kevin menatap lekat wajah wanita itu. Meski tubuhnya gemuk tetapi wanita itu memiliki wajah yang cukup cantik dan manis.
(Visual wajah Melika)
Wanita itu mengibaskan tangannya tepat di hadapan Kevin, membuat Kevin tersadar dari diamnya.
"Siapa nama kamu?" tanya Kevin.
"Melika, Pak," jawan wanita itu.
Melika Santoso, wanita berusia 21 tahun, berkulit putih, dengan tinggi badan 160cm, dan bertubuh gemuk dengan berat badan sekitar 90 kilogram. Dia adalah staf baru yang bekerja di perusahaan Kevin.
"Mulai sekarang, kamu jadi pacar Saya," ucap Kevin.
"Apa?" Melika pun terkejut mendengar ucapan Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
fitriani
yg senang malah papanya kevin😁😁😁😁😁
2023-11-19
0
Just Reader ^-^
montox plus semooxxx
2023-01-17
0
。.。:∞♡*♥
cantiknya
2022-10-25
0