Sudah satu minggu Melika bekerja di perusahaan Kevin.
Dia pun bekerja layaknya karyawan biasa dan menyapa Kevin seperlunya, tentunya selayaknya karyawan dengan atasan saat di kantor.
Dan pagi ini, Melika baru saja sampai di kantor dan mulai memeriksa beberapa berkas yang sudah Angga berikan dan minta untuk dia pelajari.
"Mel." panggil Angga.
"Ya, Pak." ucap Melika sambil menyunggingkan senyum yang menurutnya paling manis.
"Mulai sekarang, kamu bukan lagi asisten Saya." ucap Angga.
Melika mengerutkan dahinya.
"Apa maksud Bapak? Bapak pecat Saya?" tanya Melika dengan terkejut.
Angga tersenyum dan menggelengkan kepala.
Dia memberikan beberapa berkas pada Melika.
"Sebaiknya, kamu bawa berkas ini pada Pak Kevin. Nanti kamu akan tahu alasannya." ucap Angga sambil tersenyum.
Melika semakin di buat bingung.
Namun, dia pun menurut dan membawa berkas itu ke ruangan Kevin.
Begitu sampai di pintu ruangan Kevin, Melika mengetuk pintu terlebih dulu, namun tak ada sahutan dari dalam. Melika pun memberanikan diri untuk membuka pintu ruangan Kevin.
Perlahan Melika mulai membuka pintu dan melihat sekeliling ruangan.
Tak terlihat ada Kevin di dalam ruangan tersebut.
"Pak." panggil Melika.
Masih tak ada sahutan dari Kevin.
Melika pun mendekati meja kerja Kevin dan akan meletakkan berkas yang dia bawa di atas meja.
"Aarrgghhh ..." Melika terkejut saat tiba-tiba kepala Kevin muncul dari bawah meja kerjanya.
Plak.
"Ouhh .. Ya Tuhan." Kevin meringis kesakitan saat Melika memukul kepala Kevin menggunakan berkas yang ada di tangannya.
Melika mencoba mengatur napasnya agar kembali normal, dia benar-benar terkejut melihat kepala Kevin yang tiba-tiba saja muncul dari bawah meja.
Sementara Kevin masih meringis kesakitan dan perlahan mulai berdiri.
Dia pun menatap Melika dengan tatapan tajam.
"Kenapa kamu pukul Saya, ha? Kamu pikir saya ini, apa? Lancang sekali kamu !" tegas Kevin.
"Maaf, Pak. Saya kaget lihat Bapak muncul dari bawah meja." ucap Melika.
Kevin memutar bola matanya, dia benar-benar kesal pada Melika.
Sungguh membuat mood Kevin menjadi tak baik.
"Ada perlu apa ke sini?" tanya Kevin sambil mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.
"Ini, Pak, pPak Angga meminta saya mengantarkan berkas ini pada Bapak." ucap Melika.
Kevin mengambil berkas itu dan meletakkannya di meja.
"Ya sudah, Pak. Saya permisi dulu." ucap Melika.
"Sebentar." ucap Kevin.
Melika menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Kevin.
"Ya." ucap Melika.
"Duduk dulu." ucap Kevin.
Melika mengangguk dan duduk berhadapan dengan Kevin.
Kevin mengambil sebuah berkas dan menyerahkannya pada Melika.
"Ini apa, Pak?" tanya Melika.
"Itu surat kontrak untuk kamu." ucap Kevin.
"Apa? Tapi, saya sudah menandatangi kontrak, Pak." ucap Melika.
"Ya, tapi itu kontrak sebagai sekretaris Saya." ucap Kevin.
Brak.
"Apa?" tanya Melika dengan terkejut sambil menggebrak meja.
Kevin memegang dadanya, dia terkejut karena suara gebrakan meja.
"Kamu perempuan, kan? Kenapa nggak bisa lembut sedikit, sih? Yang manis gitu, loh, kalau jadi perempuan." ucap Kevin sambil menatap malas pada Melika.
Melika tersenyum sok cute sambil menatap Kevin.
"Fftttt ... Hahaha." Kevin tertawa melihat ekspresi wajah Melika yang menurutnya terlihat aneh.
"Manis, kan?" tanya Melika.
Kevin pun terkekeh geli melihat Melika yang masih menunjukkan wajah sok imutnya.
"Ya, ya, manis. Kamu manis." ucap Kevin sambil masih terkekeh.
Deg.
Jantung Melika tiba-tiba berdetak kencang mendengar Kevin yang untuk pertama kalinya memujinya dan bahkan bisa tertawa karenanya.
"Ma-maaf, Pak. Jadi, maksud Bapak apa, ya, soal kontrak tadi?" tanya Melika dengan canggung.
Kevin menggaruk dahinya.
"Saya hampir lupa." ucap Kevin.
"Ehhemm ... Jadi begini. Mulai sekarang, kamu menjadi sekretaris Saya, dan itu adalah surat perjanjian kontrak kerja kamu." ucap Kevin sambil menunjuk ke arah berkas yang sudah ada di tangan Melika.
"Sebentar, Pak. Kenapa Saya harus menjadi sekretaris Bapak? Apa karena Bapak mau selalu dekat dengan Saya? Apa Bapak nggak mau berjauhan dengan Saya? Karena itu, Bapak mau Saya jadi sekretaris Bapak, agar kita bisa selalu bersama? tanya Melika.
Kevin menarik napas dalam dan menyenderkan punggungnya ke kursi.
Kevin membulatkan matanya, dia sungguh tak menyangka, Melika akan berpikir sejauh itu.
"Karena Saya butuh sekretaris, dan setelah saya melihat berkas-berkas kamu, saya yakin, kamu bisa menjadi sekretaris yang baik dan bisa menggantikan Siska." ucap Kevin.
Melika pun berpikir sejenak.
"Saya pikir, karena nggak mau jauh-jauh dari saya." ucap Melika sambil tersenyum mengejek.
Kevin hanya tersenyum tipis dan memainkan pulpen yang ada di tangannya.
Melika membuka berkas itu dan mulai membacanya.
"Ini serius, Pak? Bapak kontrak saya 2 tahun?" tanya Melika dengan terkejut.
Kevin pun mengangguk.
"Tapi, kenapa, Pak? Saya saja menandatangi kontrak tiga bulan dengan Pak Angga." ucap Melika.
"Ya, karena Saya bosnya, di sini. Jadi, terserah saya, dong, mau kontrak kamu berapa lama." ucap Kevin.
"Iya, sih, saya ngerti." ucap Melika.
"Ya sudah, tanda tangan kontraknya." ucap Kevin.
Melika terdiam sejenak, dia menatap Kevin dengan tatapan penuh selidik.
"Apa Bapak sengaja?" tanya Melika.
Kevin pun mengerutkan dahinya.
"Sengaja apa?" tanya Kevin dengan bingung.
"Saya tahu, Bapak selama ini memanfaatkan saya dengan mengatakan, bahwa saya adalah kekasih Bapak di depan Pak Bramasta." ucap Melika.
"Apa? Apa maksud kamu?" tanya Kevin.
"Saya ingat dan dengar semua pembicaraan Bapak dengan Pak Bramasta saat kita makan malam, satu minggu yang lalu. Saya tahu, Pak Bramasta akan menjodohkan Bapak, karena itu Bapak menjadikan saya sebagai kekasih pura-pura Bapak. Iya, kan?" ucap Melika.
Kevin menelan air liurnya.
Dia pun bangun dari duduknya dan melangkah menuju jendela yang memperlihatkan hiruk pikuk Kota Jakarta serta gedung-gedung tinggi.
"Masalah itu, saya minta maaf. Saya nggak ada pilihan lain, saat itu. Papa selalu menjodohkan saya dengan wanita-wanita pilihannya. Padahal, saya nggak suka dengan perjodohan. Lagi pula, menikah bukanlah suatu hal main-main, saya tidak ingin salah memilih pasangan hidup." ucap Kevin.
Melika menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Maafkan saya, saya nggak ada maksud mempermainkan kamu, Mel. Saya akan jelaskan perlahan pada Papa, tentang hubungan kita yang sebenarnya." ucap Kevin.
Melika menyunggingkan senyum tipis dan bangun dari duduknya.
Dia pun menghampiri Kevin.
"Mari kita berpacaran sungguhan." ucap Melika sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Kevin.
Kevin membulatkan matanya.
Dia mundur dua langkah dan menatap lekat Melika dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Dia pun menelan air liurnya.
Sungguh dia tak menyangka, gadis gemuk di hadapannya itu justru mengajaknya untuk berpacaran.
Kevin mengusap dahinya dengan pandangan yang tak lepas dari Melika.
"Apa-apaan, sih? Kenapa jadi kayak gini?" batin Kevin.
Dia sungguh tak bisa membayangkan jika harus menjalin hubungan dengan gadis gemuk yang kini ada di hadapannya itu.
Dia bahkan sama sekali tak pernah bermimpi untuk memiliki kekasih yang bertubuh besar seperti Melika.
Karena mantan kekasihnya dulu semuanya memiliki bentuk tubuh yang nyaris sempurna, bahkan menjadi idaman setiap wanita.
Melika pun terlalu percaya diri hingga berani mengajak Kevin untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dengan Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
。.。:∞♡*♥
🤣😂🤣bikin ngakak terus
2022-10-25
0
matcahua
gila thor gua dibuat tercengang ndengan tingkah malika 🤣 ga tau malu bgt😔🥺🤣🤣
2022-09-27
1
Sulaiman Efendy
WUIHHHHH SALUT MA MELIKA, BIAR BIG CHUBY, TPI PEDE...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2022-09-20
0