"Apa?" Melika dan Kevin membulatkan matanya. Mereka terkejut melihat Papa Kevin ternyata sudah menyiapkan segala keperluan untuk lamaran.
"Maaf, kami permisi, sebentar." ucap Melika sambil menarik Kevin keluar rumah.
"Ini apa maksudnya, ya? Kenapa Bapak nggak bilang, sebelumnya, kalau mau melamar saya? Saya pikir, Bapak hanya bercanda, tadi. Tapi, ternyata Bapak sampai menyiapkan seserahan untuk lamaran segala." ucap Melika.
"Aku juga nggak tahu, aku juga terkejut melihat Papa menyiapkan semua ini." batin Kevin.
Kevin memang tak meminta sang Papa untuk menyiapkan segala seserahan, Kevin hanya meminta sang Papa untuk menyusulnya ke rumah Melika untuk menemaninya melamar Melika.
Jujur saja, Kevin benar-benar gugup menghadapi Papa Melika sendirian. Karena itu, dia mengirimkan pesan pada sang Papa.
Dia pun tak tahu harus berbuat apa, semuanya begitu serba mendadak. Sejak awal, Kevin bahkan tak pernah berniat ingin melamar Melika. Namun, entah mengapa saat melihat Melika mengabaikannya, dia pun menjadi tak sengaja mengeluarkan ucapan bahwa dia ingin menikahi Melika.
"Tolong jujur pada saya, Atas dasar apa Bapak ingin menikahi saya? Kita bahkan baru mengenal." tanya Melika.
Kevin mengusap dahinya, dia bingung harus menjawab apa.
"Kalau Bapak merasa tak enak hati, karena kejadian kemarin, saya sudah melupakannya." ucap Melika.
"Apa maksud kamu?" tanya Kevin dengan bingung.
"Saya sudah melupakan semuanya. Jadi, Bapak nggak perlu merasa nggak enak hati." ucap Melika.
"Jadi, kamu nggak marah sama saya?" tanya Kevin.
Melika menggelengkan kepalanya.
"Tapi, kenapa kamu nggak masuk kerja?" tanya Kevin.
"Saya demam, dan baru pulang dari Dokter. Karena itu saya nggak masuk kerja. Lagi pula, saya mengirim pesan pada Bapak, kalau saya nggak bisa masuk kerja, hari ini." ucap Melika.
Kevin mengambil ponselnya, dia ingin segera membuktikan ucapan Melika.
Karena setahu Kevin, Melika tak mengirimkan pesan apapun padanya.
"Kamu tidak mengirimkan pesan apapun." ucap Kevin dengan bingung.
"Nomor baru." ucap Melika.
"Maksudnya?" tanya Kevin dengan bingung.
"Maksudnya, saya mengirim pesan pakai nomor baru. Itu nomor Papa saya, karena tadi pagi saya buru-buru dan nggak lihat ponsel saya." ucap Melika.
"Ya Tuhan." gumam Kevin.
Kevin sudah berpikir jauh, dia bahkan menjadi merasa tak enak hati karena dia berpikir Melika marah padanya karena dia mengambil ciuman pertamanya.
Dia menatap lekat Melika dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Ya ampun." batin Kevin sambil mengusap wajahnya.
Rasa sesal seketika menghampirinya, dia sungguh menyesal telah melakukan hal konyol dengan mengatakan ingin menikahi Melika.
Dia bahkan tak memiliki perasaan apapun pada Melika. Dia hanya merasa bersalah karena dia pikir Melika marah karena dia sudah mencium Melika tanpa permisi.
Sesaat kemudian Kevin mengingat ucapan Papa Melika yang mengatakan bahwa dia tak akan menikahkan Melika pada pria kurang ajar sepertinya.
Kevin tersenyum tipis dan menghela napas lega. Dia yakin, Papa Melika pasti akan menolak lamarannya.
"Vin ..!" panggil sang Papa.
"Ya, Pa." sahut Kevin.
"Masuklah, kita akan memulai acara lamaran." ucap Papa Kevin.
Kevin mengangguk dan mengajak Melika untuk kembali ke dalam rumah.
Papa Kevin dan Papa Melika duduk saling berhadapan, begitupun dengan Kevin yang juga duduk di sebelah sang Papa.
Sementara Melika membantu sang Mama menyiapkan minuman di dapur.
Setelah beberapa saat, sang Mama dan Melika kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman.
Tak lama, Melika duduk di antara sang Papa dan sang Mama, berhadapan dengan Kevin dan Papanya.
Tanpa menunggu lama, Papa Kevin pun langsung memulai acara lamaran, dia melamar Melika untuk Kevin.
Jantung Melika berdegup kencang, dia sama sekali tak pernah membayangkan akan di lamar oleh pria tampan sekaligus bos di kantornya.
Meski dia memiliki tingkat percaya diri yang tinggi, namun dia pun memiliki rasa sadar yang cukup baik. Dia tak pernah bermimpi akan menikah dengan Kevin.
Dia bahkan hanya bercanda saat meminta Kevin untuk menjadi kekasihnya. Namun, nyatanya Kevin justru mau menjadi kekasihnya.
Sungguh, seperti mendapatkan durian runtuh.
Melika benar-benar merasa beruntung.
Melika menatap sang Papa, sedangkan sang Papa hanya tersenyum.
"Saya punya pertanyaan untuk anak anda." ucap Papa Melika sambil menatap Papa Kevin.
"Tentu, silahkan bertanya tentang apapun, Kevin akan dengan senang hati menjawab pertanyaan anda. Benarkan, Vin?" ucap Papa Kevin.
"Iya, tentu saja." ucap Kevin sambil tersenyum canggung.
Tak ada yang tahu, hatinya kini benar-benar gelisah. Dia takut Papa Melika akan menyetujui lamaran itu.
"Atas dasar apa kamu mau menikahi anak saya?" tanya Papa Melika.
"Kalian bahkan baru sembilan hari saling mengenal." ucap Papa Melika.
Papa Kevin mengerutkan dahinya.
"Bukannya mereka sudah saling kenal selama satu tahun?" batin Papa Kevin.
"Saya -"
Kevin menelan air liurnya, dia sungguh bingung akan menjawab apa.
"Jadilah pria sejati, bertanggung jawablah atas apa yang sudah kamu katakan dan kamu lakukan. Bicaralah sesuai isi hatimu." ucap Papa Kevin dengan pelan.
Kevin menatap sang Papa dan melihat sang Papa yang tengah mengangguk menatapnya.
Kevin menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Saya ingin menikahi Melika, karena saya melihat adanya ketulusan dalam diri Melika. Saya menyukai sikap apa adanya Melika, dia berbeda dari wanita lain yang pernah saya kenal." ucap Kevin sambil menatap Melika.
Melika terdiam, dia menatap Kevin dengan lekat.
Matanya memerah dan air matanya tak dapat dia bendung lagi. Entah dia bisa mempercayai Kevin atau tidak, tetapi saat ini dia benar-benar terharu mendengar ucapan Kevin.
Dia pun tak mengerti, Kevin mengatakan kejujuran atau tidak, karena dia pun tak memiliki bakat untuk membaca pikiran seseorang.
"Tapi, kalian baru saja saling mengenal, bagaimana bisa kamu yakin akan menikahi Melika?" tanya Papa Melika.
"Entahlah, saya rasa, semua itu tidak perlu memiliki alasan. Karena, semuanya sudah ada Tuhan, yang mengaturnya." ucap Kevin.
Dia mengepalkan tangannya, hati dan ucapannya sangatlah bertolak belakang.
Tapi, entah mengapa dia begitu sulit untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Apa kamu mencintai Melika? Gadis yang seperti gentong air ini?" tanya Papa Melika sambil menatap Kevin dengan tatapan penuh selidik.
Semua orang membulatkan matanya, termasuk Melika.
"Apa maksud Papa?" tanya Melika.
"Ya, Kekasihmu ini mengatakan, kamu mirip dengan gentong air." ucap Papa Melika.
Melika menatap Kevin dengan tatapan tajam.
Sementara Papa Kevin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Dia benar-benar tak habis pikir, Kevin akan bisa menghancurkan rencananya.
"Ya, gentong air yang menggemaskan." ucap Kevin sambil tersenyum canggung.
"Oh, ya, kayak apa gentong air yang menggemaskan?" tanya Melika sambil menatap Kevin dengan tatapan tajam.
"Ya, kayak kamu, gini." ucap Kevin sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Melika mengerucutkan bibirnya.
"Begini, Papa Melika. Saya pernah bertemu dengan Melika sebelumnya, dan saya melihat Melika memang perempuan yang baik. Saya senang melihat Kevin dekat dengan Melika, apalagi jika sampai Melika menikah dengan Kevin." ucap Papa Kevin.
"Saya yakin, Kevin akan bisa membahagiakan Melika. Kevin sudah mapan dan dewasa, dia juga pria yang baik dan bertanggung jawab. Apalagi mereka sudah dekat selama setahun ini, tentunya mereka sudah saling mengenal pribadi masing-masing." ucap Papa Kevin.
Papa Melika mengerutkan dahinya, dia merasa bingung.
"Mungkin mereka sudah saling kenal selama satu tahun, tapi baru menjalin hubungan selama sembilan hari. Tapi, mengapa Melika tak pernah memperkenalkan Kevin sebelumnya?" Pikir Papa Melika.
Papa Melika menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Itukan menurut anda, kita tidak tahu menurut Melika. Kalau saya, bagaimana Melika saja. Lagi pula, Melika yang akan menjalani semuanya, nanti." ucap Papa Melika.
"Bagaimana, Mel? Apa kamu menerima lamaran Kevin?" tanya Papa Kevin.
Melika menelan air liurnya, dia bingung harus mengatakan apa.
Sejujurnya, dia memang menyukai Kevin, namun dia tak pernah berpikir akan secepat ini dilamar oleh Kevin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Gusty Ibunda Alwufi
nih br cerita bener seperti kenyataan ngak hrs cerita tu yg langsing dan anak dr.klg miskin tp ini sperti di dunia nyata .mantap thor lanjut
2021-10-26
0
Sweet Girl
papanya Kevu6yh ngebet pingin punya mantu
2021-10-16
0
Sungai Panjang
asliiiiiiii cakepppppppppp 😂😂 cerita terkereeeeennn yg pernah gw baca🥳🥳🥳🥳🥳🥳🥰🥰🥰🥰🌈🌈🌈🤍🤍
2021-08-24
1