Keesokan harinya.
"Ya Tuhan." Papa Kevin memekik begitu memasuki kamar tamu dan melihat Kevin tengah tidur di satu ranjang dengan Melika dalam keadaan bertelanjang dada dan Melika yang hanya memakai tanktop hitamnya.
Kevin bahkan memeluk Melika sudah seperti memeluk guling saja.
Perlahan Melika membuka matanya.
Dia merasakan ada sesuatu yang menindih perutnya.
Dia pun melihat ke samping dan terkejut melihat Kevin tengah memeluknya.
Dugh.
Kevin terperanjat saat Melika mendorong wajahnya.
"Apaan, sih?" tanya Kevin dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Bapak ngapain di kamar saya?" tanya Melika dengan masih memasang wajah terkejut.
"Apa?" Kevin melihat sekeliling dan terlihat ruangan yang tak asing baginya.
"Loh, ini kayak rumah saya." ucap Kevin dengan bingung.
"Apa?" Melika membuka matanya lebar-lebar dan melihat sekeliling yang memanglah bukan kamarnya.
"Ya Tuhan, jadi saya ada di rumah Bapak? Tapi, kenapa bisa?" tanya Melika dengan bingung.
Kevin mendudukkan dirinya dan tak sengaja melihat ke arah sang Papa yang sejak tadi memperhatikannya di pintu kamar.
"Astaga." Kevin pun terperanjat dan bergegas turun dari tempat tidur.
"Sudah mulai ingat sekarang? Anak orang bukannya di bawa pulang ke rumahnya, tapi kamu justru membawanya pulang ke rumahmu, dan tidur satu ranjang dengannya?" ucap sang Papa.
Kevin mengusap wajahnya dan segera mendekati sang Papa.
"Papa salah paham, kami nggak melakukan apapun." ucap Kevin.
"Lalu, kenapa penampilan kalian seperti ini? Bukankah ini akan menimbulkan fitnah, ha? Kalian berada di dalam satu rumah, bahkan berada di satu kamar dengan keadaan seperti ini." ucap Papa Kevin.
Melika pun turun dari tempat tidur dan menghampiri Papa Kevin.
"Maaf, Pak. Kalian jangan berdebat dulu. Tunggu sebentar, saya akan memeriksa sesuatu, dulu. Agar kita tahu, apa yang sudah terjadi semalam. Karena saya ga ingat apapun." ucap Melika.
Melika berpikir, dia akan memeriksa apakah dia masih perawan atau tidak, karena dia pun tak ingat kenapa dia bisa berada dalam satu ruangan, bahkan dalam satu ranjang dengan Kevin.
Melika bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Papa Kevin dan Kevin hanya diam dan saling tatap.
Tak lama Melika pun keluar dengan memasang wajah sedih.
"Loh, Melika, ada apa?" tanya Papa Kevin.
Melika menundukkan kepalanya dan matanya mulai memerah.
"Melika, jawab, Om." ucap Papa Kevin yang mulai panik.
Dia sudah berpikiran negatif.
Melika hanya diam dan air matanya mulai menetes.
"Ya Tuhan, Kevin ! Kamu apakan Melika, ha?" tanya Papa Kevin dengan nada setengah membentak sambil menatap Kevin.
Kevin menggelengkan kepala dan mengerutkan dahinya.
Dia tak mengerti kenapa Melika tiba-tiba menangis.
"Ya Tuhan, Melika. Jangan bilang kamu sudah - " ucapan Papa Kevin terhenti saat dengan cepat Melika menganggukkan kepalanya.
"Ya Tuhan, dosa apa hamba mu ini? Kenapa ini bisa terjadi." ucap Papa Kevin sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Kamu harus bertanggung jawab, Kevin." ucap Papa Kevin sambil menatap tajam ke arah Kevin.
Kevin membulatkan matanya.
Dia tak mengerti apa maksud dari ucapan sang Papa.
"Apa maksud Papa?" tanya Kevin.
"Kamu masih nanya, apa maksud Papa? Kamu ini benar-benar keterlaluan. Sudah merenggut kesucian Melika dan kamu malah masih berlagak bodoh?" ucap Papa Kevin dengan nada geram.
Kevin dan Melika membulatkan matanya.
Melika pun segera menggelengkan kepalanya.
"Bukan, Pak. Bukan itu." ucap Melika.
"Kamu tenang saja, Melika. Saya tidak akan membiarkan bujang lapuk ini lari dari tanggung jawabnya." ucap Papa Kevin.
Kevin dan Melika lagi-lagi membulatkan matanya.
"Ya Tuhan, Pa. Apa maksud Papa, sih?" tanya Kevin.
"Dasar anak nggak tahu malu, di suruh menikah selalu menolak. Tapi, kamu malah melakukan sebuah perzinahan, ha?" ucap Papa Kevin dengan nada mulai murka.
Papa Kevin akan melayangkan sebuah tamparan di pipi Kevin.
"STOP !" Melika berteriak hingga membuat kedua Ayah dan anak itu sampai melihat ke arah Melika.
"Maaf, Om. Tapi, Om salah paham." ucap Melika.
"Apa? Apa maksud kamu?" tanya Papa Kevin.
"Pak Kevin nggak pernah menodai saya, saya bahkan masih perawan." ucap Melika.
Papa Kevin mengerutkan dahinya.
"Lalu, kenapa tadi kamu - ?"
Lagi-lagi ucapan Papa Kevin terhenti saat Melika menyela ucapannya.
"Tadi saya syok, karena dahi saya memar. Kalau begini caranya, saya jadi nggak cantik lagi." ucap Melika dengan wajah sedihnya.
Saat di kamar tadi, Melika berniat akan memeriksa apakah dia sudah tak gadis lagi atau justru masih gadis. Namun, dia mendadak syok saat melihat luka memar di dahinya.
Kevin dan sang Papa membulatkan matanya.
Papa Kevin bahkan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan kasar.
"Kenapa nggak bilang dari tadi?" tanya Papa Kevin.
"Saya mau bilang, tapi Bapak bicara tanpa jeda." ucap Melika.
"Ya Tuhan." Lagi-lagi Papa Kevin menghembuskan napas kasar.
Dia sudah salah sangka pada Kevin, dia bahkan sudah memarahi Kevin dan memakinya.
"Vin, Papa -"
ucapan Papa Kevin terhenti saat Kevin memotong ucapannya.
"Ini semua gara-gara kamu, kalau saja semalam kamu nggak pingsan dan nggak pakai acara demam segala, Kamu nggak akan ada di rumah saya, dan Papa nggak akan salah paham." ucap Kevin dengan nada geram.
"Apa? Semalam saya demam?" tanya Melika.
"Ya, kamu demam dan pakai acara nggak mau di tinggal segala, lagi. Jangan-jangan kamu sengaja, ya, ingin menggoda saya, ha?" ucap Kevin dengan geram.
"Apa? Kenapa Bapak nyalahin saya? Oh, saya ingat. Bapak yang sudah ngerem mendadak dan kepala saya jadi terbentur. Berarti ini semua salah Bapak." ucap Melika dengan nada kesal.
Kevin membulatkan matanya dan mengepalkan tangannya.
Dia benar-benar geram pada Melika.
"Dan satu lagi, Pak. Meski di antara kita tak terjadi apa-apa, saya akan tetap melaporkan Bapak ke Polisi." tegas Melika.
Kevin terkejut mendengar ucapan Melika.
"Kenapa kamu mau melaporkan saya ke Polisi? Apa salah saya?" tanya Kevin dengan bingung.
"Karena Bapak sudah berani membuka kemeja saya, dan membiarkan saya hanya memakai tanktop saja. Bapak sudah melecehkan saya." ucap Melika.
Kevin mengusap wajah kasar dan duduk di tepi tempat tidur.
"Masalah itu, saya nggak tahu lagi semalam harus berbuat apa." ucap Kevin sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Apa maksud kamu, Vin?" tanya sang Papa.
"Semalam Melika demam, sudah aku kompres, tapi, nggak turun juga demamnya. Dia bahkan terus bergumam. Akhirnya aku buka kemeja dia dan aku buka bajuku, aku peluk dia agar panasnya bisa berkurang dan berpindah ke aku, Pa. Tapi, aku nggak sengaja ketiduran karena lelah." ucap Kevin dengan nada lemah.
Melika membulatkan matanya dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Apa? Bapak melakukan semua itu hanya demi saya? Apa Bapak secinta itu sama saya?" tanya Melika.
Kevin menatap malas pada Melika.
Sepertinya Melika ini terkena syndrom percaya diri akut, benar-benar menyebalkan. Pikir Kevin.
"Baiklah, Papa mengerti sekarang." ucap Papa Kevin.
"Tolong maafkan Papa, Vin. Papa sudah salah paham padamu." ucap Apa Kevin.
Kevin tersenyum tipis dan mengangguk.
"Tapi, Pak. Apakah yang Bapak katakan tadi, itu , kenyataan?" tanya Melika dengan penasaran.
"Yang mana, Melika?" tanya Papa Kevin.
"Yang tadi, Bapak bilang Pak Kevin bujang lapuk, apa itu benar? Berapa umur Pak Kevin?" tanya Melika.
Melika ini memang dasarnya selalu ingin tahu.
Papa Kevin tersenyum canggung menatap Kevin.
"Itu, sebetulnya saya hanya kesal saja, tadi." ucap Papa Kevin.
"Oh, ya? Jadi, berapa umur Bapak?" tanya Melika sambil menatap Kevin.
"Bukan urusan kamu." ucap Kevin dengan nada dingin.
Melika pun mengerucutkan bibirnya.
"Papa heran, kalian sudah berpacaran satu tahun, tapi umur saja nggak tahu." ucap Papa Kevin sambil menatap penuh selidik ke arah Kevin dan Melika.
Kevin menjadi canggung dan merangkul bahu Melika.
"Bukan begitu, Pa. Pacar aku ini emang pelupa. Ingatannya buruk bahkan sudah kronis. Jadi, sulit mengingat sesuatu." ucap Kevin sambil tersenyum sok manis.
Bugh.
"Euuhh .." Kevin memekik tertahan dan menatap tajam ke arah Melika saat Melika menyikut perutnya.
Melika pun menatap Kevin dengan tatapan tak kalah tajam.
"Emang Bapak mau, punya pacar yang penyakitan?" tanya Melika.
Kevin pun tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
Papa Kevin hanya diam melihat tingkah keduanya, ada yang aneh namun dia tak ingin berprasangka buruk pada Kevin dan Melika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
fitriani
aku suka nih sama cerita yg karakter ceweknya kyk melika
2023-11-20
0
Ade Bunda86
ngakak abis nih cerita
2023-05-09
0
Veyra
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-10-29
0