Pagi ini, Kevin datang lebih awal ke kantor.
Dia berharap akan bertemu dan ingin meminta maaf pada Melika atas kejadian kemarin sore.
Dia berpikir, sekretaris akan datang lebih awal dari atasannya. Karena itu, mungkin Melika sudah berada di kantor.
Kevin melihat ke arah meja Melika yang masih kosong.
Dia melihat sekeliling dan melihat ada cleaning service yang tengah bersih-bersih.
"Hei, kamu !" panggil Kevin pada cleaning service itu.
Cleaning service bernama Rian itu pun menghampiri Kevin.
"Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Rian.
"Apa sekretaris Melika belum datang?" tanya Kevin.
"Iya, belum, Pak." ucap Rian.
Kevin mengangguk dan masuk ke dalam ruangannya.
Dia akan menunggu sampai Melika datang ke kantor.
Dia pun duduk di kursi kebesarannya sambil terus memikirkan ucapan sang Papa tadi malam.
Dia bahkan tak bisa tidur karena terus kepikiran tentang ucapan sang Papa yang menyarankannya untuk segera menikahi Melika.
******
Waktu pun berlalu, dan Melika belum juga datang ke kantor. Sementara jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
Kevin menjadi tak enak hati, dia berpikir Melika masih marah padanya sehingga tak datang ke kantor.
Berkali-kali Kevin mencoba menghubungi nomor Melika, namun Melika tak menjawabnya.
Kevin pun menghubungi pihak HRD dan meminta data-data lengkap tentang Melika.
Setelah menunggu beberapa saat, HRD pun mengirimkan laporan tentang identitas Melika melalui email.
Kevin membuka laporan itu dan membacanya dengan seksama.
Dia memotret alamat itu dan bergegas keluar dari ruangannya, dia pun pergi menuju basemant dan melajukan mobilnya menuju rumah Melika.
******
Diperjalanan, Kevin tak hentinya merasa gelisah.
Entah apa yang saat ini dia rasakan, dia pun tak mengerti.
Hanya saja, semenjak melihat Melika marah kemarin sore, dan pagi ini Melika tak masuk bekerja, membuatnya menjadi semakin merasa bersalah.
Sesampainya di rumah Melika, Kevin menghentikan mobilnya dan menghela napas perlahan.
Mendadak jantungnya berdegup kencang.
"Tenang, relaks, huh." ucap Kevin.
Kevin menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
Dia pun turun dari mobilnya.
Dia melihat rumah Melika yang tampak sederhana namun juga terlihat rapi.
Dia pun menekan bel rumah Melika.
Satu kali menekan bel, tak ada sahutan dari orang rumah Melika.
Kevin mencoba menekan bel untuk kedua kalinya, namun lagi-lagi tak ada sahutan dari dalam rumah.
Kevin menarik napas dalam dan menghembuskan nya perlahan.
Dia pun mencoba untuk yang ketiga kalinya.
Puk.
Kevin melihat ke arah belakangnya saat terasa bahunya di tepuk.
Dia terkejut melihat sosok tinggi berkumis dengan tatapannya yang tajam.
"Cari siapa?" tanya orang itu.
"Cari yang punya rumah ini, Pak." ucap Kevin dengan canggung.
Dia merasa aneh melihat tatapan pria berkumis itu.
"Ada perlu apa cari yang punya rumah?" tanya orang itu.
"Ada urusan penting, saya mau bertemu dengan Melika. Bapak kenal Melika?" tanya Kevin.
"Melika?" tanya orang itu dengan ekspresi bingungnya.
"Iya, Melika. Gadis yang tubuhnya besar kayak gentong air." ucap Kevin dengan sembarang.
Orang itu menatap Kevin dengan tatapan tajam.
"Apa maksud kamu, ha?" tanya orang itu sambil menatap Kevin dengan tatapan tajam bak silet.
Kevin menelan air liurnya dengan susah payah saat orang itu menarik kerah bajunya.
"Cukup, Pa !" ucap Melika yang tiba-tiba keluar dari dalam mobil dan menghampiri Kevin juga pria berkumis itu.
"Kamu kenal pria ini?" tanya orang itu.
"Kenal, Pa. Dia Pak Kevin, atasan aku di kantor." ucap Melika.
Kevin membulatkan matanya mendengar Melika memanggil orang itu dengan sebutan Pa.
"Hai, Mel. Kamu panggil Bapak ini apa, tadi?" tanya Kevin dengan canggung.
"Papa." ucap Melika dengan santai.
Kevin pun mengerutkan dahinya.
"Papa? Maksud kamu, Bapak ini, Papa kamu?" tanya Kevin.
Melika pun menganggukkan kepalanya.
Lagi-lagi Kevin membulatkan matanya, dia menelan air liurnya dengan susah payah saat kembali menatap Papa Melika yang juga tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
Kevin tak menyangka, jika pria yang memakai seragam hijau tua dengan pangkat bintang tiga di bahunya kini adalah Papa dari Melika. Seketika dia menjadi tak enak hati, ditambah lagi, tadi dia mengatakan Melika seperti gentong air.
Tio Santoso, Pria berusia 47 tahun, bertubuh tinggi dan kekar. Perwira tinggi di TNI AD dengan pangkat Letnan Jendral bintang tiga di pundaknya dan kini dia menjabat sebagai Inspektur Jendral TNI.
"Selamat pagi, Om. Saya atasannya Melika." ucap Kevin dengan canggung.
"Hem ... Ada perlu apa dengan Melika?" tanya Papa Melika.
"Saya ke sini mau menanyakan keadaan Melika, saya cemas karena dia nggak masuk kantor, pagi ini." ucap Kevin.
Papa Melika pun mengangguk.
"Kak, Papa mau berangkat dinas dulu, kamu masuk dan istirahatlah." ucap Papa Melika.
Melika mengangguk dan mencium punggung tangan sang Papa.
Sang Papa pun pergi melajukan mobilnya menuju tempat dinasnya.
Melika pun masuk ke dalam rumah saat tak lagi melihat keberadaan sang Papa.
"Mel !" ucap Kevin sambil menahan tangan Melika.
"Ya, ada apa?" tanya Melika.
"Kita harus bicara, Mel." ucap Kevin.
"Mau bicara apa, Pak? Kalau mau bicara masalah pekerjaan, saya nggak bisa sekarang. Lagi pula, saya sudah menjelaskan nya." ucap Melika.
Kevin pun mengerutkan dahi nya.
Kevin tak mengerti, mengapa dia sendiri tak menerima penjelasan dari Melika.
Tapi apapun itu, Kevin tak mempedulikan surat izin Melika. Kedatangannya ke rumah Melika, hanya untuk meminta maaf dan membicarakan soal masalah kemarin sore.
"Ini bukan masalah pekerjaan." ucap Kevin.
"Jadi, masalah apa?" tanya Melika.
"Ini tentang kita, tentang apa yang terjadi di antara kita kemarin sore." ucap Kevin.
Melika terdiam sejenak.
Mendadak pipinya terasa memerah, bahkan wajahnya terasa panas.
Dia benar-benar malu memikirkan saat pertama kali dia berciuman kemarin dengan Kevin.
"Nggak ada yang perlu di bicarakan." ucap Melika dengan canggung.
Dia akan masuk ke dalam rumah, namun lagi-lagi Kevin menahan tangannya.
"Saya minta maaf, Mel. Saya tidak ada maksud untuk kurang ajar terhadap kamu. Saya benar-benar tak dapat mengontrol diri saya. Saya tahu, kamu pasti marah sekali pada saya. Karena itu, saya ingin meminta maaf pada kamu." ucap Kevin dengan penuh rasa bersalah.
Melika menelan air liurnya, kupingnya terasa panas mendengar ucapan Kevin.
Jantungnya bahkan sudah berdetak dengan irama yang tak beraturan.
"Karena itu, saya ingin minta maaf dan saya ingin kamu kembali bekerja. Saya ingin kita memulai segalanya dari awal dan saya ingin- "
"Sudah, cukup ..! Sudah saya bilang, tidak ada yang perlu di bicarakan. Jadi, silahkan anda pergi !" ucap Melika dengan tegas dan akan masuk ke dalam rumah.
"Saya ingin menikahi kamu ..!" ucap Kevin dengan lantang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Ashika ruhab
jangan main-main sama anaknya pak tentara bisa2 kalau kamu nyakitin hati melika bisa ditembak ditempat sama ayahnya...😅🤣🤣🤣🤭
2021-12-28
0
Devinta ApriL
wuiih..kerreen..Melika anak dari jendrel TNI AD..
perjuangin cintamu beneran ya vin..pantang menyerah..
2021-12-15
0
Sweet Girl
jangan main main Vin.....bisa ditembak kamu klo kamu hanya bikin lelucon.
2021-10-16
0