Rembulan Di Pelukan
“Kamu akan aku pecat!” seru Frita kesal.
Sedan mewah merah marun itu memasuki lobi utama gedung megah Glow & Shine Co.
Aditya menoleh sekilas, memandangi CEO cantik yang kini menjadi atasannya. “Maaf, kalau saya salah, Mbak.”
“Kamu pemalas! Selalu terlambat setiap hari!” bentak Frita, sambil buru-buru membuka pintu.
Tidak memedulikan omelan atasannya, Aditya mengendarai mobil sampai berhenti di depan pelataran Gedung. Prita langsung menerjang turun.
“Percuma aku menggaji kamu sebagai sopir pribadi,” Frita kembali melampiaskan amarahnya. “Kamu tak mampu melindungiku!”
Frita meninggalkan mobil, tanpa menoleh lagi. Berjalan bergegas-gegas di atas sepatu bertumit runcing memasuki lobi dengan lantai marmer mengilat.
Fiuu… Aditya bersiul perlahan, memandangi atasannya berlalu. Cantik tapi sadis, pikir Aditya tersenyum-senyum simpul. Saking cantiknya sampai semua pria yag memandangnya akan mengagumi, tetapi terasa sulit dijangkau. Pantas saja ia dijuluki Rembulan Kota Bandung.
Aditya segera melajukan mobil memasuki pelataran parkir. Lalu ia masuk ke ruang tunggu sopir untuk melakukan absensi. Dia menyambar jaket lusuh untuk menutupi otot-otot gempal di lengannya dan mengacak-acak rambutnya. Dia pun masuk ke kamar mandi untuk memeriksa penyamarannya.
Aditya melihat pantulan dirinya di cermin. Di balik penampilannya yang lusuh dan berantakan, menyembunyikan bekas otot hasil latihan militer.
Hati kecilnya sebenarnya merasa berat, menjadi sosok orang lain. Tetapi dia harus bersikap professional, karena ayah Frita telah menyewanya untuk melindungi puteri kesayangannya.
Aditya membasuh mukanya dengan air. Kesejukan terasa menjalar di kulit wajahnya.
Ini bukan aku, gumamnya. Aku seorang yang terhormat, teriak batinnya.
Pikirannya membayangkan dirinya yang sebenarnya. Dengan jelas dirinya mengenakan seragam tentara lengkap dengan lambang bintang tiga di lencananya.
Dalam ingatannya, tubuhnya terlihat kekar dan berwibawa. Wajahnya gagah kecoklatan karena terpanggang matahari. Kepalanya yang plontos ditutupi topi baret komandan makin menyempurnakan ketampanannya. Dia seorang komandan yang berprestasi. Banyak penghargaan yang sudah di raihnya.
Itulah aku, gumam Aditya.
Aditya beringsut ke luar dari kamar mandi, menuju ruang tunggu sopir. Ia membaringkan diri di kursi panjang dengan nyaman. Ia harus berpura-pura sebagai orang yang lemah dan tidak berdaya di depan rekan sejawat. Tidak boleh menonjolkan dirinya supaya sopir-sopir lain tidak mengendus penyamarannya.
Aditya memiliki misi rahasia untuk melindungi Frita. Keselamatannya sebagai CEO perusahaan ini terancam. Sudah berulang kali, gadis itu mendapatkan ancaman penculikan. Pandu, ayah Frita yang merekrut Aditya. Aditya akan memastikan penyamarannya tak diketahui oleh siapa pun.
Lamat-lamat Aditya melihat Frita bercakap-cakap di lobi dengan Rani, sekretarisnya. Tapi dengan sikap cuek, Aditya malah masuk ke ruang sopir dan merebahkan diri.
“Kamu lagi ngapain, Aditya?” suara Rani terdengar tiba-tiba dan sangat mengagetkan Aditya.
Aditya tersenyum. “Eh, ini aku lagi siap-siap. Kita, maksudnya Mbak Rani dan Mbak Frita mau berangkat kan?” ujarnya sembari bangkit dari rebahan dan terlihat bersemangat.
“Iya, buruan Mbak Frita, dari tadi udah nungguin,” kata Rani dengan sedikit meringis, perutnya terasa sakit. Dia memegangi perutnya. Dismenore—rasa sakit saat haidnya, muncul lagi.
Adit masih tetap santai menanggapinya. Fokus perhatiannya malah ke sakit perut yang dialami Rani. Sementara Rani mulai tampak cemas. Aditya menyadari apa yang dialami Rani.
“Kok, kamu malah tenang-tenang aja, ayo cepat,” seru Rani.
“Tunggu… tunggu, kelihatannya Mbak ini suka barang antik ya?” tanya Adit sambal menunjuk arloji yang melekat di tangan Rani. Aditya mencoba mencari celah untuk bisa membantu meringankan sakit yang dialami Rani.
“Memangnya kenapa?”
“Itu jam tangannya kayanya sudah berumur, padahal biasanya orang dengan jabatan tinggi seperti mbak Rani sukanya barang-barang mahal dan elegan”
“Oh ini, kebetulan memang saya suka barang yang antik,” jawab Rani sambil menunjukan jam tangannya.
“Oh begitu, tapi tampaknya jam itu terawat dengan baik, boleh saya pegang? Kebetulan saya juga suka barang antik”
“Eh? Boleh saja kok,” jawab Rani sambil mendekatkan tangannya ke arah Aditya.
“Jari jemari Mbak indah juga ya,” puji Aditya sambil memegang tangan Rani.
“Sama saja tahu kaya yang lain,” bantah Rani.
“Sejak saya kerja di Glow & Shine Co, saya sering dengar kalo Mbak Rani ini dijuluki Putri Senja.”
“Kamu dengar dari siapa sih? itu cuma gurauan mereka saja tahu, jangan dianggap serius,” kata Rani sambil tertawa kecil.
“Awalnya saya juga begitu Mbak. Tapi sekarang saya percaya kalo Mbak Rani ini cocok disebut Putri Senja”
“Kenapa?”
“Ada satu persamaan antara Mbak Rani sama Senja”
“Persamaan apaan sih? kayak matematika saja”
“Sama-sama indah kalo dipandang.”
“Ih kamu ini, kirain persamaan apa…” kata Rani sambil tersenyum.
Aditya memegang dan memperhatikan jam tangan yang dipakai Rani, ketika tangan Aditya memegang jam itu dengan cepat jarinya menekan titik akupuntur tangan Rani yang berhubungan dengan masalah dismenore yang dialaminya.
Rani bahkan tidak memperhatikan dan merasa jika titik akupunturnya sudah ditekan oleh jari Aditya, kejadian itu hanya sekejap mata.
Rupanya dari kejauhan Frita menyaksikan Aditya sedang memegang tangan Rani, Frita berpikir jika Aditya mencoba menarik perhatian dari Rani. Frita khawatir jika Aditya hanya memanfaatkan Rani saja.
Aditya berhenti memegang jam tangan milik Rani, rasa sakit yang tadi tengah dirasakan oleh Rani sekejap saja sudah hilang bersamaan dengan berhentinya Aditya memegang jam tangannya.
Frita menghampiri Rani dan Aditya.
“Oh jadi itu begitu, pantesan kamu lama banget, Rani!” ucap Frita dengan dingin. Wajahnya yang putih tampak memerah. Sorot matanya amat tajam.
“Enggak, Mbak. Tunggu dulu, biar aku jelasin…” kata Rani terbata-bata. Sementara Aditya tetap santai.
“Hari ini agendaku kacau balau.”
“Mbak Rani nggak salah. Aku yang salah,” kata Aditya.
“Diam. Nggak perlu kamu jadi sok pahlawan, Aditya.”
Dengan pelan Aditya melangkah. Jarak antara dirinya dengan Frita sangat dekat.
“Kamu tidak usah marah. Aku hanya membantu meringankan sakit yang dia alami. Kamu cemburu?” Aditya berbisik pelan ke telinga Frita.
Mata Rani tampak awas, penuh curiga. Dia merasa ada kejanggalan. Kok berani sekali Aditya mendekati Mbak Frita seperti itu, Padahal kan dia hanya sopir, piker Rani.
Frita, makin kesal. Namun situasi saat ini menahannya bertindak ceroboh. Dia hanya bisa menggerutu, sejak awal aku sudah tidak sudi dijodohkan denganmu oleh Ayah!
Frita menarik tangan Rani. Keduanya berlalu meninggalkan Adit yang tampak santai di tengah situasi yang memanas itu. Sebenarnya Rani masih tampak tak nyaman. Dia masih memandangi Aditya.
Rani tak habis pikir, kenapa harus terjadi peristiwa yang tak mengenakkan itu.
Lamat-lamat Aditya masih mendengar percakapan Frita dan Rani.
“Jadi kita berangkat meeting sama siapa, Mbak?” Rani masih gusar.
“Gampang, masih banyak sopir lain kok,” timpal Frita.
Aditya hanya tersenyum saat mendengar hal itu. Aditya hanya bergumam, memangnya sopir mana yang mampu melindungimu, Rembulanku?
Frita dan Rani sudah menjauh dari hadapan Aditya. Lelaki itu tak bisa mendengar lagi percakapan lanjutan kedua gadis itu.
“Mbak nanti nggak pakai dia lagi?”
“Kenapa kamu jadi perhatian begitu sama dia?”
“Enggak, Mbak. Aku… aku cuma mau kesalahpahaman tadi.”
“Apa maksudmu, kesalahpahaman? Sudah jelas dia lagi merayumu. Jangan mau kamu dimanfaatkan sama dia.”
Rani ingin sekali membantah ucapan atasannya. Namun sepertinya takkan ada gunanya. Rani paham, Frita sedang emosional.
“Iya, Mbak. Makasih udah ngingetin,” ucap Rani kemudian.
Frita kemudian menelepon koordinator sopir. Dia meminta sopir pengganti Aditya.
“Udah ya, nggak usah dibahas-bahas lagi. Yuk siap-siap berangkat meeting,” ucap Frita. Nada bicaranya sekarang terdengar lebih tenang.
Mobil dan sopir lain pun muncul. Kedua gadis itu segera masuk.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Erni Fitriana
seru nih ...lanjut yok thor
2022-08-20
0
Erni Fitriana
mampir
2022-08-14
0
Nasi Kaput
lama lama si fitria ke gaet pengawalnya.
mohon...author yang kebetulan tampak hidungnya disini. mampir ketempat aku...kuberi kopi hangat. tapi beri like dan komentar semangat ya...mohon maaf kalau ada kalimat yang salah.
2021-09-29
0