Jejak di Kemeja Putih Bernoda
“Oke, Lu mulai menggertak,” Aditya menyeringai.
Penjahat wanita itu menghunuskan pisaunya ke leher Frita. Tiba-tiba Frita menginjak kaki wanita yang dipatahkan oleh Aditya hingga dia menjerit.
Penjahat wanita itu memukul leher Frita hingga terjatuh. Sebelum penjahat wanita itu menusuk Frita dengan cepat Aditya menendang si penjahat hingga terlempar ke jalanan. Aditya segera memeriksa keadaan Frita yang tergeletak dan melepaskan ikatannya.
Tatapan Frita mulai samar sejak lehernya dipukul penjahat dan kepalanya saat jatuh membentur jalan. Samar-samar dia melihat wajah pria yang sedang melepaskan ikatannya. Tatapannya semakin gelap. Frita merasakan tubuhnya diangkat ke pangkuan pria itu kemudian dibaringkan di kursi mobil, Frita kemudian terlelap kehilangan kesadaran.
“Merepotkan juga,” gumam Aditya sambil mendekati penjahat wanita yang tergeletak.
“Aku sebenarnya tidak suka membunuh wanita, karena itu kuharap kamu mau menjawab pertanyaanku,” ucap Aditya kepada penjahat.
“Keras kepala juga ternyata,” gerutu Aditya ketika penjahat tidak menjawab sedikit pun.
“Aaakh.. ampuun..” teriak penjahat ketika kakinya yang patah di tekan Aditya.
“Kalau begitu jawab pertanyaanku!” bentak Aditya.
“Ba baik..” jawab penjahat sambil meringis kesakitan.
“Kenapa kalian mengincar wanita itu huh?”
“Ka kami hanya di suruh oleh pimpinan kami,”
“Pasti dia bilang alasannya kan?! Masa maen culik saja tanpa ada alasan yang jelas!”
“Di-dia bilang kalo wanita itu berbahaya,”
“Yang jelas!” bentak Aditya sambil kembali menekan kaki penjahat.
“Aakh.. pimpinan kami bilang kalo Formula kosmetik baru dari Glow & Shine Co. bisa memurnikan narkoba dan miras,”
“Apa maksudnya?!”
“Aku tidak tahu.”
“Melihat gerak-gerik kalian, aku yakin kalian berasal dari salah satu Geng besar kota Bandung. Katakan siapa pimpinan kalian!”
“Di dia..”
Sebelum wanita itu menyebutkan nama pimpinannya sebuah peluru melesat mengenai kepalanya. Wanita itu mati seketika dengan darah bercucuran dari kepalanya. Aditya segera mengambil ponsel yang dibawa Si penjahat wanita untuk mendapatkan info tentang pemimpin mereka.
“Sniper?!” gumam Aditya terkejut.
Aditya segera melompat masuk ke mobil dan membawa Frita ke sisi lain mobil untuk berlindung dari tembakan Sniper. Beberapa peluru tampak melesat namun terhalang mobil. Aditya segera membawa Frita melompat ke dalam hutan.
Mobil tempat sembunyi Aditya tadi meledak karena tangki bahan bakarnya di tembak. Aditya menyusuri hutan sambil menggendong Frita. Dia tidak mungkin melawan Sniper, terlebih dia tidak memiliki senjata untuk membalas tembakan.
Secepat mungkin Aditya berlari menyusuri hutan. Darah kembali keluar dari luka di tangan dan punggungnya. Walaupun sakit Aditya tetap memaksakan dirinya untuk berlari sekuat tenaga. Setelah keluar dari sisi lain hutan Aditya sedikit lega. Setidaknya penjahat itu akan kesulitan melacaknya.
Sementara itu, di sisi lain hutan tampak seorang pria terbaring dengan memegang senjata jarak jauh yang dilengkapi teropong malam dan sensor inframerah. Jadi dengan mudah dia dapat menandai targetnya yang akan di tembak. Pria itu bangkit sambil duduk di atas motornya dan menelepon seseorang.
“Lapor Bos, sepertinya anak buah yang diperintahkan untuk menculik Frita sudah dihabisi,”
“Keparat! Mereka memang tidak bisa diandalkan. Polisi mana yang menggagalkannya?”
“Tampaknya orang itu bukan dari kepolisian,”
“Apa?! Apakah mungkin dari intel bayaran?”
“Kemungkinan besar. Aku tidak bisa menghabisinya, namun aku berhasil menggagalkannya saat dia mencoba menggali informasi dari mereka,”
“Baguslah. Walau aku masih belum mengerti kenapa kamu tidak bertindak sejak awal untuk membantu mereka,”
“Maaf Bos, saya juga terjebak dengan petunjuk palsu yang dibuat mereka,”
“Sudahlah.”
“Haruskah dikejar?”
“Tidak perlu. Segera kembali, kita akan buat rencana baru.”
“Baik!”
Orang itu kemudian membereskan senjatanya. Lalu dia pergi meninggalkan hutan dengan sepeda motornya.
Sementara itu, Aditya segera membaringkan Frita di sebuah tembok jembatan tepi hutan. Dia berusaha mencari informasi dari ponsel penjahat namun sia-sia.
Tidak ada sedikit pun info tentang pemimpin mereka di ponselnya. Kelihatannya dia sosok yang cerdas. Aditya menghela napas dalam-dalam.
Malam semakin larut. Udara dingin terasa menusuk tulang. Aditya segera melepaskan baju kemejanya yang berwarna putih untuk menyelimuti Frita agar tidak kedinginan. Aditya menatap wajah cantik Frita lalu mengusapnya sambil tersenyum.
“Jangan khawatir, kamu akan baik-baik saja,” ucap Aditya kepada Frita yang masih tampak memejamkan mata.
Aditya segera menelepon ambulans dari ponsel penjahat. Tak lama kemudian terdengar suara sirine semakin jelas terdengar.
Aditya segera bersembunyi ke bawah jembatan. Petugas Ambulan tampak bingung karena di sana hanya ada seorang gadis yang terbaring berselimutkan kemeja putih dengan noda darah. Mereka segera membawa Frita ke rumah sakit terdekat untuk dirawat. Aditya segera berjalan hendak kembali ke Hotel.
Di sudut lain, Gugun yang berhasil meloloskan diri dari Aditya segera pergi meninggalkan area Hotel. Dengan sempoyongan dia menelepon anak buahnya untuk segera menjemputnya. Gugun segera masuk ke dalam mobil anak buahnya yang baru datang. Dia segera menghubungi Daniel.
“Bos, maaf kelihatannya penculikan kali ini harus gagal,”
“Sial! Kenapa bisa gagal hah?!”
“Kami diserang orang misterius, kelihatannya dia polisi sewaan Frita,”
“Apa? Bukannya kalian yang bilang kalo mereka pergi ke sana hanya bertiga dengan sopirnya?”
“Iya Bos. Mungkin dia menyadari kami membuntutinya lalu menyewa polisi,”
“Dasar bodoh! Lalu apa yang terjadi dengan kalian?”
“Yang berhasil lolos hanyalah aku sendiri Bos, dia juga menanyakan siapa yang memerintahkan kami,”
“Lalu?”
“Ya aku bilang kepadanya kalau Bos yang menyuruhku,”
“Bagus. Kalo begitu uang lima puluh juta yang kujanjikan tidak akan kukirim saat ini kecuali aku mendapat kabar jika kalian berhasil menangkap Frita,”
“Baik Bos kami akan mencobanya lagi lain waktu,” jawab Gugun sambil mengakhiri panggilan.
“Dasar bodoh!” gerutu Daniel yang kini tengah berada di hotel bersama sekretarisnya.
“Kenapa Bos?” tanya Sekretaris Daniel.
“Biarlah, kita sepertinya memang harus menggunakan rencana kedua,” jawab Daniel.
Daniel sudah merencanakan penculikan Frita dengan matang. Bahkan dia sudah menyiapkan rencana untuk ‘cuci tangan’ jika penculikan gagal. Daniel yakin dia tidak akan terlibat dalam masalah ini. Daniel berpikir bahwa Gugun benar-benar penjahat yang bodoh.
Padahal setelah melakukan kejahatan sebesar itu kemungkinan mereka lolos sangatlah kecil. Pihak kepolisisan pasti akan memburu mereka semua. Cepat atau lambat pastinya Gugun akan tertangkap juga oleh kepolisian.
Malam itu ibu Frita, Gina Lisnia. Datang ke rumah Pandu untuk menengok putrinya. Dia sudah begitu lama tidak berjumpa dengan Frita dan adiknya semenjak bercerai. Pandu bilang Frita sedang bertemu Mr. James. Setelah lama Gina menunggu, Frita tidak kunjung pulang ke rumah.
“Memangnya jam berapa ya Mas selesai meetingnya?” tanya Gina kepada Pandu.
“Seharusnya tadi petang juga sudah selesai. Cuma membahas proposal doang kok harusnya sih nggak lama,” jawab Pandu.
“Dia tadi pas berangkat bilang mau menginap apa nggak?”
“Dia nggak bilang apa-apa.”
“Loh kok gitu sih. Kamu itu kan Ayahnya, masa punya anak gadis dibiarin keluyuran gitu saja. Dari dulu kamu ini emang nggak bisa diandalkan Mas!”
“Loh, dia kan udah besar juga Gin. Lagian dia juga pergi bareng sama sekretarisnya, diantar sama Aditya lagi.”
“Aditya? Sejak dulu aku tuh nggak pernah setuju kamu biarin Aditya kerja di perusahaan. Dia sama sekali nggak bisa diandalkan!”
“Ya udah, Aku telepon Frita sekarang.” Pandu menelepon Frita, namun nomornya tidak aktif. Tampak berulang kali dia mencoba namun hasilnya tetap sama.
Gina menjadi sangat cemas dengan keadaan putri sulungnya. Lalu Gina menyuruh Pandu untuk menghubungi Rani dan Aditya. Nomor Aditya juga tidak aktif ketika ditelepon oleh Pandu.
Tampak jelas kekhawatiran di wajah Pandu. Dia cemas jika yang dikhawatirkannya selama ini terjadi kepada Frita. Pandu kemudian menelepon Rani. Nomornya aktif hanya saja berulang kali Pandu meneleponnya, Rani tetap tidak menerima panggilannya.
Gina dan Pandu mulai gelisah dengan keadaan putri sulung mereka.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Junaedi
untung ada inspektur Arjun sing
2021-05-13
0
agussajiwo
good job adit
2021-03-18
0
yohanes fahri kopong medo
lnjut
2020-11-04
0