Aditya berjalan tergesa gesa menyusuri setiap tempat yang ada di Hotel. Namun orang yang dia cari tidak ditemukan.
Aditya mencari cara untuk menemukan mereka. Sedikitpun dia tidak menyangka jika di saat seperti ini dia harus melaksanakan kesepakatannya dengan Pandu. Padahal kemungkinan besar identitasnya akan terbongkar jika harus beraksi di tempat seramai ini.
Dengan kesal Aditya kembali menemui resepsionis untuk mendapatkan info lebih detail tentang sembilan orang yang baru memesan kamar Hotel. Namun ternyata pegawai resepsionis sudah berbeda. Dengan santai Aditya mendekatinya.
“Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis dengan ramah.
“Iya Mbaak.. Lina. Mas resepsionis yang tadi ke mana ya?” tanya Aditya sambil melihat nama di tanda pengenal resepsionis itu.
“Oh Mas Tara, dia sudah pulang karena shift pagi sudah selesai. Bapak ada perlu apa ya sama dia?” jawab Lina.
“Saya ingin mencari tahu nomor kamar teman saya.”
“Namanya siapa, Pak?”
Aditya berpikir memang susah jika harus mendapatkan info dari tamu lain jika tidak tahu namanya. Pihak Hotel malah kemungkinan akan mencurigai dirinya. Jika dia asal menyebutkan nama maka keadaan akan lebih parah lagi. Tidak ada pilihan baginya saat ini selain menggunakan cara halus.
Tiba-tiba Aditya memegangi perutnya dan bilang ke Lina mau ke toilet dulu. Di toilet kamarnya, Aditya memikirkan cara untuk mengorek informasi dari Lina. Cara apa pun akan dia lakukan agar bisa melindungi bosnya, Frita. Aditya kemudian mengganti pakaiannya dan menata rambutnya lalu kembali lagi menemui Lina.
“Selamat sore Mas, ada yang bisa saya bantu,” tanya Lina ramah dia tidak sadar jika orang di hadapannya adalah Aditya.
“Loh tadi bilang saya bapak sekarang mas,” kata Aditya sambil tersenyum.
“Eh ini Bapak yang tadi?” tanya Lina kaget karena penampilan Aditya berubah drastis.
“Jadinya mau panggil mas atau pak nih Mbak?” tanya Aditya sambil menaruh tangannya diatas meja resepsionis.
“Mas aja deh,” jawab Lina malu-malu.
Sekilas tidak akan ada yang mengenali sosok Aditya. Kini pakaian dan rambutnya begitu rapi dan terlihat jelas ketampanannya. Berbeda sekali dengan orang sebelumnya yang mengenakan pakaian kusut dan rambut yang acak acakan.
“Maaf ya tadi saya belum ganti baju. Saya kira yang jaga di sini masih laki-laki,” kata Aditya sambil menatap hangat mata Lina.
“Kok Masnya minta maaf sama saya sih, aneh tahu,” ucap Lina.
“Bagi pria sejati menampakkan sisi buruknya di hadapan wanita cantik adalah ketidaksopanan.”
“Ih Masnya bisa saja.”
“Oh iya. Kenalin, Aditya Purnama.”
“Lina, eh iya katanya tadi Mas Aditya mau nanyain nomor kamar temannya. Jadi siapa namanya?”
“Ah masalah sepele seperti itu mah nanti saja. Btw mbak Lina tahu nggak kenapa pelangi itu menjulang langit?”
“Nggak tahu.”
“Karena jika pelangi di daratan saja maka keindahannya akan kalah oleh keindahan wajah mbak Lina.”
“Ih mas Aditya ini gombal deh.”
“Serius kok.”
Aditya dan Lina tampak mulai akrab. Mereka berbincang cukup lama sebelum akhirnya Aditya bilang kalo dia mau lihat nomor kamar temannya langsung di buku tamu karena tidak ingin merepotkan Lina untuk mencarinya.
Lina dengan mudahnya memberikan buku tamu itu kepada Aditya. Setelah mendapatkan info kamar kesembilan tamu terakhir itu Aditya segera berpamitan kepada Lina. Aditya melihat jam di HP nya menunjukan pukul 18:28. Berbincang dengan Lina telah memakan banyak waktunya.
Aditya memutuskan untuk menanyakan kabar Frita lewat telepon. Namun panggilannya masih dialihkan. Aditya memutuskan untuk mencari Frita di kamarnya atau di seluruh ruangan Hotel.
Malam itu Frita dan Rani memutuskan untuk makan malam di restoran Hotel saja. Mereka berdua tampak begitu menawan dengan pakaian kasual yang membalut tubuh indahnya.
Di restoran Hotel tampak banyak mata yang tertuju kepada mereka. Mereka tidak menyangka jika Rembulan kota Bandung berada di Hotel itu. Frita dengan Rani duduk di kursi lalu memesan makanan.
“Fri lihat tuh banyak cowok ganteng liatin kamu,” ucap Rani.
“Biarin saja Ran, lagian aku yakin mereka ke sini juga dengan pacarnya,” jawab Frita santai.
“Kamu ini Fri. kesempatan loh siapa tahu ada anak konglomerat yang lagi menginap di hotel ini.”
“Saat ini aku tidak peduli. Masalah kejadian yang dialami klien saja belum beres.”
“Nah siapa tahu kalau kamu punya cowok, beban pikiran kamu itu bakalan berkurang.”
“Aku belum kepikiran sampe sana Ran.”
“Ah kamu pura-pura ya. Jangan-jangan kamu mau nerima Erik?”
“Ih kamu, mana mungkin lah risih tahu.”
“Apa jangan-jangan, kamu maunya sama anaknya Mr. James di Amerika?”
Frita malah tertawa mendengar pertanyaan Rani.
“Katanya dia sudah punya perusahaan besar sendiri loh,” kata Rani sambil menirukan gaya bicara Mr. James.
Kali ini Frita dan Rani sama-sama tertawa. Makanan yang mereka pesan datang. Ketika menikmati makanannya Frita sekilas melihat ada sosok pria tampan yang menengok ke arahnya. Namun pria itu memalingkan wajahnya dan berlalu pergi.
Entah kenapa baru kali ini Frita merasa penasaran ketika melihat seorang pria. Padahal biasanya dia tidak terlalu peduli kepada pria seperti apa pun. Dia mencoba melihat lihat sekeliling restoran, namun pria itu tidak dia lihat lagi.
“Ada apa Mbak?” tanya Rani penasaran.
“Nggak, aku tadi cuma merasa melihat seseorang di restoran,” jawab Frita sambil matanya mencoba mencari sosok yang menarik perhatiannya itu.
“Siapa sih?” Rani malah ikut melihat sekelilingnya.
Frita dan Rani kembali meneruskan menikmati hidangan yang tersaji di atas meja. Sesekali Frita mencoba melihat orang-orang di sekitarnya dengan harapan menemukan sosok yang dia lihat tadi.
Dari beberapa titik di ruangan restoran itu ada sekitar enam orang yang memperhatikan gerak gerik Frita sejak memasuki restoran. Kadang-kadang di antara mereka terlihat saling berkomunikasi satu sama lain menggunakan earphone mini yang ada di telinganya.
“Apa yang harus kita lakukan Bos?”
“Sesuai dengan rencana, kita tidak boleh menghabisi target di sini. Kita akan membawanya hidup-hidup sesuai perintah Ketua.”
“Aku tidak yakin akan berjalan semulus itu Bos, kemungkinan orang yang berada di sini akan menghalangi.”
“Kalau itu terjadi kita harus menghabisi mereka semua sebelum membawa target.”
“Oke Bos.”
Gugun sedang bicara empat mata dua orang temannya di dalam kamar Hotel Cempaka. Tampaknya mereka sedang membicarakan suatu rahasia. Di sana tampak ada beberapa buah senjata api berupa pistol.
Sejak datang ke hotel Gugun terus mencoba menghubungi empat anak buahnya yang lain. Namun panggilannya tidak dijawab sama sekali. Gugun pikir mungkin telah terjadi sesuatu kepada mereka karena tidak mungkin mereka sengaja mengabaikan panggilan Bosnya.
“Bagaimana dengan keadaan mereka Bos?” tanya anak buah Gugun.
“Entahlah, tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab panggilanku.”
“Apa mungkin mereka ketiduran?”
“Mustahil Bro, kan mereka disuruh Bos buat ngedeketin posisi target.”
“Jangan-jangan mereka sudah di tangkap pihak keamanan?”
“Kemungkinannya kecil lagian mereka bukan orang bodoh yang dengan mudahnya akan tertangkap,”
“Kalo begitu gimana dengan misi kita Bos?”
“Tetap jalankan. Bos menyuruh kita segera beraksi hari ini,” kata Gugun.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Erni Fitriana
jangan" yg ngeliatin frita n rani itu yg rival peeusaha'an frita...daniel apa y namanya🤔🤔🤔🤔????
2022-08-21
0
Yana nuryana
Aditya harus cpt nlong 😤
2021-08-18
0
Junaedi
lowongan
2021-05-13
0