Kedua mobil melaju dengan cepat melalui jalanan sepi. Malam itu Frita benar-benar sudah pasrah. Mungkin aku akan mati, batin Frita sambil sembari menangis. Papa, Mama, Clarissa aku takkan bisa bertemu kalian lagi.
Terdengar tiga kali suara tembakan setelah pintu bagasi terbuka. Mobil yang ditumpangi Frita oleng, berputar dan berhenti di tepi jalan. Mobil di belakangnya juga berhenti karena membentur pembatas jalan.
“Suara tembakan dari mana barusan?” tanya pria yang menyetir.
“Aku juga tidak tahu, apa mungkin polisi?” tampak penjahat wanita panik.
“Bos apa yang terjadi?” tanya si wanita kepada bosnya melalui earphone.
“Sial, sepertinya di mobil kalian ada hama pengganggu,” jawab Bosnya.
“Ban mobil kami juga tiba-tiba kempes, Bos.”
“Hama itu menembak ban mobil kita tadi, waspada!”
“Lu diam saja di sini!” perintah si wanita kepada Frita yang masih bingung.
Frita melihat empat orang di mobil lain keluar. Kini mobilnya berhadapan dengan mobil Bos penjahat walau jaraknya cukup jauh. Suasana di sana cukup gelap karena hanya mengandalkan pencahayaan dari satu lampu jalan dan cahaya lampu mobil yang di tumpangi Frita.
Tampak semua penjahat keluar dan menatap tajam ke arah bagasi di belakang Frita.
“Keluar lu hama!” teriak Bos penjahat sambil berjalan mendekat di ikuti anak buahnya.
Suara berisik terdengar menuju semak di hutan tepi jalan. Empat suara tembakan kembali terdengar dari hutan dekat mobil Bos penjahat. Tiga orang penjahat pria terkapar dengan luka tembak di dadanya.
“Sial! Sembunyi di samping mobil kita!” teriak si bos sambil dia sendiri bersembunyi di samping mobilnya yang bersebrangan dengan suara tembakan.
Beberapa kali si Bos penjahat menembak ke arah semak-semak. Namun suasana di sana semakin hening. Tidak ada tembakan lagi dari arah hutan. Penjahat pria yang bersembunyi di balik mobil memegangi tangannya yang berdarah. Sementara penjahat wanita di dekatnya mengawasi keadaan di sekitar.
“Sial! Aku tidak menyangka ada orang yang mampu menembak dengan akurat dalam keadaan minim cahaya seperti ini,” gerutu si pria.
“Kemungkinan orang itu adalah anak buah polisi yang mengikuti kita,” jawab si wanita.
“Kalian tetap waspada!” perintah Bos penjahat melalui earphone.
“Baik, Bos. Sebenarnya siapa orang yang kita hadapi ini Bos? Apa mereka dari kepolisian?” tanya si pria.
“Entahlah aku cuma sekilas saja melihatnya tadi. Aku sebenarnya sudah menyiapkan petunjuk palsu di hotel tadi agar polisi tidak mencari kita ke sini. Tapi kemungkinan ada polisi cerdik yang sudah menunggu kita di dalam mobil,” jelas bos penjahat.
“Apa yang harus kita lakukan Bos?”
“Kita harus mengurus orang itu terlebih dahulu, baru kita bisa melanjutkan perjalanan dengan aman.”
Frita semakin pucat, tubuhnya gemetaran ketika mendengarkan suara-suara tembakan di luar mobilnya. Dia berharap agar tidak ada peluru yang nyasar ke dalam mobil yang ditumpanginya.
Dua suara tembakan kembali terdengar. Kini giliran Si penjahat wanita yang mengerang kesakitan karena tangannya tertembak dan pistolnya juga terlempar ke hutan. Arah tembakan kini berasal dari sisi lain hutan.
Mereka semua kaget karena sama sekali tidak melihat maupun mendengar orang misterius itu berpindah tempat dari sisi lain.
“Sial! Apa mungkin musuh lebih dari satu orang?” tanya si wanita sambil memegang tangan kanannya yang berdarah.
“Kita sudah kehilangan tiga orang dan juga senjata. Kita benar-benar terpojok,” gerutu si pria.
“Kita hanya perlu mengulur waktu sampai pistolnya kehabisan peluru. Setelah itu baru kita bertindak,” perintah bos penjahat.
“Cih, tadinya aku ingin menghabisi kalian cepat-cepat tapi malah kehabisan peluru,” ujar seorang pria di dekat Bos penjahat.
Bos penjahat kaget karena musuhnya sudah berada di dekatnya, dia sama sekali tidak mendengar pergerakan pria itu. Bos penjahat hendak menembak pria itu namun dengan cepat tangannya ditendang hingga pistolnya malah menembak ke atas. Pria itu lalu menyapu kaki Bos penjahat hingga jatuh.
“Aaarkh..” bos penjahat meringis kesakitan karena pria itu menginjak tangan kanannya yang memegang pistol.
“Ada apa, Bos?” tanya si wanita dari earphone.
“Bos lu lagi kesakitan, kenapa tidak kemari saja dan tolong dia,” jawab pria yang ternyata adalah Aditya. Dia mengambil earphone dari telinga bos penjahat lalu menjawab pertanyaan penjahat wanita.
Aditya mengambil pistol yang dipegang bos penjahat lalu membuangnya ke hutan. Penjahat wanita dan pria yang di samping mobil Frita segera mendekati Aditya dan menyerangnya dengan tangan kosong namun berhasil dihindari.
“Siapa lu sebenarnya hah?” tanya si wanita.
“Kasarnya... Gue cuma kebetulan numpang tidur saja di bagasi,” jawab Aditya dengan santai.
“Gue nggak nyangka ada yang berani mengacaukan rencana,” ucap bos penjahat sambil berdiri.
“Sebenarnya apa yang kalian rencanakan kepada gadis itu?” tanya Aditya sambil menunjuk Frita yang ada di dalam mobil.
“Sok pahlawan lu. Lu nggak usah ikut campur!” bentak si pria.
“Hoho, tangan sudah berdarah seperti masih belagu juga ya,” ledek Aditya.
“Segini juga sudah cukup, kalo cuma ngadepin tikus kayak lu!” teriak si pria.
Frita dari kejuhan memperhatikan sosok pria misterius yang sedang berhadapan dengan para penjahat. Samar-samar dia mengingatnya jika pria itu adalah pria tampan yang dia lihat sekilas di restoran hotel. Dugaannya diperkuat karena pakaian yang mereka kenakan sama persis. Timbul sedikit harapan selamat pada dirinya.
Aditya menodongkan pistol ke arah mereka bertiga. Hal itu sontak membuat para penjahat ketakutan, mereka awalnya mengira jika peluru pistol Aditya sudah habis. Aditya tersenyum kemudian menekan pelatuk pistol dan ternyata pelurunya memang sudah benar-benar habis.
“Tak kusangka penjahat macam kalian masih takut dengan pistol kosong,” ledek Aditya.
“Bajingan!” teriak Bos penjahat sambil maju menyerang Aditya secara bertubi tubi.
Aditya dengan mudah menghindari semua serangan Bos penjahat. Namun penjahat lainnya ikut menyerang bersamaan. Aditya mulai kewalahan, beberapa kali pukulan mengenai tubuhnya. Penjahat yang sedang dia hadapi saat ini tampaknya lebih hebat dibandingkan dengan yang dia hadapi di hotel.
Aditya mencengkram tubuh Si pria, meninju perutnya lalu membantingnya ke mobil. Aditya menghindari tendangan Si wanita, lalu menangkap kakinya dan dihantam oleh tangannya hingga terdengar suara tulang yang patah.
Penjahat wanita menjerit kencang sambil memegangi kakinya. Bos penjahat semakin marah, dia menyerang dengan gerakan-gerakan seni beladiri Judo. Aditya menyeringai melihatnya. Dia segera meladeni serangan Bos penjahat dengan gerakan yang sama dalam beladiri Judo.
“Gerakan yang bagus, sayang masih banyak gerakan mentah,” ledek Aditya setelah memojokan si Bos penjahat.
“Banyak omong lu!” kata Bos penjahat sambil kembali menyerang.
Bos penjahat mulai kewalahan, beberapa bagian di wajahnya tampak memar, dari mulutnya mengalir darah kental. Tiba-tiba penjahat pria bangkit hendak menusuk perutnya, namun Aditya keburu menghindar hingga pisau itu menusuk bagian atas tangan kirinya hingga mengeluarkan darah. Aditya meringis menahan sakit.
Frita menjerit melihat pria itu ditusuk, dia mengira pisau itu mengenai bagian yang fatal. Namun setelah melihat pria itu menghajar lawan lalu membantingnya ke jalanan hingga terkapar. Frita merasa lega, setidaknya pria itu baik-baik saja.
“Setan alas! Lu pasti membayar ini semua!” teriak bos penjahat sambil menghunuskan pisau.
“Jangan kira cuma lu saja yang bisa mainin pisau,” kata Aditya sambil memainkan pisau milik penjahat yang menusuknya.
“Heh. Asal lu tahu, gua pernah berguru di Cina selama lima tahun untuk menguasai teknik menggunakan pisau,” kata bos penjahat sambil tertawa.
“Wah… wah… buang-buang waktu saja. Padahal di Indonesia juga banyak chef yang bisa menggunakan pisau,” ledek Aditya.
“Kurang ajar!” kata bos penjahat smabil menyerang Aditya.
Beberapa kali pisau mereka beradu. Frita bergidik ngeri melihat mereka berdua saling menyerang menggunakan pisau. Tiba-tiba pintu mobilanya terbuka, tampak penjahat wanita menyeringai kepadanya.
Beberapa serangan Aditya berhasil melukai Bos penjahat. namun Aditya juga terluka di punggungnya.
“Jangan bergerak! Kalau tidak, kubunuh dia!” teriak penjahat wanita di belakang Aditya.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Junaedi
sesuai keinginan frita supirnya tidur di mobil
2021-05-13
0
agussajiwo
oowww
2021-03-18
0
Yani Suryani
teganggggg
2020-11-10
0