Aditya tersenyum melihat Frita dan Rani yang semakin pucat dan cemas. Sementara kereta api semakin mendekat, Aditya malah menginjak pedal gas hingga mobil melaju semakin cepat.
“Maamaa..” teriak Rani.
“Ayaaah…” teriak Frita.
Mobil yang mereka tumpangi terasa melayang, suara kereta api terdengar bergemuruh begitu kencang di dekat telinga. Mobil terasa kembali melaju di atas jalanan. Jantung mereka berdua terdengar berdetak begitu kencang.
“Kita sudah sampai, Mbak.” kata Aditya setelah menghentikan mobilnya di halaman hotel.
Frita dan Rani masih belum keluar, wajah mereka masih pucat dengan napas yang memburu. Aditya kemudian berbalik menatap paras cantik mereka berdua. Sambil tersenyum Aditya menjentik-jentikan jarinya hingga berbunyi di depan mereka berdua.
“Sebentar,” pinta Frita sambil mengatur napasnya.
Frita keluar dari mobil diikuti Rani. Tampak jam tangannya menunjukan pukul 12:04. Di dalam kamar Hotel yang mereka booking Rani mulai sibuk menyusun proposal kerja sama untuk Mr. James Matthew.
“Fri, Erik kok bisa sampai melamarmu dadakan kaya gitu?” tanya Rani sambil mengedit proposal.
“Duh, bingung aku juga Ran. Sebenernya malam tadi tuh dia chattingan sama aku.” jawab Frita.
“Terus?”
“Dia awalnya ngajak makan berdua, aku tolak. Lalu dia ngajak nonton berdua, aku tolak juga. Terus terusan dia ngirim pesan, karena aku kesel ya aku bales pendek-pendek saja. Akhirnya dia bilang kalo hari ini dia mau ngelamarku karena udah kesel banget aku bales saja ‘terserah’ terus HP-nya aku matiin.” jelas Frita.
“Lah kok dia malah jadi dateng ngelamarmu?”
“Aku juga heran Ran. Serius dia itu bukan cuma gak peka tapi otaknya kayanya juga bermasalah deh.”
“Oh Frita.. andai buaya sudah tidak berekor, andai di dunia ini sudah tidak ada pelakor, cintaku padamu tidak akan pernah bocor,” ledek Rani sambil menirukan suara Erik.
“Ih kamu apaan sih, Ran,” kata Frita sambil bergidik.
Sementara di kantor, Pandu Saputra menerima panggilan telepon dari presiden direktur Unesia Corp. Sang Presdir marah-marah karena melihat Erik di permalukan di TV.
Unesia Corp. menuntut ganti rugi karena mereka merasa dipermalukan di media massa. Jika Glow & Shine Co. tidak membayar ganti rugi maka Unesia Corp. akan memutuskan semua kerja sama yang telah disepakati.
Pandu merenung memikirkan risiko seperti apa yang akan timbul jika kerja sama di antara Unesia Corp. dan Glow & Shine Co. dihentikan. Pandu kemudian menelepon Frita.
“Siang, Ayah,” sapa Frita.
“Siang Fri, kamu di mana sekarang?” tanya Pandu.
“Aku lagi di Hotel Universal Yah, ada janji sama Mr. James Matthew.”
“Loh kenapa mendadak? Biasanya dia ngasih kabar dulu ke Ayah kalo mau ke Indonesia.”
“Aku juga bingung Yah, tapi katanya sih dia denger ada rumor aneh tentang produk kosmetik kita karena itu dia buru-buru datang kemari tanpa ngasih kabar.”
“Rumor aneh?”
“Iya katanya, aku tadi telepon Ayah sibuk terus.”
“Ah iya, ayah lupa. Tadi Presdir Unesia Corp. nelepon ayah. Katanya dia minta ganti rugi sama Glow & Shine Co. karena telah mempermalukan Erik.”
“Kok jadi kaya gitu, padahal dia sendiri yang tiba-tiba datang ngelamar. Terus gimana Yah?” Frita semakin gelisah.
“Ya kemungkinan kerja sama kita bakalan dihentikan Fri, lagipula mereka minta ganti ruginya besar banget.”
“Dia yang mau ngelamar kok malah kita yang repot.” gerutu Frita.
“Ya mau gimana lagi Ayah Erik memang kaya gitu, lagi pula perusahaan mereka memang lebih besar dari Glow & Shine Co.. itu nanti hasil dari pertemuan sama Mr. James kabarin ke Ayah ya Fri.”
“Oke Ayah”
Pandu semakin bingung. Baginya kedatangan tiba-tiba Mr. James membawa banyak kekhawatiran. Telepon kantornya kembali berdering.
“Kalo memang seperti itu, kemungkinan Mr. James juga mendengar rumor itu Fri makanya dia minta proposal kerja sama baru sambil memastikan kebenaran kabar itu.” kata Rani berusaha menutupi keterkejutannya.
“Kelihatannya begitu. Duh kenapa masalahnya makin banyak bergini.” gumam Frita sembari memegang kepalanya.
“Nanti juga beres Mbak, kita beresin satu-satu dulu.” hibur Rani sambil terus mengetik.
“Btw ko tumben kamu gak marah sama Aditya, Mbak? padahal tadi Aditya ngacauin acara lamaran kamu loh,” ujar Rani mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Itu bukan acara lamaranku kali. Nah kejadian itu bisa jadi contoh buat kamu Ran, biar jadi itu orang jangan terlalu kepedean, malu sendiri kan. Udah dia yang salah malah minta ganti rugi lagi ke kita.” jawab Frita sambil tertawa.
“Jadi ceritanya kamu seneng kalo Aditya jadi pahlawan yang nyelametin kamu nih?” goda Rani.
“Bukan begitu. Aku seneng karena dia ngacauin acara Erik, jadi aku bisa ngambing hitamin dia di kekacauan itu.”
“Ih kamu makin kejam deh Fri sama Aditya. Padahal tadi dia sudah rela mati loh buat nganterin kita kesini secepat mungkin.”
“Ih itumah bukan karena dia rela mati tahu. Kalo dia mati, kita juga ikutlah kan kita satu mobil. Kamu ini ada-ada saja.”
“Tapi jujur loh aku gak nyangka kalo orang semalas dia punya nyali segede itu.”
“Aku juga gak nyangka Ran, dia bawa mobil udah kaya mantan pembalap saja.”
Frita dan Rani kagum pada kemampuan mengemudi Aditya, terlebih dia punya keberanian untuk mengemudi segila itu di jalanan sempit.
“Yah tapi mau gimanapun tetep aja sekarang Unesia Corp. minta ganti rugi sama kita jadi ini juga salah Aditya.” kata Frita.
“Ih itu mah alesan kamu doang buat cuci tangan.” kata Rani. Frita malah tertawa mendengarnya.
Sementara itu, di halaman parkir Hotel Universal ada sebuah mobil berwarna hitam, tampak di dalamnya ada empat orang pria mencurigakan. Satu orang tengah menelepon. Tiga lainnya mengawasi sekeliling Hotel. Pakaian mereka serba hitam.
“Bos, tampaknya target masuk ke dalam Hotel, apa yang harus kami lakukan?” tanya Pria yang tengah menelepon.
“Kamu yakin itu target kita?” kata lawan bicara si Pria di telepon.
“Sangat yakin Bos.”
“Di mana posisi kalian sekarang?”
“Hotel Universal Bandung.”
“Gimana suasana di sana?”
“Suasana Hotelnya saat ini sedang sepi Bos.”
“Oke kalian bersiap saja di situ, aku akan segera berangkat ke sana sekarang.”
Panggilan diakhiri. Si pria menyalakan api dan mulai merokok dengan santai. Di luar Hotel tampak tidak ada orang sama sekali. Yang terlihat hanyalah Aditya sedang duduk di bangku sambil menikmati minuman kaleng.
Di tempat lain, seorang pria bertato dan menyeramkan tengah berada di sebuah salon yang bekerja sama dengan perusahaan Glow & Shine Co. Pria itu menyimpan ranselnya lalu duduk di kursi salon.
Dia meminta agar pegawai di sana mewarnai rambutnya. Si pegawai dengan lihai mulai melakukan tugasnya. Tiba-tiba Pria itu meminta si pegawai untuk berhenti dan mengambilkan HP di ranselnya.
Ketika pegawai mengambil HP. Si pria kemudian memasukan sebuah serbuk ke dalam pewarna rambut yang ada di sana. Pegawai datang sambil memberikan HP Si pria. Tiba-tiba Si pria bilang dia baru ingat kalau ada urusan penting yang harus dilakukan. Pegawai bilang kalau proses pewarnaan rambutnya belum selesai.
Si pria bilang kapan-kapan dia akan datang lagi karena urusannya darurat. Si pria kemudian membayar biaya pewarnaan rambut sepenuhnya kemudian pergi meninggalkan salon itu. Tampak pegawai salon beserta pelanggan lain heran.
Seorang pelanggan wanita masuk berpapasan dengan pria bertato di pintu. Si wanita meminta untuk diwarnai rambutnya. Si pegawai dengan cekatan kembali melakukakn proses pewarnaan rambut.
“Aaaakh.. panas.. perih..” teriak si wanita hingga mengejutkan seisi salon.
“Kenapa Mbak?” tanya pegawai cemas.
“Ini kepala saya panas.. perih...” ujar pelanggan sambil memegang kepalanya.
Pegawai kaget karena rambut pelanggannya yang sedang diwarnai tiba-tiba banyak yang rontok. Pelanggan yang lain ikut menjerit melihat kejadian itu.
Pemilik salon segera menelepon ambulan karena si wanita terus menerus menjerit di lantai. Beberapa pelanggan segera memvidio kejadian itu dan menguploadnya ke media sosial.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Erni Fitriana
orang suruhan erik kali y🤢🤔🤔
2022-08-21
0
Junaedi
JOM
2021-05-13
0
agussajiwo
lanjut
2021-03-18
0