Jimmy menatap Frita yang tengah terbaring di tempat tidur. Dia begitu mengagumi kecantikan Frita.
“Kamu tidak apa-apa Fri?” tanya Jimmy sambil mendekat. Frita mengernyitkan keningnya tanda heran.
“Ah aku lupa. Namaku Jimmy Wijaya, kepala polisi bagian kriminal,” kata Jimmy sambil mengajak salaman.
“Polisi? Aku Frita Larasati,” jawab Frita sambil bersalaman.
“Kenapa aku ada di sini?” tanya Frita.
“Kamu dibawa ambulan ke sini untuk segera mendapatkan perawatan. Syukurlah kamu tidak terluka parah.”
“Eh. Lalu di mana pria yang menyelamatkanku?”
“Pria yang menyelamatkanmu?” Jimmy balik bertanya karena kebingungan.
“Ya tadi aku diselamatkan oleh seorang pria. Aku lupa untuk berterima kasih kepadanya.”
Jimmy semakin bingung. Dia menduga bahwa Frita memang di selamatkan oleh orang misterius. Tapi kenapa dia malah meninggalkan Frita sendirian ketika di jemput ambulan? Dia masih belum bisa menjawabnya.
Namun rasa khawatir timbul di benaknya. Jika memang Frita diselamatkan oleh seorang pria maka pastinya Frita akan berhutang nyawa kepadanya. Singkatnya pria itu akan memiliki tempat tersendiri di dalam hati Frita karena sudah menjadi pahlawan baginya.
“Ah iya. dia anak buahku di kepolisian. Saat ini dia sedang meneruskan penyelidikan kasus ini,” jawab Jimmy berbohong.
“Anak buah Anda?”
“Ya. Saat kejadian di hotel tersebut aku sudah menyuruhnya untuk menyelamatkanmu dari para penjahat.”
“Oh begitu. Kalau begitu mungkin anda bisa mempertemukan saya dengannya, saya ingin berterima kasih,” ujar Frita tampak senang.
“Maaf mungkin lain kali saja soalnya saat ini dia masih sibuk menyelidiki kasus itu,” jawab Jimmy.
“Oh iya apa kamu mengenal baju ini? Kami sedang menyelidikinya” tanya Jimmy sambil menunjukan kemeja Aditya.
“Eh. Kalo tidak salah itu bukannya baju milik pria yang menyelamatkan saya? Kenapa Anda menyelidikinya?”
“Saya pikir tadinya ini baju milik penjahat,” jawab Jimmy sambil tertawa kecil.
Frita meminta baju itu untuk dia bawa. Awalnya Jimmy ingin menolaknya tapi setelah dia berpikir kembali hal itu hanya akan menimbulkan kecurigaan Frita kepadanya. Jimmy menyerahkan baju itu kepada Frita. Tampak dia begitu senang menerimanya.
Frita berniat untuk mencuci baju itu dan memperbaiki bagian yang sobeknya. Lalu saat dia bertemu kembali dengan sang penyelamatnya dia akan mengembalikan baju itu sambil berterima kasih.
Jimmy mencoba menenangkan pikirannya. Dia bermaksud ingin membuat Arya sebagai penyelamat Frita. Dia yakin jika Frita tahu kalau penyelamatnya sudah beristri maka tidak akan muncul rasa cinta padanya. Jimmy kemudian menghubungi Arya di luar ruangan Frita.
“Halo Ar. Kamu masih di lokasi baku tembak penjahat?” tanya Jimmy.
“Ciee yang ketemu sama pujaan hatinya,” kata Arya.
“Duh jangan dulu bercanda deh Ar. Ada yang lebih penting ini soalnya.”
“Penting? Apa aku naik jabatan? Atau kantor kita ada yang mindahin? Jangan-jangan istriku selingkuh lagi.”
“Bukan masalah begitu. Loh emangnya istrimu ada bahan selingkuh Ar?”
“Duh jangan bahas itu dulu. Apa hal pentingnya Jim?”
Jimmy mulai berpikir ulang untuk menjadikan Arya sebagai penyelamat Frita. Bisa saja temannya itu malah memanfaatkannya untuk mendapatkan Frita. Ah tapi dia berpikir memilih Arya lebih baik daripada yang lain. Setidaknya dia bisa terus mengawasi temannya itu kalau berniat menikungnya.
“Aku ingin kamu berpura-pura menjadi orang telah menyelamatkan Frita,” kata Jimmy dengan nada berat.
“Apa? Loh kok harus aku Jim, aku pikir kalau ini kesempatan bagus buatmu kalau memang ingin menggunakan cara seperti itu,” jawab Arya. Dia sudah bisa menebak alasan dan tujuan dari Jimmy menjadikannya penyelamat Frita.
“Kamu memang jeli. Aku tidak bisa melakukannya Ar, aku sudah mengatakan pada media massa kalo aku selalu berada di hotel semenjak datang ke sana.”
“Duh. Berat juga.”
“Please Ar, mungkin ini satu-satunya permintaanku kepadamu yang paling penting seumur hidupku.”
“Lebay amat Jim. okelah aku setuju, lagi pula jika aku mengaku sebagai penyelamatnya mungkin saja pahlawan aslinya akan menunjukkan diri.”
“Terima kasih banyak Ar. Kamu kok kelihatannya begitu tertarik kepada orang itu?”
“Ya. Sejauh ini aku hanya menemukan jejak delapan orang yang ada di TKP. Tapi yang terlibat dalam baku tembak di sini ada sembilan orarng. Karena itulah aku tertarik bertemu dengan orang itu.”
“Apa maksudmu?”
“Nanti aku jelaskan ketika kita bertemu.”
Jimmy mengakhiri panggilannya. Dia mulai berpikir bagaimana caranya untuk menarik perhatian Frita. Dia kemudian membelikan bubur dari luar rumah sakit dan memberikannya kepada Frita.
“Ayo makanlah, kamu perlu banyak asupan. Pikiran dan tubuhmu harus kembali fresh,” kata Jimmy sambi memegang semangkuk bubur.
Jimmy mendekatkan sesendok bubur ke arah mulut Frita.
Frita agak risih. “Biar aku sendiri saja.”
“Baiklah,” ucap Jimmy, dia tersipu seraya menyerahkan mangkuk bubur kepada Frita.
Frita memakan bubur itu. Jimmy merasa dia sudah berhasil selangkah lebih dekat dengan Frita. Setelah Frita selesai makan dia menjelaskan semua kejadian yang dialaminya, dimulai dari diculik di restoran hotel sampai dia tidak sadarkan diri di dekat pria yang menolongnya.
“Begitu. Tapi saya benar-benar bersyukur kamu masih bisa diselamatkan. Tadinya saya ingin pergi sendiri namun situasi di hotel lebih membutuhkan saya,” ucap Jimmy setelah mendengar penuturan Frita.
“Tidak apa-apa, saya juga berterima kasih kepada Bapak karena dengan cepat sudah memerintahkan orang untuk mencari saya,” kata Frita sambil tersenyum.
“Duh sebaiknya jangan seformal itu memanggil saya, panggil saja Jimmy atau Jim lagipula umur kita tidak terpaut jauh,” ujar Jimmy sambil tertawa kecil.
“Kalau kamu yang meminta sih tidak masalah. Oh iya bagaimana dengan keadaan teman saya di hotel?”
“Teman? Oh yang bernama Rani ya?”
“Iya Pak namanya Rani. Eh kebiasaan,” kata Frita keceplosan memanggil Jimmy bapak.
“Nggak apa-apa nanti juga terbiasa. Tadi ketika saya tinggalkan sih baik-baik saja. kalau tidak salah dia bersama pria yang bernama Aditya.”
“Aditya?”
Frita mulai khawatir dengan keadaan Rani. Sebenarnya dia senang ketika mendengar Rani baik-baik saja, namun keberadaan Aditya membuatnya cukup khawatir. Mungkin saja Aditya memanfaatkan situasi itu untuk mendapatkan perhatian dari sahabatnya. Tampak tersirat rasa kesal di wajahnya.
“Kamu kenapa Fri?” tanya Jimmy sedikit cemas ketika melihat Frita kesal.
“Nggak kenapa napa kok. Aku Cuma kepikiran saja sama Rani.”
Keadaan Rani sudah mulai tenang kali ini. Tubuhnya sudah tidak menggigil lagi. Rani berniat mengabari keluarganya tentang kejadian yang dia alami, namun ternyata HP nya tidak ada. Aditya mengatakan kalau Jimmy yang membawa handphone miliknya. Dia juga bilang kalau HP miliknya juga hilang ketika penembakan terjadi.
Aditya menyarankan agar Rani menelepon keluarganya lewat telepon hotel saja. Rani setuju kemudian dia diantar Aditya untuk menelepon. Rani tampak kembali menangis ketika berbicara dengan keluarganya. Tampaknya rasa takut yang dia rasakan belum hilang sepenuhnya.
“Pak Aditya kita pergi ke rumah sakit yuk lihat keadaan Frita,” ajak Rani.
“Boleh saja kalo emang keadaan Mbak sudah terasa lebih baik.”
“Sudah kok. Sekalian pulang saja ya aku nggak bakalan tidur nyenyak kalo di sini.”
“Boleh. Nanti saya antar mbak pulang.”
Kejadian yang dialami Rani pastinya masih membekas dan meninggalkan rasa takut dalam dirinya. Melihat penjahat membunuh tiga tamu hotel dengan mata kepala sendiri tentunya menimbulkan trauma yang mengerikan.
“Silakan masuk Mbak,” kata Aditya sambil tersenyum dan membukakan pintu depan.
“Saya duduk di depan?” tanya Rani heran.
“Iya, soalnya saya pasti tidak akan fokus menyetir karena mengkhawatirkan Mbak yang duduk di belakang,” jawab Aditya.
“Pak Aditya ini,” ucap Rani sambil tersenyum. Dia kemudian masuk ke dalam mobil.
“Malam hari kayak begini indah juga ternyata kalo melihat putri senja tersenyum,” goda Aditya.
“Ih kamu gombal terus deh,” ujar Rani sambil tertawa kecil. Aditya kemudian mengemudikan mobil menuju rumah sakit di mana Frita berada.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Ken arok
jimmi blm knal ko sdh cinta, konyol
2021-09-24
0
agussajiwo
gk thu malu km jimi
2021-03-18
0
yohanes fahri kopong medo
adapa....
2020-11-05
1