Rani sejak keluar dari ruang restoran hotel terus mencari Frita. Namun hingga listrik menyala dia tidak menemukan keberadaan sahabatnya itu. Rani duduk lemas dengan airmata terus mengalir.
“Fritaaa...” teriak Rani sambil menangis.
Semua orang baru sadar ternyata memang ada seseorang yang menghilang di antara mereka. Rembulannya kota Bandung, Frita. Jimmy yang mendengar teriakan Rani dengan segera menghampirinya.
“Frita? Frita mana yang kamu maksud?” tanya Jimmy dengan wajah cemas.
Rani tidak menjawab sama sekali. Tangisnya semakin menjadi. Dia merasa bersalah tidak segera memberitahu bahwa temannya diculik. Dia tidak bisa membayangkan apa yang sekarang tengah dialami oleh sahabat karibnya itu. Tekanan psikologis yang dialami Rani membuatnya terkulai lemas kehilangan kesadaran.
“Cepat bawa dia ke kamar hotel! Biarkan perawat rumah sakit memeriksa kondisinya,” perintah Jimmy kepada anak buahnya.
“Apakah di sini ada yang tahu siapa Frita yang dimaksud oleh Mbak tadi?” tanya Jimmy kepada semua orang yang ada di aula hotel.
“Mungkin yang dia maksud itu Frita yang terkenal dengan sebutan Rembulannya kota Bandung,” jawab seorang pria.
“Iya aku juga ingat, wanita tadi memang masuk ke restoran bersama Frita yang terkenal itu,” jawab yang lain.
“Iya benar. Aku tadi di restoran juga sempat melihat wanita cantik itu,” kata yang lain membuat suasana aula menjadi gaduh setelah mereka sadar jika Frita diculik.
“Mungkin penjahatnya tertarik kepadanya karena sangat cantik.”
“Sial!” gumam Jimmy pelan sambil berjalan ke arah pintu keluar aula.
Jimmy kemudian menghubungi Arya yang masih sibuk dengan laporannya di kantor. Jimmy meminta bantuan Arya untuk mencari keberadaan Frita yang diculik. Awalnya Arya menolak, namun setelah Jimmy menjelaskan jika Frita yang dia maksud adalah Direktur muda di Glow & Shine Co. akhirnya Arya mau menerima permintaan temannya itu.
Kemampuan Arya dalam penyelidikan dan investigasi memang tidak bisa diremehkan. Mencari jejak, melacak penjahat dan menyusup sendirian ke dalam sarang geng geng besar sudah sering dilakukannya. Karena itu Jimmy begitu mempercayai Arya. Jimmy juga menjelaskan semua kronologis yang terjadi di sana termasuk beberapa petunjuk kecil yang ada.
Jimmy terus memeriksa keadaan di sekitar hotel untuk mencari petunjuk. Namun usahanya benar-benar percuma. Beberapa jam kemudian handphone miliknya berdering. Tampak Arya yang menghubunginya.
“Halo Ar. Bagaimana? Apakah kamu menemukan petunjuk keberadaan Frita? Dimana dia sekarang?” tanya Jimmy.
“Santai dulu Jim, tarik napas. Aku pasti akan menjawab semua pertanyaanmu kok.”
“Kamu ini. Keadaannya darurat tahu.”
“Oke. Sekarang aku berada di jalanan kecil tepi hutan bersama beberapa anak buahmu. Aku mendapat informasi dari warga katanya ada dua mobil melaju ugal-ugalan ke sekitar sini.”
“Lalu kamu menemukan persembunyian mereka?”
“Sayang sekali. Yang aku temukan hanyalah enam mayat manusia saja. lima pria dan satu wanita. Kelihatannya di sini juga terjadi baku tembak hingga satu mobil terbakar.”
“Mayat wanita itu bukan Frita kan Ar?”
“Tentu saja bukanlah. Kalau itu mayat Frita, pastinya aku mengabarimu pake nada cemas Jim. Nggak mungkin tenang kayak gini”
“Syukurlah. Lalu menurutmu siapa orang-orang yang meninggal itu?”
“Entahlah. Aku menduga mungkin ini kasus yang berbeda dengan yang terjadi di hotel. Tapi kemungkinan juga masih terkait dengan kasus di sana.”
“Kelihatannya kita harus menunggu pendataan tamu hotel terlebih dahulu beserta pemeriksaan kamera CCTV hotel. Baru kita dapat menyimpulkannya.”
Panggilan berakhir. Arya melanjutkan penyelidikannya di lokasi bekas pertarungan Aditya. Jimmy terduduk lemas karena keadaan pujaan hatinya masih belum diketahui. Padahal jika dia bisa menyelamatkan Frita pada saat ini maka kesempatannya untuk mendapatkan Frita akan semakin besar.
Aditya membersihkan luka-lukanya di sungai yang dia lewati sembari membuang HP milik penjahat. Dia kemudian lanjut berjalan, samar-samar terdengar suara kendaraan ramai, tampaknya dia sudah dekat dengan jalan raya. udara dingin di malam hari tidak mampu membuat Aditya kedinginan, tubuhnya benar-benar sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu.
Dia saat ini harus cepat-cepat kembali menuju ke hotel. Jika polisi mengetahui bahwa dia menghilang dari hotel maka akan membuat banyak kecurigaan kepada dirinya. Di jalan dia segera naik taksi dengan tujuan kembali ke Hotel Cempaka. Aditya sengaja berhenti di jalanan belakang hotel agar tidak ada yang menyadari kedatangannya.
Secara diam-diam dia mengawasi keadaan di hotel yang dijaga oleh polisi. Ketika polisi lengah dia segera naik ke bangunan hotel laiknya atlet parkour profesional. Aditya bermaksud untuk masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua hotel lewat jendela. Dengan cepat dia berganti pakaian seperti biasa begitu sampai di kamarnya.
“Lapor Pak. Kami sudah selesai mendata para tamu hotel yang malam ini belum check out,” lapor seorang polisi kepada Jimmy.
“Lalu bagaimana hasilnya?” tanya Jimmy.
“Kami menemukan ada dua belas orang tamu yang tidak ada di sini. Dua diantarnya yang ditemukan tewas di kamarnya. Sementara sepuluh orang sisanya termasuk Frita tidak ada di sekitar hotel.”
“Apa kalian sudah mencari mereka di seluruh kamar dan ruangan yang ada di hotel ini?”
“Sudah Pak. Kami tidak menemukan mereka.”
“Jika seperti itu maka kita bisa dengan mudah memperkirakan siapa penjahat yang mengacau di sini,” kata Jimmy sambil mengambil data tamu hotel yang tidak ada di sana. Nama Aditya tercantum dalam buku itu.
“Lalu. Apa kalian juga sudah memeriksa data pegawai hotel yang bekerja malam ini?” tanya Jimmy lagi.
“Kami sudah memeriksa semuanya dan tidak menemukan ada yang aneh ataupun mencurigakan dari mereka semua.”
Aditya segera keluar dari kamarnya sambil memasang raut wajah cemas untuk menghindari kecurigaan polisi. Dia berjalan perlahan menuju aula karena dia mendengar di sana banyak orang yang sedang berbicara. Namun sebelum sampai ke aula dia terlihat oleh beberapa polisi kemudian dia ditangkap dan di bawa untuk menghadap Jimmy.
“Siapa namamu?” tanya Jimmy.
“Adityaya Purnama,” jawab Aditya singkat.
“Dari mana saja kamu?”
“Saya dari kamar saya Pak.”
“Mau ke mana?”
“Ke aula Pak, saya dengar suara orang-orang dari sana.”
“Apa kamu tahu apa yang telah terjadi di hotel ini?”
“Tahu Pak.”
“Saat ini polisi sedang mencoba mencari para penjahat yang terlibat dalam masalah ini. Kamu juga termasuk orang yang dicurigai.”
“Kenapa saya dicurigai? Padahal saya cuma tamu hotel biasa seperti yang lainnya.”
“Kamu tadi tidak ditemukan di ruangan manapun di hotel ini! Maka ada kemungkinan kamu baru kembali setelah membuang bukti-bukti kejahatanmu!” bentak Jimmy sambil mendekati Aditya.
“Saya dari tadi ada di kamar saya Pak. Baru setelah listrik menyala kembali saya keluar dari kamar,” jawab Aditya dengan santai sambil menatap Jimmy yang kesal.
“Apa? Ada di kamar?! Tadi bawahanku dan pegawai hotel sudah memeriksa kamarmu tahu!”
“Saya pikir orang yang masuk ke kamar saya itu penjahat Pak makanya saya tidak menampakan diri.”
“Memangnya kamu sembunyi di mana sampe-sampe mereka tidak menemukanmu? Di jam dinding?! Di TV?! Apa di saku bajumu sendiri?!” tanya Jimmy sambil marah-marah.
“Saya dari tadi sembunyi di bawah kasur Pak. Mereka saja yang tidak mencari saya di bawah kasur.”
Jimmy kemudian berbalik menatap anak buahnya yang berkata sudah memeriksa semua ruangan dan kamar hotel.
“Apa benar yang dia katakan?”
“Be benar Pak. Saya tidak kepikiran untuk mencari ke bawah kasur,” jawab anak buah Jimmy.
Aditya kemudian dipersilakan untuk pergi. Walaupun begitu, Jimmy masih menaruh kecurigaan besar kepada Aditya. Baginya pria dengan rambut acak-acakan itu menyimpan banyak misteri yang tertutup rapat.
BERSAMBUNG…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Yana nuryana
Rembulannya Bandung blm ktm?
2021-08-18
0
Junaedi
luar binatang
2021-05-13
0
agussajiwo
😆😆😆 hebat km dit,polisi j bs di kadalin
2021-03-18
0