Duuh, gimana caranya ini, biar lolos dari Erik, pikir Frita.
TIba-tiba terdengar suara klakson laju mobil cukup kencang. Aditya menancap gas sambil mengerem ban depan mobil. Ban belakang terus berputar laiknya mobil yang sedang ngedrift. Klakson dibunyikan lagi agar orang yang berkerumun di hadapannya menyingkir.
Orang-orang pun segera menyingkir dan memberikan jalan kepada Aditya untuk lewat. Melihat jalan yang terbuka Aditya segera mengemudikan mobilnya merangsek masuk ke dalam tengah-tengah kerumunan hingga sampai di jalanan yang ditaburi kelopak bunga mawar.
Aditya menatap Frita dan Rani dari jendela mobil seolah berkata bahwa dia sudah siap mengantar mereka. Untuk pertama kalinya hati Frita senang melihat hal yang di lakukan Aditya. Di matanya selama ini semua yang di lakukan oleh Aditya adalah kesalahan.
“Maaf Rik, aku harus segera pergi. Ada pertemuan penting,” kata Frita dingin sambil menarik lengan Rani.
“Ta-tapi Fri acaranya gimana?”
Frita tak menggubris pertanyaan Erik.
Frita setengah berlari menuju mobil di hadapannya. Setelah Frita dan Rani masuk ke dalam mobil Aditya segera menancap gas keluar dari gerbang kantor Glow & Shine Co..
“Kacau semua!” teriak Erik sambil bertolak pinggang dan geleng-geleng kepala.
Beberapa media massa mendekati Erik sambil bertanya apa yang terjadi. Erik tidak berkomentar sedikitpun. Bodyguard yang dia sewa berusaha menghalau kerumunan media yang menyudutkan Erik.
“Bubar-bubar!” perintah Erik kepada semua orang yang ada di sana.
Bodyguard yang disewa Erik membantu membubarkan kerumunan orang-orang termasuk pihakmedia massa yang masih menyiarkan acara. Erik duduk di tangga teras gedung. Dia tidak menyangka jika lamarannya akan kacau.
Semua orang yang berkerumun mulai meninggalkan halaman depan kantor. Mereka takut melihat tampang-tampang sangar para bodyguard Erik. Tampak dari halaman depan ada dua orang yang tergeletak di dekat tempat parkir.
“Bos, ada dua orang Bodyguard yang babak belur dan tidak sadarkan diri di dekat tempat parkir.” lapor seorang bodyguard kepada Bosnya.
“Babak belur? segera bawa mereka kemari!” perintah Bos bodyguard.
“What?! Kenapa bisa? Bukannya kalian sudah terlatih dan berpengalaman?” tanya Erik sambil berteriak meluapkan emosinya, setelah mendengar ada dua anak buahnya yang babak belur.
“Siapa pun yang melumpuhkan mereka tampaknya dia benar-benar hebat Bos,” bela seorang bodyguard.
“Jadi kalian itu cupu hah?! Tahu bakalan seperti ini aku sewa orang dari geng besar saja! Dari geng Gagak, Serigala atau Merak!” tegas Erik marah-marah.
Erik mondar mandir karena emosinya tersulut, dia tidak menyangka jika akan ada orang yang berani mengacaukan acara lamarannya. HP Erik berdering. Tampak Ayahnya yang menelepon.
“Ada apa Ayah?”
“Apa maksud semua ini Rik!” bentak Ayahnya.
“Kejadian di TV barusan sudah mempermalukan dirimu sendiri dan Unesia Corp. tahu!” bentak Ayah Erik kembali.
“Bukan begitu Ayah, tadinya aku ingin memberikan kejutan kepada Ayah kalau aku berhasil melamar Frita.”
“Terserah apa maksudmu! Kamu jelaskan nanti di kantor! Tapi asal kamu tahu Rik, saat ini kita harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk menutupi peristiwa memalukan ini!”
“Kenapa harus di tutupi Yah? Frita kan belum menolak, dia bilang nanti akan menjawabnya.”
“Setidaknya pake otakmu hari ini.. saja Rik! Kalau Frita memang mau menerima lamaranmu seharusnya ketika kamu bertanya kepadanya untuk menjadi istrimu dia langsung jawab iya! Tanpa pikir panjang kaya tadi.”
“Tapi Yah...”
“Pulang, sekarang!”
“Baik.”
Erik dengan kesal segera masuk ke mobilnya dan pergi dari kantor Glow & Shine Co.. Bodyguard yang dia sewa segera pergi membawa kedua temannya yang babak belur ke rumah sakit.
Erik heran sebenarnya siapa yang bisa menghajar dua bodyguardnya, padahal selama ini mereka begitu dapat diandalkan. Siapa pun itu dia tidak peduli, yang jelas orang itu sudah mengacaukan acaranya dan membuat dia dimarahi Ayahnya. Dia pasti akan membalas dendam pada orang itu!
***
“Kenapa Mbak kelihatan gelisah seperti itu?” tanya Aditya.
“Gak usah banyak tanya deh,” jawab Frita ketus.
“Duh, udah jam sebelas lebih dua puluh mana sempet Mbak,” kata Rani dengan cemas.
“Gara-gara Si Erik nih emang!” gerutu Frita.
“Ini ada apa ya mbak Rani? Saya jadi bingung,” tanya Aditya.
“Ini loh, pertemuan pentingnya pukul satu siang, terus sekarang udah hampir jam dua belas, mana mungkin sampai tepat waktu, proposalnya juga belum siap, harus ada yang diubah dulu” jawab Rani dengan wajah putus asa.
“Duh, mana Ayah di telepon sibuk mulu lagi,” ujar Frita.
“Mati deh kita. Kalo Ayah pasti punya solusinya,” tambah Frita sambil memegang kepalanya.
“Kenapa tidak bilang dari tadi,” gumam Aditya.
“Apa?! Bilang ke kamu juga gak akan ngatasin masalah tau. Coba kalo tadi Kamu jemput Aku lebih cepat,” gerutu Frita melampiaskan kekesalannya kepada Aditya.
“Pasang sabuk pengamannya! Mbak Frita segera booking kamar hotelnya dari aplikasi online biar nanti datang ke Hotel Universal nggak perlu ribet lagi urusin kamar. Mbak Rani mulai konsep hal yang perlu diubah di proposal dari sekarang biar nanti pas sampai langsung ditulis” perintah Aditya dengan wajah serius.
“Hah?! Percuma tahu, gak bakalan sempet ini!” bentak Frita kesal karena merasa di perintah.
“Sudah Fri ada benernya juga tahu,” bela Rani sambil memasang sabuk pengaman diikuti Frita kemudian.
Mereka berdua mulai melakukan apa yang disarankan Aditya. Frita membooking kamar Hotel untuk mereka berdua, sementara Rani mulai memikirkan beberapa poin yang nanti harus diubah dalam proposal.
“Pegangan!” perintah Aditya setelah melihat Frita selesai membooking kamar Hotel.
Frita dan Rani masih bingung apa yang akan dilakukan oleh Aditya. Namun secara refleks mereka segera berpegangan. Aditya mulai serius berkonsentrasi menatap jalanan yang tengah ramai.
Ketika melihat ada sedikit celah yang cukup untuk mobilnya dengan segera kakinya menginjak pedal gas. Mobil melaju dengan cepat, tubuh Frita dan Rani seakan ditekan ke kursi saking cepatnya. Mereka berdua tampak kaget dan berpikir kalau Aditya sudah gila melaju secepat itu di jalanan ramai.
“Kamu mau bunuh diri?!” teriak Frita.
“Lebih baik terlambat daripada malah sampe rumah sakit!” teriak Rani sambil memejamkan mata karena takut.
Aditya tidak menggubris teriakan mereka berdua, saat ini dia fokus untuk mengemudikan mobilnya secepat mungkin agar bisa tepat waktu sampai di Hotel Universal. Dua mobil truk besar tampak berjalan beriringan di depan mobil yang di kemudikan Aditya. Tampak beberapa mobil kecil berada di depan mobil truk itu.
“Dit, jangan Dit,” ujar Frita dengan wajah cemas melihat Aditya mengemudikan mobilnya masuk ke celah di antara mobil truk.
“Adiiit!” teriak Frita ketika Aditya malah mencancap gas masuk ke sela-sela mobil truk.
Frita berpegangan ke kursi dengan erat, kedua matanya dipejamkan. Rani sendiri tidak berkomentar sejak tadi dia belum membuka matanya sedikit pun. Aditya dengan serius menatap jalanan.
Aditya mengemudikan mobilnya keluar dari jalan utama. Frita membuka sedikit matanya.
“Adiit..!” Frita berteriak kembali sambil memejamkan matanya ketika melihat Aditya meliuk-liukan mobilnya di jalanan sempit dalam kecepatan tinggi.
Terdengar teriakan pengemudi lain yang melihat Aditya mengendarai mobil ugal-ugalan. Pejalan kaki yang melihat hal itu pun ikut berteriak dan memaki-maki. Aditya dengan santainya mengemudikan mobil seolah tanpa beban.
Dari kejauhan terdengar ada suara kereta api yang kian mendekat. Karena penasaran Frita dan Rani membuka mata. Tampak jalan yang mereka lalui harus melewati perlintasan kereta api tanpa palang pintu. Aditya terus melaju dengan cepat, sedangkan kereta api kian mendekat.
“Itu kereta api kan, Ran?” tanya Frita sambil melirik ke Rani dengan wajah pucat.
“Iya, Fri” jawab Rani pelan.
“Dit, Itu kereta api! kereta api, Dit!” teriak Frita sambil menggoyang-goyangkan kursi Aditya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Junaedi
Aditya bisa saingan nieh sama vinbensin
2021-05-13
1
agussajiwo
keren
2021-03-18
0
yohanes fahri kopong medo
penasaran
2020-11-04
0