Qania tersadar ketika mendengar suara pintu kamarnya diketuk, ia mengucak kedua matanya dan berusaha mengumpulkan kesadarannya. Ia bangkit dan duduk bersandar pada sandaran ranjangnya.
“Masuk saja, nggak dikunci” teriak Qania denga suara khas bangun tidur.
Pintu kamarnya terbuka menampilkan sososk Winda yang terlihat sangat bersemangat untuk menemuinya.
“Ada apa?” Tanya Qania malas.
“Ya ampun Qania kamu tidur ya tadi. Kata tante kamu masuk kamar hampir magrib dan sekarang ini sudah jam delapan. Bahkan kamu melewatkan makan malam, kamu ada masalah?” kata Winda ketika duduk disamping Qania.
“Astaga, ini sudah jam delapan? Kok nggak ada yang bangunin aku ya?” Tanya Qania seraya bergegas turun dari ranjangnya dan mengambil handuk kemudian berjalan cepat ke kamar mandi.
Winda yang melihat tingkah sepupunya hanya menggelengkan kepalanya.
“Dasar Qania, selalu saja begitu. Untung cantiknya udah alami, jadi biar malas mandi dan nggak tahu dandan udah cakep aja” gerutu Winda sambil terkekeh.
Hanya sepuluh menit waktu yang dibutuhkan Qania untuk mandi, kini ia keluar dari kamar mandinya sudah dengan pakaian lengkap. Qania duduk di depan meja riasnya, ia menyisir rambutnya yang basah dan memakai bedak baby pada pipinya.
“Itu mandi atau Cuma siram doang Qan, cepat amat” tegur Winda.
“Ya mandi lah, nih lihat aku bahkan keramas loh. Aku juga heran ya, kenapa ada orang yang mandi sampai setengah jam bahkan lebih, padahal cuma mandi doang” ucap Qania sambil berjalan menuju tempat tidurnya dan duduk bersandar disamping Winda.
“Yailah Qan, malahan gue yang heran kok kamu bisa mandi secepat itu. Tapi benar juga sih, inikan cuma mandi. Kalau gue mah paling lama lima belas menit kalau Cuma mandi doang” ucap Winda juga membenarkan dan Qania mengangkat kedua bahunya.
“Oh iya ngapain kemari, apa ada yang bisa dibantu nyonya?” Tanya Qania yang juga meledek.
“Ah kamu ini, emangnya gue kalau kemari cuma saat minta bantuan gitu” ketus Winda membuat Qania tertawa.
“Hehehe, terus ada apa dong?” Tanya Qania masih sedikit tertawa.
“Ke taman yuk, lihat pacar kamu balapan” ajak Winda membuat Qania langsung kesal.
“Aku nggak mau, kamu aja” jawab Qania ketus.
“Ya ampun Qan, kamu itu sekali-kali datang lihatin Arkana balapan dong. Semangatin dia gitu, apalagi menurut info yang gue dengar nih ya, mala mini tuh dia balapan sama Galih, gawat deh” cerita Winda sambil bergidik ngeri.
“Bukan urusan Qania” jawab Qania lagi.
“Qan setidaknya kamu datanglah mala mini, gue khawatir sama Arkana. Galih itu terkenal dengan kesadisannya saat balapan liar, dia nggak segan-segan berbuat curang jika tahu kalau dia akan kalah” cerita Winda lagi berusaha membujuk Qania.
“Kapan dia balapan?” Tanya Qania ketus, padahal dalam hati ia sangat cemas.
“Jam sembilan Qan, tiga puluh menit lagi” jawab Winda sambil melirik jam tangannya.
“Apa? Bukannya jam satu nanti ya?” Tanya Qania terkejut.
“Bukan, nggak jadi jam satu” jawab Winda.
“Kalau begitu ayo kita kesana sekarang” ajak Qania yang bergegas turun dari tempat tidurnya, namun tidak dengan Winda.
Winda memperhatikan Qania dari atas sampai bawah, kemudian dari bawah keatas. Ia tertawa membuat Qania keheranan.
“Ada apa lagi? Kenapa ketawa hah?” Tanya Qania kesal.
“Bagaimana nggak ketawa, lagi-lagi kamu kesana dengan pakaian seperti ini. Ya ampun Qania sekali-kali dandan kek, masa kamu ketemu Arkana di taman pakai piyamah lagi, hehehehe” tegur Winda yang masih tertawa.
“Emang masalah banget ya?” Tanya Qania yang juga memperhatikan penampilannya di depan cermin.
“Masalah sih enggak ya, cuma menurut aku nih ya sekali-kali kamu dandan lah. Apalagi kamu mau ketemuan sama Arkana. Kamu tahu tidak, banyak wanita yang selalu ada disana saat Arkana mau balapan” kata Winda sambil mencoba mengingatkan bahwa sepupunya itu juga tidak boleh kalah cantik dengan penggemar Arkana.
“Ya sudah aku ganti baju dulu, tapi masih keburu nggak?” Tanya Qania yang tidak mau terlambat untuk datang menyemangati Arkana meskipun ia masih kesal pada kekasihnya tersebut.
“Iya, ntar ngebut di jalan” ucap Winda dan Qania pun langsung bergegas mengambil pakaiannya. “Kamu ganti bajunya disini saja, aku mau keluar. Aku tungguin di teras ya, cepat” sambung Winda yang kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar Qania.
Qania menghampiri Winda yang sudah duduk diatas motornya, Winda yang melihat kedatangan Qania langsung tersenyum lebar. Ia senang melihat penampilan Qania yang mengenakan tanktop dan jaket jeans, serta rok plisket hitam selutut, apalagi rambutnya yang diikat seluruhnya dan sempat ia ikal sore tadi benar-benar membuatnya terlihat sangat cantik.
“Nah ginikan enak dilihatnya, cantik dan hot” puji Winda.
“Nggak usah muji-muji, ayo jalan” potong Qania sambil duduk diatas motor Winda.
“Oke” jawab Winda kemudian menstater motornya dan pergi meninggalkan rumah Qania.
Mereka kini telah sampai di taman tempat Arkana akan melangsungkan balapan liarnya. Qania melihat begitu banyak orang yang berkerumunan disana ada dua kelompok yang ia yakini pasti satu kelompok Arkana dan yang satunya lagi kelompok Galih.
Winda menarik tangan Qania untuk bergegas menemui Arkana sebelum balapan dimulai. Begitu banyak yang mengerumuni Arkana dan kebanyakan mereka adalah para wanita dengan pakaian yang kurang bahan, pikir Qania. Winda berusaha menerobos kerumunan tersebut sambil menarik tangan Qania, membuat Qania menabrak punggung seseorang.
“Aw sakit tahu nggak sih loe” ucap wanita tersebut dengan suara lantang.
“Maaf aku nggak sengaja” jawab Qania merasa bersalah.
“Maaf loe bilang, nggak ada ya. Lagian ngapain nerobos sampai nabrak gue hah? mau nemuin Arkana?” Tanya wanita itu setengah mencibir.
“Iya” jawab Qania polos.
“Hahaha mau ngapain? Minta photo atau tanda tangan?” ledeknya kemudian memandang Qania dengan sangat sinis. “Nggak boleh” lanjutnya sambil mendorong bahu Qania membuatnya tersungkur, untung saja Arkana dengan sigap meraih tubuhnya.
“Arkana kok kamu bisa disini?” Tanya wanita itu gugup.
“Kamu nggak apa-apa sayang?” Tanya Arkana khawatir.
“Nggak kok” jawab Qania tersenyum.
Arkana melepaskan tanggannya dari punggung Qania dan menatap tajam kearah wanita yang sudah berani mendorong kekasihnya itu. Wanita yang ditatap tersebut langsung menundukkan kepalanya karena takut.
“Kamu ngapain kemari sayang hem, cantik banget gini?” Tanya Arkana sambil memeluk pinggang Qania dengan sebelah tangannya.
“Ih jangan gitu tangannya, malu banyak yang lihat” tegur Qania sambil berusaha melepaskan tangan Arkana.
“Dengar ya semua, jika ada yang melihat wanita disampingku ini datang kemari tolong langsung berikan jalan. Perkenalkan dia adalah pacar sekaligus calon istriku” teriak Arkana membuat semua yang ada di kubunya menoleh.
Banyak yang berbisik-bisik melihat Qania, para pria juga banyak yang memujinya namun sedikit dari para wanita yang senang akan kehadiran Qania.
“Wah dia sangat cantik dan manis” teriak salah satu pria.
“Tapi kok gue nggak pernah lihat dia selama balapan disini ya?”
Begitulah suara dari para pria dan wanita yang berada di dekat mereka.
“Perhatian semuanya, balapan akan segera dimulai. Kepada Arkana dan Galih tolong bersiap-siap digaris start” teriak salah satu pria yang sepertinya merupakan penyelenggara balapan ilegal tersebut.
“Aku siap-siap dulu ya, kamu sama Winda gabung aja sama Fero, Rizal dan yang lainnya disana” ucap Arkana sambil menunjuk kearah teman-temannya berada.
“Kamu hati-hati ya, jangan sampai kenapa-napa” ucap Qania lirih.
“Aku akan berhati-hati, apalagi ada kamu disini” ucap Arkana dengan sedikit menggoda agar kekasihnya itu tidak terlalu khawatir.
“Hemm. Tapi ingat baca bismillah dulu ya sebelum balapan” pesan Qania.
“Oke” jawab Arkana sambil mencuim tangan Qania lembut dan tersenyum sangat manis membuat Qania justru makin khawatir.
Arkana menggenggam tangan Qania dan membawanya untuk berkumpul dengan teman-temannya dan diikuti oleh Winda disampingnya. Setelah Arkana mengantar Qania ia pun langsung bersiap-siap di garis start bersama Galih. Peluit panjang dibunyikan dan salah satu wanita sudah mengangkat bendera, Arkana dan Galih langsung menarik gas motor mereka masing-masing.
Qania harap-harap cemas menyaksikan balapan tersebut, hatinya tidak berhenti berdoa agar Arkana baik-baik saja. Tak lama kemudian dari kejauhan terlihat kedua motor tersebut, Arkana berada diposisi unggul dan Galih tidak berjalan begitu jauh darinya, hanya sekitar dua meteran.
Sorakan dari pendukung Arkana terdengar jelas saat Arkana tinggal beberapa meter lagi sampai digaris finish. Qania yang sedari tadi menutup rapat matanya akhirnya membuka kedua matanya perlahan dan ia melihat jelas Arkana hampir menyelesaikan balapannya. Namun sesuatu yang tidak terduga, Galih tiba-tiba saja menendang
body motor Arkana membuatnya terlempar jauh bersama motornya.
“Arkanaaaaa” teriak Qania yang melihat Arkana sudah berada jauh dari area balapan dan spontan saja berlari dengan air mata yang bercucuran menuju kearah dimana Arkana terlempar jauh.
Winda mengejar Qania diikuti oleh teman-teman Arkana dan juga para penonton yang ada disana. Qania meletakkan kepala Arkana diatas pangkuannya, ia membuka helmet yang terpasang dikepala Arkana dan melihat ada banyak darah diwajahnya.
“A..aku ba..ik baii.k sa..ja” ucap Arkana terbata dengan menampilkan senyuman manisnya.
“Diam, jangan bicara lagi. Aku akan membawamu ke rumah sakit” teriak Qania dengan air mata yang semakin deras mengalir di pipinya.
“A..aku sa..sayang kam…mu Qania” ucap Arkana kemudian matanya tertutup dan tangannya yang dipegang oleh Qania langsung terlepas dan jatuh begitu saja.
“Arkanaaaaaa banguunnnn” teriak Qania.
“Arkanaaaaaaaaaaa” teriak Qania yang terbangun dari tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 365 Episodes
Comments
ᎥᎥͷ ᎥͷɗᏒⅈᎯͷⅈ💜E𝆯⃟🚀HIAT
semangat up selanjutnya ya kak 💪💪💪
2021-12-28
1