Qania berjalan menuju ruang kelasnya dengan sangat terburu-buru karena hampir terlambat. Ia bukannya kesiangan, namun itu karena Arkana yang mengantarnya pagi itu yang kesiangan. Jika mengingat kejadian tadi pagi membuatnya kesal saja.
"Dasar Arkana, maunya harus dituruti. Aku hampir terlambat cuma buat nungguin dia dandan di rumahnya. Bangunnya aja udah telat eh malah nggak ngebolehin aku pergi sama orang lain dengan alasan demi keamanan. Hello dia pikir dia pemilik keamanan di muka bumi ini apa" Qania tak henti-hentinya merutuki Arkana sepanjang jalan menuju kelasnya.
"Mentang-mentang sudah dapat restu dari mama papa eh dia malah ngelunjak. Kalau tahu dia bakalan seprotektif ini, aku nggak akan mau balikan sama dia" umpat Qania.
"Hei hei kenapa wajahnya kusut banget sih" tegur Yani saat Qania sudah duduk di sampingnya.
"Tahu ah, gelap" ketus Qania.
"Eh kok gitu jawabnya" Yani terheran dengan jawaban Qania.
Namun Qania malah menatap Yani dengan tatapan membunuh membuat Yani menjadi ciut. Namun Rey yang duduk di depan Qania malah cengar-cengir melihatnya.
"Kamu kenapa Rey hah? Ngapain ngeliatin gigi kamu itu? Aku nggak niat buat beli gigi kamu gigi aku masih lengkap" bentak Qania yang tidak suka melihat ekspresi Rey, seolah sedang mengejeknya.
"Hei Qania kamu apaan sih, keep calm dong" jawab Rey sambil tersenyum meledek.
"Memangnya kenapa hah? Mendingan kamu balik badan dan bersiap karena sebentar lagi dosen datang" perintah Qania, namun sebelum Rey berbalik ia memberikan senyuman aneh pada Qania membuat Qania bergidik ngeri. "Apaan sih dia, nggak jelas banget deh" batin Qania.
Tidak lama setelah Rey berbalik, bu Lira masuk dan membawakan mata kuliah Analisis Struktur, mata kuliah mekanika teknik dasar dua yang sangat sulit bagi mereka. Sehingga sefokus apapun mereka tetap tidak mampu mengerjakan tugas besarnya, kecuali Qania yang sangat suka mata kuliah tersebut dari semester satu.
Setelah hampir dua jam mengajar, bu Lira akhirnya selesai menerangkan materinya hari ini. Dan seperti biasa, mahasiswa akan senang saat mata kuliah ini usai, karena bagi mereka ini adalah yang paling sulit dan menguras tenaga untuk berpikir.
"Tugas besarnya sudah bisa diambil di ruangan saya sebentar ya. Kalau begitu saya permisi, selamat pagi" ucap bu Lira kemudian melangkah pergi.
Setelah bu Lira menghilang dibalik pintu, para mahasiswa langsung lesu karena ucapan bu Lira mengenai tugas besar. Tugas dari bu Lira lah yang paing sulit dikerjakan kata mereka. Untung saja mereka memiliki Qania yang dengan sabar membantu mereka mengerkan tugas bu Lira sebelumnya.
"Ehemm" dehem Rey dari depan sambil memasukkan alat tulisnya ke dalam tasnya, membuat Qania dan Yani kaget.
"Kamu kenapa Rey? Bikin kaget saja" tanya Yani sambil menepuk pundak Rey.
"Nggak Yan, cuma lagi senang aja. Sepertinya gue nggak perlu susah-susah ngerjain tugas besar kali ini" jawab Rey kemudian berbalik ke arah Yani dan Qania yang duduk bersebelahan.
"Kok bisa? Kamu bisa gagal kalau nggak ngerjain tugas bu Lira loh" ucap Yani serius.
"Itu karena Qania yang akan mengerjakannya untukku, bukan begitu Qania manis?" kata Rey sambil melempar senyum kepada Qania.
"Jangan kepedean kamu Rey" timpal Yani.
Qania diam mendengar percakapan kedua temannya, ia merasa risih dengan senyuman Rey seperti memiliki maksud tertentu.
"Coba jelasin ini Qan?" pinta Rey sambil menyodorkan ponselnya pada Qania.
Dengan malas Qania mengambil ponsel Rey, namun matanya langsung terbelalak melihat beberapa photo di ponsel tersebut. Qania menatap Rey yang sedang tersenyum puas karena mendapati ekspresi terkejut Qania.
"Itu apaan Qan?" tanya Yani sambil merampas ponsel Rey, dan ketika ia melihat photo di ponsel tersebut ekspresinya sama seperti Qania.
"Ya ampuuun, gila Rey ini romantis banget. Kamu dapat ini darimana?" ucap Yani sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Biar cucunya Einstein yang jelasin, gue mah cuma motoin sambil liat adegan romantis, gilaa gue aja iri guys" ucap Rey sambil melirik Qania yang masih diam membisu.
"Kok diam sih Qan?" tanya Yani dengan nada menggoda.
"Oke oke aku jelasin. Iya aku kalah taruhan, dia pacarku namanya Arkana Wijaya. Kami baru balikan kemarin dan aku nggak bisa menolak karena dia cinta pertamaku dan juga dia nggak langsung nembak aku kemarin, dia minta ke orang tuaku dulu sebelumnya dan orang tuaku langsung merestui" ungkap Qania sambil senyum-senyum mengingat Arkana yang begitu romantis.
"Jadi dia mantan kamu ya. Kenapa rasanya gue pernah dengar ya nama itu" gumam Rey sambil menerka-nerka.
"Gila Qan, foto kalian ini sungguh romantis. Ya ampuun jiwa jombloku meronta-ronta Qan" teriak Yani sambil terus memandangi foto Qania bersama Arkana.
"Ya ampun biasa aja dong. Makanya pacaran biar bisa romantis" ledek Rey.
"Eh ini beneran tahu Rey, main ayunan sambil hujan-hujanan bareng pacar, dipeluk dari belakang ya ampuun so sweet banget. Dan lagi digendong sambil berputar-putar, itu sweet banget Qan. Yani irii" ungkap Yani merasa iri atas keromantisan sahabatnya.
"Ya gitu, dia memang orangnya sweet banget tapi ngeselinya kebangetan" tandas Qania yang kini juga merasa kesal kepada Arkana.
"Komplit dong Qan, hehehe" ledek Rey yang dibalas tatapan tajam Qania. "Keep calm Qan, jadi gimana nih mengenai tugas besar nanti siang?" tanya Rey mengalihkan.
"Hmmm karena Qania Salsabila Einstein ini bukanlah tipe orang yang suka ingkar janji, baiklah. Setelah mata kuliah berikutnya kita sama-sama ke ruangan bu Lira ngambil tugas besar. Aku bantuin kerja tapi bukan berarti kamu terima beres ya. Kita semua tahu bagaimana bu Lira menanyai kita saat assistensi tugas besar selama ini" kata Qania mengingatkan kedua sahabatnya, karena memang betul apa yang dikatakannya. Bu Lira adalah orang yang sangat teliti, ia akan bertanya langkah-langkah pengerjaan tugas tersebut, sehingga mahasiswa mau tidak mau harus menguasai tugas yang mereka kerjakan.
"Ya ampun Qan, gue hampir lupa soal itu. Baiklah, nanti setelah kita ambil tugas kita langsung aja mulai mengerjakannya. Bantuin gue ya Qan, ajarin sampai gue ngerti" pinta Rey.
"Yani juga ya Qan" sambung Yani.
"Iya tentu saja" jawab Qania sambil tersenyum.
"Eh ke kantin yuk sebelum masuk lagi, gue lapar nih" kata Rey sambil memegangi perutnya.
Yani dan Qania mengangguk setuju, kemudian mereka bergegas menuju ke arah kantin karena setengah jam lagi mereka akan masuk lagi. Ketiga berjalan sambil bercerita, saling meledek dan juga tertawa. Seperti itulah ketiga mahasiswa tersebut saat bersama, tidak pernah bisa diam. Hehehe 😄😄😄😄
__________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 365 Episodes
Comments