DIA TETAP MILIKKU
Dil....." panggil Maya pada Fadil yang berada disebelahnya. Mereka sedang memandang view hotel yang mengarah pada kolam renang dan taman.
"Panggil aku mas, seperti dulu..." jawab Fadil.
"Abis kamu sekarang sudah sedikit rese, jadi aku panggilnya nama aja."
Fadil duduk dikursi balkon kemudian menyesap tehnya yang masih terlihat berasap. "Seminggu kamu nggak hubungin aku,"
Maya ikut duduk dikursi didepan Fadil. "Maaf, tapi Tama sedang berduka..."
"Ya, aku tau."
"Aku mau bicara..."
"Ya sudah bicara saja, dari tadi juga sudah bicara.."
Maya masuk kedalam kamar Fadil, mendudukkan badannya dipinggiran kasur. Fadil mengikuti pergerakan Maya dan duduk disebelahnya. Mereka terdiam seribu bahasa selama beberapa menit. Fadil dengan setia menunggunya dengan sabar, bicara apa yang Maya maksudkan tadi?
Menoleh kesamping, Maya menatap Fadil. "Apa yang telah kita lakukan mas...?"
Fadil terlihat bingung, namun menggenggam jari lentik itu, "kenapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu,"
"Aku ingin mengahiri hubungan kita."
Deg !!
Hati Fadil langsung terasa sesak dan bergemuruh. Sakit mendengar kata-kata itu! Apa ini sudah saatnya mereka berpisah. Kenapa harus sekarang?
Fadil langsung beranjak dari duduknya dan berdiri membelakangi. Maya sudah siap dengan apapun jawabannya, bila Fadil marah kepadanya, atau jadi sasaran amukan kemarahannya, Maya benar-benar pasrah.
"Apa kamu sudah mencintainya?" suara itu terdengar berat. Maya terdiam, tidak kunjung menjawab pertanyaan Fadil.
"Aku anggap jawabanmu adalah iya, Maya..."
"Maya, aku tanya sekali lagi. Apa kamu sudah mulai mencintanya?"
"Jawab Maya?!"
"Hiksss... Maafin aku mas Fadil,"
"Jadi benar kamu sudah mencintainya?"
"Engga mas, bukan begitu. Tama sendiri sekarang. Dia benar-benar membutuhkan aku dalam hidup--"
"Apa kamu pikir aku tidak membutuhkan hidupmu selama ini?!! Aku berjuang antara hidup dan mati hanya karena ingin melihatmu?! Apa kamu tidak memikirkan aku ?! Hah? Aku juga hidup sendirian!!"
"Mas Fadil... tolong mengerti aku...."
"Mengerti kamu bilang? Harus bagaimana lagi aku mengerti kamu! Aku sudah mengerti kamu selama ini Maya?! Kamu yang harus mengerti perasaanku, seluruh hidupku aku habiskan hanya untuk mencintaimu ?! Hanya mencintaimu. Tapi yang terjadi apa? Kamu jadi milik orang lain !"
Fadil mendekati Maya, menunjuk dadanya. "Hati ini milikku, namun yang tidak bisa aku terima raga ini mikik orang lain... Puas kamu menghancurkanku yang kedua kalinya Maya? Puas??"
"Maafkan aku mas Fadil... hiks... Apa yang harus kulakukan, aku adalah harapan Tama satu-satunya..."
Maya terus menangis sesegukan, begitu juga Fadil yang terlihat sangat frustasi, matanya merah berkaca-kaca. Cintanya akan kembali hilang. Fadil benar-benar ngga mengerti. Ini benar-benar tidak adil untuk dirinya.
Fadil tidak bisa melihat Maya menangis, Fadil mengecup kepala Maya... Mengelusnya dengan lembut agar Maya tenang. Fadil baru tersadar telah membuat Maya ketakutan.
"May... " Fadil memegang kedua bahu Maya, keduanya saling bertatap dengan mata yang sembab. Inikah yang dinamakan cinta terlarang? Sampai kapan harus begini? Mereka saling mencintai. Kenapa lagi-lagi Tuhan (maaf author) memisahkan mereka.
Inikah terahir kalinya mereka bertemu?
"Kita harus tetap mengahiri hubungan kita mas.. hubungan kita tidak punya masa depan yang jelas..."
"Baiklah, aku akan pergi dari kehidupanmu. Tidak akan mengikuti kamu lagi... Tapi aku minta satu hal..."
Maya terkesiap dengan permintaan Fadil, mungkinkah hubungan badan yang pernah Fadil minta jika mereka harus berpisah?
"Beri aku kenang-kenangan. Hanya itu! Satu hal yang tidak mungkin aku lakukan kepada orang lain. Aku akan melakukannya pertama kali dan terahir kalinya denganmu. Setelah itu aku janji akan pergi sejauh mungkin dari kamu... Aku janji Maya..."
Maya tidak menolaknya, Maya juga menginginkan Fadil. Maya sangat mencintai Fadil, sesuatu yang sangat ia inginkan yang Maya tahan selama ini.
Maya menatap Fadil, menganggukkan kepalanya, memasrahkan dirinya pada orang yang begitu ia cintai.
Fadil menangis, hatinya merasa benar-benar sakit. Baru beberapa bulan Fadil merasakan kebahagiaan bisa dekat dengan Maya, tapi mereka harus berpisah lagi. Fadil akan menjadi pria yang paling menderita jika harus kehilangan Maya lagi.
Bercinta dengan menangis, Fadil memeluk erat Maya seolah-olah tak ingin melepasnya..." Maya, aku mencintaimu... Hanya mencintaimu.."
"Aku juga mencintaimu mas Fadil.."
Jika pernikahannya dulu tidak gagal, pasti mereka sudah bahagia. Tidak pernah terfikirkan oleh Fadil bahwa dia akan melakukan hal ini dengan Maya saat Maya sudah bersuami. Itu benar-benar diluar logika mereka.
***
Dua tahun lalu.
Pov Fadhil
Namaku Athafariz Radeya Fadhil.
Namaku mempunyai arti, orang yang memiliki kharisma dan selalu menyenangkan hati dengan penuh kemuliaan. Aku berumur 27 tahun, tinggiku 177cm, berkulit tidak terlalu putih juga tidak hitam, badanku tegap dan proporsional. Aku bekerja disalah satu bank swasta. Satu kantor dengan kekasihku Maya larasati.
Ibuku bernama Ratna, Ayahku bernama Faturrahman. Aku anak ke-2 dari dua bersaudara, kakakku laki-laki bernama Fahri syahir umur 30 tahun sudah menikah dan punya anak.
Dua tahun aku diangkat menjadi Kepala marketing bagian kredit yang sebelumnya masih berada di Custumer servis dibank swasta cabang kota ini. Dari sinilah awal cinta kami tumbuh.
Berawal dari pertemuan yang tak disengaja berubah menjadi cinta.
Mungkin kata-kata itulah yang bisa mewakili perasaanku kepadamu. Ya, kita memang bertemu tanpa kita sengaja. Masih teringat jelas pertama aku bertemu denganmu yaitu di tempat kerjaku, saat itu kamu meminta bantuanku untuk memindahkan beberapa barang. Ya, tanpa pikir panjang aku langsung membantumu. Setelah selesai memindahkan beberapa barang, aku baru tersadar kalau kita belum pernah bertemu sebelumnya. Ya, ternyata memang kamu karyawan baru di tempatku bekerja. Dan aku pun mulai berkenalan dan basa-basi denganmu, dari situlah aku baru tahu kalau kamu adalah wanita yang berbeda.
"Pagi mas, apa mas sedang sibuk?"
"Kalau tidak sibuk, bisakah mas membantuku memindahkan beberapa barang?"
Kata-kata itulah yang aku dengar dari bibir indahmu. Dan bagai terhipnotis, akupun dengan cepat membantumu. Padahal pekerjaanku sendiri juga banyak, tapi saat aku bersamamu aku tidak peduli lagi dengan semua hal. Yang aku tahu, saat itu aku merasa nyaman ketika aku di dekatmu.
Hari demi hari pun berlalu, kita pun menjadi semakin dekat.
Kebiasaanku membantumu, melihatmu, membuat kita semakin dekat. Yang awalnya kamu hanya bisa mengucapkan "terima kasih mas", sekarang kamu sudah mulai mengajakku mengobrol dan bercanda. Kita pun saling melempar senyum, tawa dan juga canda. Dan saat itulah aku baru menyadari kalau aku sudah jatuh cinta kepadamu.
"Aku mencintaimu, Aku menyayangimu, dan Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu"
"Karena bersamamu, kutemukan tujuan hidupku"
Itu yang aku ucapkan padamu di hari ulang tahunku. Di hari itu aku sudah membulatkan tekad dan niat untuk mengungkapkan semua perasaanku kepadamu dan aku akan terima apapun jawabanmu.
Dan di saat aku selesai mengungkapkan semua yang ada di hatiku, aku pun mendengar sebuah jawaban yang memang ingin aku dengar.
Iya mas kita jalani saja dulu, masalah kita berjodoh atau tidak kita pasrahkan saja kepada ALLAH SWT.
Kata-kata itu yang kau ucapkan padaku, sebagai jawaban atas segala do’a dan pertanyaan di hatiku.
Jawabanmu itu paling tidak memberiku sinyal bahwa kau juga memendam perasaan yang sama terhadapku. Bagiku itu sudah lebih dari cukup untuk menjalani hubungan kita ke depan. Kukatakan padamu, aku tidak akan pernah menjajanjikan apapun kepadamu, tapi aku akan memberikan bukti keseriusanku kepadamu. Aku akan membahagiakanmu dengan caraku sendiri. Dan untuk mewujudkan itu semua, aku butuh kamu di sampingku.
Sekarang yang harus kita lakukan hanya bersabar dan memasrahkan semuanya kepada ALLAH, semoga kita bisa segera dipersatukan dalam hubungan yang sah. Karena aku ingin menghabiskan sisa hidupku ini bersamamu, wanita yang bisa membuatku terus tersenyum dan semangat setiap hari. Karena bersamamu lah, aku bisa menemukan tujuan hidupku.
Pov Maya
Menerima pertanyaan, "Kapan menikah?" sudah sering aku dengar kala usia sudah menginjak angka 20'an.
Terutama bagi arah pandang keluargaku yang berasal dari jawa kental. Menikah di usia muda nampaknya sudah menjadi perbincangan yang tak terhindarkan. Baik karena alasan kesehatan atau kebiasaan, perempuan diharapkan bisa segera menemukan pasangan hidup. Padahal pada kenyataannya, tidak semua perempuan siap menikah di usia belia. Ada cukup banyak perempuan yang lebih memilh memprioritaskan hal lain sebelum menikah. Lalu jika tingkat kesiapan perempuan berbeda, apakah menikah di usia muda tetap harus dipaksakan?
Mamah pernah bertanya padaku kapan kira-kira rencana akan menikah. Waktu itu aku menjawab, "Yah yang jelas di atas umur 30 lah". Dengan wajah kaget, beliau lalu berkata bahwa umur di atas 30 itu terlalu tua untuk menikah. Menurutnya, seorang perempuan akan lebih baik kalau menikah di bawah 30. Aku pun menjawab pernyataannya tersebut dengan jawaban:
"Ya kalau belum siap, bagaimana Maaah? Masa mau menikah karena urusan umur?"
Kesiapan seseorang untuk menikah jelas tidak ditentukan dari usianya. Ada orang yang mungkin sudah siap saat ia masih muda. Sementara tak sedikit juga yang belum siap, meskipun secara umur terbilang telah cukup. Beberapa di antaranya bisa jadi tidak memikirkan pernikahan karena masih banyak yang dikejar. Entah itu karir, pendidikan, atau hal lainnya.
Saat itu, orang tuaku sudah ketakutan dengan umurku yang semakin bertambah. Mereka terus memaksaku untuk menikah.
Aku hampir stres ketika waktu itu Mamah sudah akan menjodohkanku dengan pria yang tidak aku cintai. Hal yang tidak diduga, pilihannya sangat extrim. Bagaimana tidak? Duda anak 4 ! Bagaimana caranya aku ngemong anak 4 sekaligus, sementara sifat aku juga masih seperti anak-anak yang masih harus diemong.
Bukan hanya itu saja, masih banyak lagi yang melamarku.. Salah satunya bernama Tama. Anak teman papaku, dia berkali-kali meminta papa untuk meresmikan hubungan. Aneh, kita saja tidak saling mengenal.
Tak lama setelah itu untungnya, aku menemukan pria yang baik. Aku menolak untuk dijodohkan. Aku dekat dengan seorang pria yang tidak aku kenal sebelumnya, hingga dia menjadi kekasihku.
Telingaku tidak akan lebih baik jika aku belum saja menikah. Pasti berisik tiap waktu..
Meskipun perkenalan kami singkat, sekitar 3 bulan saja. Tapi aku telah mencintai pria itu. Entah mengapa aku sangat yakin dengannya. Aku dilamar romantis, padahal umurku masih 25 tahun. Karir yang aku bangun masih belum apa-apa. Aku juga belum puas dengan istilah main-main meikmati masa muda. Tapi dengan segala pertimbangan-pertimbangan, ahirnya aku memutuskan untuk menikah.
"Akhir-akhir ini mama lebih tenang. Ada pacarmu yang bisa bantu mama jagain kamu" Saat lampu hijau telah menyala, Kami sangat senang.
Setelah menemukan seseorang yang aku anggap sebagai cinta sejatiku, tentu sudah ada hasrat dari dalam diri untuk segera saling memiliki satu sama lain. Semua perasaan yang ada pada diriku, pasti selalu menggebu-gebu dikala masa-masa kasmaran dan ingin segera menikahi pasanganku agar bisa segera menetap tinggal dalam satu atap.
Ya, Menikah memang menjadi tujuan pasangan yang sedang dimabuk asmara sepertiku. Apa karena aku baru pertama kali berpacaran? Begitu banyak faktor-faktor yang mendukungku untuk segera menghalal-kan pasanganku, menurutku.... dunia yang sedang aku jalani adalah dunia yang paling indah, bahkan aku tidak mau keluar lagi dari zona nyaman ini. Aku sangat mencintai Athafariz Radeya Fadhil, aku memanggilnya mas Fadil.
.
.
.
.
Minta koreksi ya readers...!
Baru amatiran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Diana Susanti
satu bab panjangnyaaaa
2022-12-28
0
Devi Handayani
lanjut thorrr😍😍
2022-10-26
0
Hera
nyimaaak
2022-06-05
0