Dil....." panggil Maya pada Fadil yang berada disebelahnya. Mereka sedang memandang view hotel yang mengarah pada kolam renang dan taman.
"Panggil aku mas, seperti dulu..." jawab Fadil.
"Abis kamu sekarang sudah sedikit rese, jadi aku panggilnya nama aja."
Fadil duduk dikursi balkon kemudian menyesap tehnya yang masih terlihat berasap. "Seminggu kamu nggak hubungin aku,"
Maya ikut duduk dikursi didepan Fadil. "Maaf, tapi Tama sedang berduka..."
"Ya, aku tau."
"Aku mau bicara..."
"Ya sudah bicara saja, dari tadi juga sudah bicara.."
Maya masuk kedalam kamar Fadil, mendudukkan badannya dipinggiran kasur. Fadil mengikuti pergerakan Maya dan duduk disebelahnya. Mereka terdiam seribu bahasa selama beberapa menit. Fadil dengan setia menunggunya dengan sabar, bicara apa yang Maya maksudkan tadi?
Menoleh kesamping, Maya menatap Fadil. "Apa yang telah kita lakukan mas...?"
Fadil terlihat bingung, namun menggenggam jari lentik itu, "kenapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu,"
"Aku ingin mengahiri hubungan kita."
Deg !!
Hati Fadil langsung terasa sesak dan bergemuruh. Sakit mendengar kata-kata itu! Apa ini sudah saatnya mereka berpisah. Kenapa harus sekarang?
Fadil langsung beranjak dari duduknya dan berdiri membelakangi. Maya sudah siap dengan apapun jawabannya, bila Fadil marah kepadanya, atau jadi sasaran amukan kemarahannya, Maya benar-benar pasrah.
"Apa kamu sudah mencintainya?" suara itu terdengar berat. Maya terdiam, tidak kunjung menjawab pertanyaan Fadil.
"Aku anggap jawabanmu adalah iya, Maya..."
"Maya, aku tanya sekali lagi. Apa kamu sudah mulai mencintanya?"
"Jawab Maya?!"
"Hiksss... Maafin aku mas Fadil,"
"Jadi benar kamu sudah mencintainya?"
"Engga mas, bukan begitu. Tama sendiri sekarang. Dia benar-benar membutuhkan aku dalam hidup--"
"Apa kamu pikir aku tidak membutuhkan hidupmu selama ini?!! Aku berjuang antara hidup dan mati hanya karena ingin melihatmu?! Apa kamu tidak memikirkan aku ?! Hah? Aku juga hidup sendirian!!"
"Mas Fadil... tolong mengerti aku...."
"Mengerti kamu bilang? Harus bagaimana lagi aku mengerti kamu! Aku sudah mengerti kamu selama ini Maya?! Kamu yang harus mengerti perasaanku, seluruh hidupku aku habiskan hanya untuk mencintaimu ?! Hanya mencintaimu. Tapi yang terjadi apa? Kamu jadi milik orang lain !"
Fadil mendekati Maya, menunjuk dadanya. "Hati ini milikku, namun yang tidak bisa aku terima raga ini mikik orang lain... Puas kamu menghancurkanku yang kedua kalinya Maya? Puas??"
"Maafkan aku mas Fadil... hiks... Apa yang harus kulakukan, aku adalah harapan Tama satu-satunya..."
Maya terus menangis sesegukan, begitu juga Fadil yang terlihat sangat frustasi, matanya merah berkaca-kaca. Cintanya akan kembali hilang. Fadil benar-benar ngga mengerti. Ini benar-benar tidak adil untuk dirinya.
Fadil tidak bisa melihat Maya menangis, Fadil mengecup kepala Maya... Mengelusnya dengan lembut agar Maya tenang. Fadil baru tersadar telah membuat Maya ketakutan.
"May... " Fadil memegang kedua bahu Maya, keduanya saling bertatap dengan mata yang sembab. Inikah yang dinamakan cinta terlarang? Sampai kapan harus begini? Mereka saling mencintai. Kenapa lagi-lagi Tuhan (maaf author) memisahkan mereka.
Inikah terahir kalinya mereka bertemu?
"Kita harus tetap mengahiri hubungan kita mas.. hubungan kita tidak punya masa depan yang jelas..."
"Baiklah, aku akan pergi dari kehidupanmu. Tidak akan mengikuti kamu lagi... Tapi aku minta satu hal..."
Maya terkesiap dengan permintaan Fadil, mungkinkah hubungan badan yang pernah Fadil minta jika mereka harus berpisah?
"Beri aku kenang-kenangan. Hanya itu! Satu hal yang tidak mungkin aku lakukan kepada orang lain. Aku akan melakukannya pertama kali dan terahir kalinya denganmu. Setelah itu aku janji akan pergi sejauh mungkin dari kamu... Aku janji Maya..."
Maya tidak menolaknya, Maya juga menginginkan Fadil. Maya sangat mencintai Fadil, sesuatu yang sangat ia inginkan yang Maya tahan selama ini.
Maya menatap Fadil, menganggukkan kepalanya, memasrahkan dirinya pada orang yang begitu ia cintai.
Fadil menangis, hatinya merasa benar-benar sakit. Baru beberapa bulan Fadil merasakan kebahagiaan bisa dekat dengan Maya, tapi mereka harus berpisah lagi. Fadil akan menjadi pria yang paling menderita jika harus kehilangan Maya lagi.
Bercinta dengan menangis, Fadil memeluk erat Maya seolah-olah tak ingin melepasnya..." Maya, aku mencintaimu... Hanya mencintaimu.."
"Aku juga mencintaimu mas Fadil.."
Jika pernikahannya dulu tidak gagal, pasti mereka sudah bahagia. Tidak pernah terfikirkan oleh Fadil bahwa dia akan melakukan hal ini dengan Maya saat Maya sudah bersuami. Itu benar-benar diluar logika mereka.
***
Dua tahun lalu.
Pov Fadhil
Namaku Athafariz Radeya Fadhil.
Namaku mempunyai arti, orang yang memiliki kharisma dan selalu menyenangkan hati dengan penuh kemuliaan. Aku berumur 27 tahun, tinggiku 177cm, berkulit tidak terlalu putih juga tidak hitam, badanku tegap dan proporsional. Aku bekerja disalah satu bank swasta. Satu kantor dengan kekasihku Maya larasati.
Ibuku bernama Ratna, Ayahku bernama Faturrahman. Aku anak ke-2 dari dua bersaudara, kakakku laki-laki bernama Fahri syahir umur 30 tahun sudah menikah dan punya anak.
Dua tahun aku diangkat menjadi Kepala marketing bagian kredit yang sebelumnya masih berada di Custumer servis dibank swasta cabang kota ini. Dari sinilah awal cinta kami tumbuh.
Berawal dari pertemuan yang tak disengaja berubah menjadi cinta.
Mungkin kata-kata itulah yang bisa mewakili perasaanku kepadamu. Ya, kita memang bertemu tanpa kita sengaja. Masih teringat jelas pertama aku bertemu denganmu yaitu di tempat kerjaku, saat itu kamu meminta bantuanku untuk memindahkan beberapa barang. Ya, tanpa pikir panjang aku langsung membantumu. Setelah selesai memindahkan beberapa barang, aku baru tersadar kalau kita belum pernah bertemu sebelumnya. Ya, ternyata memang kamu karyawan baru di tempatku bekerja. Dan aku pun mulai berkenalan dan basa-basi denganmu, dari situlah aku baru tahu kalau kamu adalah wanita yang berbeda.
"Pagi mas, apa mas sedang sibuk?"
"Kalau tidak sibuk, bisakah mas membantuku memindahkan beberapa barang?"
Kata-kata itulah yang aku dengar dari bibir indahmu. Dan bagai terhipnotis, akupun dengan cepat membantumu. Padahal pekerjaanku sendiri juga banyak, tapi saat aku bersamamu aku tidak peduli lagi dengan semua hal. Yang aku tahu, saat itu aku merasa nyaman ketika aku di dekatmu.
Hari demi hari pun berlalu, kita pun menjadi semakin dekat.
Kebiasaanku membantumu, melihatmu, membuat kita semakin dekat. Yang awalnya kamu hanya bisa mengucapkan "terima kasih mas", sekarang kamu sudah mulai mengajakku mengobrol dan bercanda. Kita pun saling melempar senyum, tawa dan juga canda. Dan saat itulah aku baru menyadari kalau aku sudah jatuh cinta kepadamu.
"Aku mencintaimu, Aku menyayangimu, dan Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu"
"Karena bersamamu, kutemukan tujuan hidupku"
Itu yang aku ucapkan padamu di hari ulang tahunku. Di hari itu aku sudah membulatkan tekad dan niat untuk mengungkapkan semua perasaanku kepadamu dan aku akan terima apapun jawabanmu.
Dan di saat aku selesai mengungkapkan semua yang ada di hatiku, aku pun mendengar sebuah jawaban yang memang ingin aku dengar.
Iya mas kita jalani saja dulu, masalah kita berjodoh atau tidak kita pasrahkan saja kepada ALLAH SWT.
Kata-kata itu yang kau ucapkan padaku, sebagai jawaban atas segala do’a dan pertanyaan di hatiku.
Jawabanmu itu paling tidak memberiku sinyal bahwa kau juga memendam perasaan yang sama terhadapku. Bagiku itu sudah lebih dari cukup untuk menjalani hubungan kita ke depan. Kukatakan padamu, aku tidak akan pernah menjajanjikan apapun kepadamu, tapi aku akan memberikan bukti keseriusanku kepadamu. Aku akan membahagiakanmu dengan caraku sendiri. Dan untuk mewujudkan itu semua, aku butuh kamu di sampingku.
Sekarang yang harus kita lakukan hanya bersabar dan memasrahkan semuanya kepada ALLAH, semoga kita bisa segera dipersatukan dalam hubungan yang sah. Karena aku ingin menghabiskan sisa hidupku ini bersamamu, wanita yang bisa membuatku terus tersenyum dan semangat setiap hari. Karena bersamamu lah, aku bisa menemukan tujuan hidupku.
Pov Maya
Menerima pertanyaan, "Kapan menikah?" sudah sering aku dengar kala usia sudah menginjak angka 20'an.
Terutama bagi arah pandang keluargaku yang berasal dari jawa kental. Menikah di usia muda nampaknya sudah menjadi perbincangan yang tak terhindarkan. Baik karena alasan kesehatan atau kebiasaan, perempuan diharapkan bisa segera menemukan pasangan hidup. Padahal pada kenyataannya, tidak semua perempuan siap menikah di usia belia. Ada cukup banyak perempuan yang lebih memilh memprioritaskan hal lain sebelum menikah. Lalu jika tingkat kesiapan perempuan berbeda, apakah menikah di usia muda tetap harus dipaksakan?
Mamah pernah bertanya padaku kapan kira-kira rencana akan menikah. Waktu itu aku menjawab, "Yah yang jelas di atas umur 30 lah". Dengan wajah kaget, beliau lalu berkata bahwa umur di atas 30 itu terlalu tua untuk menikah. Menurutnya, seorang perempuan akan lebih baik kalau menikah di bawah 30. Aku pun menjawab pernyataannya tersebut dengan jawaban:
"Ya kalau belum siap, bagaimana Maaah? Masa mau menikah karena urusan umur?"
Kesiapan seseorang untuk menikah jelas tidak ditentukan dari usianya. Ada orang yang mungkin sudah siap saat ia masih muda. Sementara tak sedikit juga yang belum siap, meskipun secara umur terbilang telah cukup. Beberapa di antaranya bisa jadi tidak memikirkan pernikahan karena masih banyak yang dikejar. Entah itu karir, pendidikan, atau hal lainnya.
Saat itu, orang tuaku sudah ketakutan dengan umurku yang semakin bertambah. Mereka terus memaksaku untuk menikah.
Aku hampir stres ketika waktu itu Mamah sudah akan menjodohkanku dengan pria yang tidak aku cintai. Hal yang tidak diduga, pilihannya sangat extrim. Bagaimana tidak? Duda anak 4 ! Bagaimana caranya aku ngemong anak 4 sekaligus, sementara sifat aku juga masih seperti anak-anak yang masih harus diemong.
Bukan hanya itu saja, masih banyak lagi yang melamarku.. Salah satunya bernama Tama. Anak teman papaku, dia berkali-kali meminta papa untuk meresmikan hubungan. Aneh, kita saja tidak saling mengenal.
Tak lama setelah itu untungnya, aku menemukan pria yang baik. Aku menolak untuk dijodohkan. Aku dekat dengan seorang pria yang tidak aku kenal sebelumnya, hingga dia menjadi kekasihku.
Telingaku tidak akan lebih baik jika aku belum saja menikah. Pasti berisik tiap waktu..
Meskipun perkenalan kami singkat, sekitar 3 bulan saja. Tapi aku telah mencintai pria itu. Entah mengapa aku sangat yakin dengannya. Aku dilamar romantis, padahal umurku masih 25 tahun. Karir yang aku bangun masih belum apa-apa. Aku juga belum puas dengan istilah main-main meikmati masa muda. Tapi dengan segala pertimbangan-pertimbangan, ahirnya aku memutuskan untuk menikah.
"Akhir-akhir ini mama lebih tenang. Ada pacarmu yang bisa bantu mama jagain kamu" Saat lampu hijau telah menyala, Kami sangat senang.
Setelah menemukan seseorang yang aku anggap sebagai cinta sejatiku, tentu sudah ada hasrat dari dalam diri untuk segera saling memiliki satu sama lain. Semua perasaan yang ada pada diriku, pasti selalu menggebu-gebu dikala masa-masa kasmaran dan ingin segera menikahi pasanganku agar bisa segera menetap tinggal dalam satu atap.
Ya, Menikah memang menjadi tujuan pasangan yang sedang dimabuk asmara sepertiku. Apa karena aku baru pertama kali berpacaran? Begitu banyak faktor-faktor yang mendukungku untuk segera menghalal-kan pasanganku, menurutku.... dunia yang sedang aku jalani adalah dunia yang paling indah, bahkan aku tidak mau keluar lagi dari zona nyaman ini. Aku sangat mencintai Athafariz Radeya Fadhil, aku memanggilnya mas Fadil.
.
.
.
.
Minta koreksi ya readers...!
Baru amatiran.
Dari hari kehari aku semakin tidak sabar menunggu pernikahan. Siapa sih yang tidak bahagia menikah dengan orang yang dicintai? Pasti itu diidam-idamkan banyak orang bukan?
Kini persiapan sudah hampir selesai dan mencapai 80 %. Undangan sudah tersebar ke teman-teman dan kerabat. Aku juga sudah mempersiapkan tiket bulan madu untuk kami berdua. Aku berharap kami sampai dihari yang ditunggu-tunggu.
Tiap hari kita saling mengirim pesan dan berkabar melalui media sosial. Karena, untuk selama beberapa hari ini kita dipingit, istilahnya jangan bertemu dulu sebelum akad. Menurut dari kepercayaan, katanya supaya penganten bisa terlihat pangling dihari pernikahan.
***
Hari H
Paginya...
Sebuah tenda telah terpasang didepan rumahku. Beberapa kursi telah berjejer dengan rapi. Sebuah meja panjang khusus cathering juga sudah siap dengan berbagai aneka hidangan masakan diatasnya. Dan sebuah panggung kecil, dengan dekorasi yang nampak simpel namun elegan bernuansa putih juga telah siap menjadi saksi dilaksanakannya serangkaian acara sakral hari ini.
Aku telah duduk manis didepan cermin besar dirias oleh MUA terkenal dikotaku. Semua keluarga dan undangan, juga sudah berkumpul dirumah ini.
"Alhamdulillah mba... Hampir selesai, coba liat dicermin. Kalau masih ada yang kurang silahkan dikomentari, nanti saya benahi..." Ucap salah seorang MUA. Aku melihat pantulan diriku dicermin. Aku nampak sempurna disana. Hampir tak mengenali diriku sendiri, aku benar-benar cantik ! Sangat cantik !
Aku melihat Mama menyembulkan kepalanya di pintu, dari raut wajahnya nampak tidak tenang. Seperti ingin berbicara sesuatu.
"Ada apa Mah?" Penasaran dengan apa yang akan beliau katakan.
"Sebagian keluarga Fadil sudah hadir, tapi Fadil sendiri belum datang, acara sebentar lagi dimulai...."
Deg !
Tidak ada yang buruk, tidak ada yang buruk. Aku menekan rasa takut dan kehawatiranku dan menggantinya dengan prasangka baik. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku meyakinkan diriku sendiri.
"Masih dijalan kali Mah... Orangtuanya udah datang?" Tanyaku masih bersitatap dengan Mamah.
"Belum, dia bersama rombongan keluarga inti dimobil lain katanya Nak..."
"Apa mungkin macet...?" Tanyaku menduga.
"Nggak mungkin... Mereka datang barengan, jalannya sama. Keluarga yang lain udah sampai dari jam 6 pagi" Mamah menyanggahi.
Aku mulai memijat pelipisku. Aku berfikir keras, hatiku mulai was-was. Membayangkan hal-hal buruk yang kemungkinan akan terjadi, membuatku menjadi ketakutan. Kalau seandainya sesiatu terjadi? Bagaimana dengan nasibku... Aku benar-benar tidak akan kuat dan sanggup untuk berdiri.
Jarak dari kota mas Fadil dengan kotaku lumayan jauh, memakan waktu sekitar 2 jam. Jadi mas Fadil memboyong keluarganya kesini memakai 2 mobil. Satunya bus besar dan satunya lagi mobil pribadi yang digunakan untuk keluarga inti. Ini yang sempat aku takutkan sebelumnya. Sudah aku sarankan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan aku menyuruh mas Fadil menginap dihotel satu hari menjelang akad. Namun keluarga melarangnya dengan alasan yang aku sendiri tidak tahu. Sudahlah, terserah mereka saja. Aku hanya berpesan ''Hati-hati dijalan, jangan datang terlalu mepet''
Kegelisahanku mulai menjadi, waktu sudah menunjukkan pukul 07:30, namun tidak ada tanda-tanda dia datang. Berulang kali aku menelvonnya namun tidak aktiv. Aku kebingungan berjalan kesana kemari, berdebar jantungku menunggunya tak kunjung datang. Bagaimana ini? Waktu dari menit kemenit cepat berlalu. Aku benar-benar bingung harus berbuat apa.
"Bagaimana ini May. Ini sudah jam 08:00 !! " Sepertinya Papah marah besar. Suaranya mulai meninggi, membuat telingaku panas dan emosi. Siapa juga sih yang mau dibuat menunggu seperti ini ?
"Pah... Aku dah telvon berulang-ulang tapi gak aktiv. Mohon sabar menunggu sebentar Pah..!"
"Papa tidak mau tau. Papa tidak ingin dibuat malu sama laki-laki pilihanmu itu!! Mau ditaruh dimana muka Papah dihadapan banyak orang nanti !!!"
"Pah, jangan memperkeruh suasana dong! Kita tunggu sebentar lagi..." Mamah menjawab perkataan Papa yang meluap-luap.
"Berapa lama lagi penghulu harus menunggu? Hah !! Mereka juga punya banyak pekerjaan lain " Seumur-umur Aku tidak pernah melihat Papa semarah ini. Sungguh Mas Fadil, ini menyakitkan untukku. Dimana kamu sebenarnya. Kemana ponselmu? Kenapa gak aktif terus menerus.
"Pokoknya Papah tidak mau tau Maya !! Setengah jam lagi dia tidak datang, pernikahan ini harus tetap dilaksanakan. Papa akan tetap menikahkanmu dengan orang lain !!"
"Pah... Nama yang tertulis dan terdaftar namanya Fadil, Maya juga tidak mau menikah dengan orang lain. Siapapun dia....hiks...." Tangisku ahirnya pecah seketika. Airmata luruh membasahi wajahku.
"Tidak bisa !! Mau tidak mau, suka atau tidak suka. Kamu harus menikah siri dengan laki-laki pilihan Papa. Berapa banyak biaya yang telah Papa keluarkan untuk pernikahan ini. Berapa banyak juga undangan yang tersebar !! Papa kepala desa disini. Mau ditaro dimana muka Papa !! Ini sangat memalukan Maya !!!"
"Tolong tunggu sebentar lagi Paah... Sudah jangan memarahi anaknya teruss... Jangan gegabah mengambil keputusan. Papa akan menyesal nanti...! Maya anak kita satu-satunya." Mamah memelukku erat, memberiku kekuatan.
"Separuh undangan sudah pergi. Papah harus apa ! Diam saja ?!! Hah !! Menerima dengan lapang dada seperti kalian? Itu tidak tahu wirang namanya ?!!"
Blammm !!! Pintu dibanting oleh Papa. Beliau benar-benar sangat kecewa pada Kami(aku dan Fadil) Beliau merasa dibohongi.
Aku dan Mamah yang sesenggukan meratapi nasib sial ini. Beberapa saat kemudian, aku lihat ada yang kembali membuka pintu kamarku. Ternyata Ayu sepupuku, dia mendekatiku dengan wajah sendu dan bibirnya mulai terangkat berbicara.
"May... Kamu yang sabar ya...." Hah ? Jantungku semakin tak beraturan.
"Ada apa? Kenapa bertanya seperti itu? Apa ada masalah..." Hatiku benar-benar gemuruh tidak enak.
"Pak polisi ada didepan, mengabarkan, mobil calon suamimu beserta keluarganya masuk kejurang dan jatuh kesungai..."
Deg !
"Tidaaaaakkk !! Mana mungkin....enggak ! Itu pasti salah. Pasti salah orang !!! Nggak mungkin... !!"
Rasanya aku ingin mati saja sekarang mendengar berita itu. Kenapa jadi begini ?
"Sabar nak... yang sabar... ya sayang..kenapa nasibmu seperti ini nak..."
"Alhamdulillah, calon suamimu selamat mbak. Tapi keadaannya paraah...sedang koma..." Jelasnya lagi. Aku masih ada harapan, masih diberi kesempatan. Aku harus cepat pergi. Tak peduli pernikahan ini, yang penting dia selamat !!
"Aku harus kerumah sakit. Sekarang !" Tanpa izin dari siapapun, aku berlari keluar menuju pintu, namun Papa lebih cepat tangkap dan menahanku kuat.
"Minggir Pah... Maya mau kerumah sakit !! Awass Pah... Lepasin !!! Lepassiiinn !!!Awasss !! aaaaa!!!." Dengan tidak tahu malu aku berteriak histeris didepan orang banyak.
"Tidak Maya, Papa tidak bisa merubah keputusan meskipun kamu menangis menghiba-hiba. Kamu menolak perjodohan Papa berulang kali, sekarang kamu gagal, kamu harus membayarnya Maya. Kamu tidak berjodoh dengannya. Menurutlah dengan orang tuamu yang sudah bersusah payah membesarkanmu !!" Papah menarik tanganku turun ke ruangan dalam.
"Nikahkan dia segera !" Papah memerintahkan seseorang untuk menikahiku. Papah benar-benar jahat dan egois, sungguh orang tua macam apa dia yang tidak menghiraukan perasaan anaknya. Mas Fadil koma sekarang, aku malah menikah dengan pria lain???
Aku ingin berontak, namun aku malu, banyak orang diluar. Tenagaku juga sudah mulai habis. Perdebatan demi perdebatan mulai ricuh, ruangan dalam dilanda keributan. Pada ahirnya, akupun terpaksa dinikahkan oleh pria yang aku kenal. Dia anak teman Papaku bernama Tama. Meskipun pada awalnya Tama menolak keras, tapi ahirnya menyetujuinya dengan terpaksa.
"Maaf Om... Aku nggak bisa. Kami akan saling menyakiti bila dipaksakan begini. Ini gak bener Om, mohon dipikirkan lagi."
"Om tau kamu ada perasaan dengan anakku. Nikahilah dia !! Tolong selamatkan Om dari gagalnya pernikahan Maya..." Aku lihat wajah Tama yang penuh dengan penolakan. Namun Papah orang yang keras dan tidak bisa dibantah.
Entah dorongan darimana, Tama menuruti kata-kata Papah dan melangsungkan ijab kabul dengan lancar. Dengan sangat tidak rela aku duduk disebelahnya. Orang yang pertama mencium keningku bukan mas Fadil. Aku benar-benar tidak terima dengan ini semua. Betapa teganya takdirku!
***
"Malang sekali nasibmu nak....." Mama menciumi puncak kepalaku dengan lembut. Aku melihat Papah dengan senyum bangga, menjabat tangan para sahabat-sahabatnya. Beliau mementingkan rasa malu, mengorbankan perasaan anaknya sendiri !! Aku terus mengumpat didalam hati.
Betapa teganya... Papah yang seumur hidupku aku sayangi. Melakukan ini padaku...
"Mas Faaaaadiiiiillll...!!!" Bruaakkkkk..Praaang....!!
Maya menjotos kaca cermin hingga tangannya berdarah-darah.
"Stop... !!"
"Diaam Maya ! Sudah cukup, apa yang kamu lakukan? Berhenti Maya! Kau akan melukai dirimu sendiri..." Ucap Tama..
Sudah 4 hari ini Maya masih menangis seperti orang gila. Berulang kali Tama melihat istrinya menyakiti diri sendiri dan beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
Dengan sigap Tama membantu membalut luka ditangan Maya dan menidurkannya dikasur. Meskipun Maya belum menerimanya, tapi Tama berusaha jadi suami yang baik untuknya.
"Aku mohon Maya, aku tahu ini berat untukmu. Tapi jangan lagi kamu menyakiti diri sendiri" Tidak ada jawaban dari Maya. Maya hanya tertidur dengan mata terbuka. Jiwanya benar-benar terguncang.
"Tama, bawa Maya ke psikiater, sudah 4 hari ini dia tidak mau makan. Kita kuwalahan dibuatnya, Mama takut ada apa-apa sama Maya...Mama minta tolong sama kamu Tama..."
"Iya Mah... Mau bagaimanapun, sekarang Maya istriku, aku harus menjaganya dengan baik. Nanti siang Tama akan membawanya ke psikiater "
Mama Adel sedih dan tak enak makan, hatinya juga tak tenang melihat keadaan anaknya. Seandainya Maya tidak buru-buru dinikahkan dengan orang lain, mungkin keadaannya tidak separah ini. Ini semua gara-gara suaminya sendiri yang egois. Sekarang, kejadiannya seperti itu bukan berimbas untuk diri Maya saja. Banyak orang-orang yang tersakiti. Mamanya, juga yang paling utama Tama. Suami dadakan yang sama sekali bukan orang yang Maya cintai.
"Ini semua gara-gara Papa ! Seandainya pernikahan itu dibatalkan saja,mungkin sekarang keadaan Maya tidak seperti ini. Kenapa sih Papa mentingin ego sendiri? Mementingkan rasa malu! Seandainya kita jatuh bangkrutpun, Mama tidak apa-apa demi anakku... Maya. Papa durhaka sama anak sendiri !!"
"Diaaaaam !!!!" Papa Kris kembali membentak istrinya, dan pergi meninggalkan rumah membawa koper.
Tapi disisi lain Kris ikut menangis, hanya saja beliau orang dingin yang pantang terlihat sedih, tidak pernah sekalipun beliau menunjukkan sisi lemahnya. Beliau orang yang keras kepala, tapi dibalik itu beliau punya hati yang rapuh.
Saat ini, ada penyesalan terbesar dalam hidup. Beliau menghukum dirinya sendiri dengan menjauhi keluarganya. Masa depan anaknya kandas karena keegoisan dirinya sendiri. Sekarang apa yang harus beliau lakukan?
***
Sebulan telah berlalu, keadaan Maya sudah jauh lebih baik. Berulang kali Maya menjalani hipnoterapi. Dia sudah mulai berdamai dengan dirinya sendiri dan menerima kenyataan Tama sekarang adalah suaminya. Suami yang setia mendampinginya selama ini. Meskipun perasaan Maya pada Fadil masih belum juga berubah. Maya sangat mencintai Fadil, bahkan semakin dalam.
Hari ini Tama berniat memboyong istrinya untuk tinggal diluar kota. Mama Adel dan Papa Kris sangat sedih. Tapi mereka hanya bisa berharap yang terbaik untuk anak dan menantunya.
Dengan begitu, semua berharap Maya bisa memulai kehidupan yang baru dan melupakan masalalunya.
Lalu bagaimana dengan Fadil ? Tidak ada yang berubah dari Fadil. Fadil masih koma dirumah sakit. Tidak ada perkembangan yang pasti. Menyedihkan keadaannya. Kalau Maya sangat menderita, Fadil lebih menderita lagi. Dia kehilangan orang tuanya, kehilangan Maya untuk selama-lamanya, juga kehilangan orang-orang yang dia sayangi. Tersisa kakak laki-lakinya yang saat itu tidak berada satu mobil dengan mobil pribadi yang Fadil tumpangi. Hanya itu satu-satunya keluarga Fadil.
Selama ini, karena dianggap gila oleh keluarga, Maya dikurung dirumah. Tidak pernah diijinkan keluar sekalipun oleh keluarganya, apalagi menemui Fadil. Yang jelas, dia telah bersuami. Sangat terbatas untuk dia melakukan apapun diluar sana.
Sangat sering dia memohon-mohon kepada seisi rumah untuk sekedar melihat keadaan Fadil, namun Papanya tidak memperbolehkan, karena bagaimanapun dia harus memikirkan perasaan Tama.
"Tama, aku mohon... Sekali ini saja aku menemui Fadil. Setelah itu, kamu akan membawa aku kemanapun terserah... Aku hanya ingin mengatakan permintaan maaf. Kamu percaya sama aku kan Tama...? Aku akan secepatnya kembali padamu " Tama tampak berfikir, dan ahirnya dia menganggukkan kepala memperbolehkannya menemui Fadil yang terbaring koma dirumah sakit.
"Aku akan mengantarkanmu kerumah sakit, tapi aku menunggu diluar ya..."
"Makasih Tama... " Maya memandang mata Tama, menggenggam tangan Tama sebagai bentuk wujud ungkapan rasa terimakasih. Ada rasa berdesir dihati Tama, sebulan jadi suami Maya, baru kali ini Maya menatapnya dan menggenggam tangannya.
"Sudah sampai. Aku tunggu disini..."
Maya segera turun dan menuju gedung rumah sakit dimana Fadil dirawat. Airmata tak henti-hentinya mengalir.
Aku akan menemuinya sekarang. Mas Fadil, aku akan tetap mencintaimu... Semoga suatu saat nanti kita bertemu lagi Mas Fadil...
Dan benar, saat Maya melihat keadaan Fadil seperti itu hatinya begitu teriris. Banyak alat yang terpasang disekujur tubuhnya. Kakinya patah, kepalanya diperban, badannya penuh luka sayatan. Wajahnya pucat pasi bagaikan mayat hidup.
Maya merasa jadi orang yang paking jahat, telah melukai Fadil dan meninggalkannya. Meskipun ini murni bukan kesalahan dia sendiri.
Mai mendekat dan mengguncang-guncang tubuh Fadil. Untung kakaknya sedang tidak ada, kakaknya berkunjung pada saat sore hari setelah dia pulang kerja. Untuk siang hari, dia percayakan Fadil seluruhnya pada suster.
"Dasar brengs*k kamu Fadil ! Bukannya kamu menikahiku malah kamu terjunkan dirimu kejurang?! Kamu tidak mau menikahiku kan ? Hah!! Jawaaabbb?! Pengecut. Lemah ?!.."
"Tega-teganya meninggalkanku seorang diri dan membiarkanku dinikahi orang lain ?! Bangun Fadil....!! Bangun !! Puas kamu membuatku seperti ini. Kamu senang aku jadi istri orang lain? Hah!! Kamu malah terbaring lemah disini. Tidak pedulikan aku ?!! Fadiiill.........!! Kamu jaahaaaat..."
Kata-kata itu terlontar sadis, tapi berbanding terbalik dari lubuk hatinya. Lubuk hatinya sangat merindukan pria itu. Ingin rasanya dia mati bersamanya daripada hidup bersama orang yang tidak dicintainya. Meskipun Tama orang memperlakukannya dengan baik. Tapi justru membuat Maya tertekan.
Setelah 20 menit lamanya berbicara sendiri, Maya memutuskan pergi meninggalkannya. Ada yang sudah lama menunggunya dimobil.
"Mas Fadil, aku selalu mencintaimu...Aku akan pergi jauh Mas... Bangunlah !" Airmata merembes dari ujung mata Fadil, itu artinya dia mendengarnya. Tapi matanya tetap tertutup.
"Kamu masih belum ingin bangun juga Mas... Aku akan pergi jauh, sadarlah..."
"Baiklah, kalau kamu masih belum mau bangun juga... Selamat tinggal Mas, semoga Allah selalu melindungimu..."
Maya mencium kening Fadil dan meneteskan airmata. Fadil akan selalu dikenang dalam hatinya.
Bagai tertusuk belati tak kasat mata, itu yang Maya rasakan. Maya meninggalkan ruangan, berjalan dengan lemas lunglai seperti badan yang tidak bertulang. Maya berpegangan kuat pada dinding rumah sakit untuk berusaha tegak berdiri.
Tak jauh dari Maya berdiri, ada Tama yang berlarian mencari keberadaannya.
"Maya... ! Kamu darimana? Aku mencarimu..." Tama menghampiri Maya, dia telah mencari-cari keberadaan Maya dari tadi. Dengan segera Maya mengusap airmatanya.
"Maayaaa... Jawab Maya, kamu darimana saja? Ayo pulang. Kamu dah selesai kan?"
"Iya aku dah selesai. Iya aku ikut denganmu..."
Tanpa banyak bicara Maya langsung mengatakan itu pada Tama. Tama merasa senang dan langsung membawa Maya keluar kota menuju kerumah barunya.
***
"Ini rumah kita, kita akan membangun keluarga kecil kita disini. Kamu mau kan melupakan masalalumu dan memulainya dari awal denganku? " Tama berkata dengan tulus, menggenggam tangan Maya dan berjongkok menatapnya. Menanti jawaban yang akan dia dengar.
"I-iyya Mas.... "
"Apa ? Aku gak salah dengar? Kamu manggil aku begitu?"
"Iya, aku mau memulainya denganmu..."
"Benarkah? Terimakasih Maya...! Terimakasih... Cup...cup...cup...!! " Tama langsung berdiri dan memeluk istrinya, mengecup keningnya berkali-kali. Sudah sebulan dia menunggu Maya menerimanya. Meskipun pernikahan itu mendadak, penuh dengan drama, tapi Tama tidak pernah menganggap janji sucinya main-main.
Ahirnya aku menyerah dengan keadaan. Mau tidak mau aku harus menerima takdirku. Mungkin, ini jodoh pilihan Allah. Yang dibuat seperti ini jalannya.
BERSAMBUNG....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!