"Mas... Setelah menikah nanti, kamu mau punya anak berapa?" Tanya Maya pada calon suaminya. keduanya duduk ditaman puncak daerah Bogor saat jam makan siang.
"Aku ingin punya anak yang banyak. Tapi kalau boleh minta, banyakan perempuannya sih..." Ucap pemuda itu, tangannya menjulur kekepala sang kekasih lalu mendekapkannya kedada bidangnya.
"Kenapa harus anak perempuan yang banyak?" Tanya Maya penasaran tatapannya mendongak keatas, pandangannya bertemu.
"Iya karena mas gemas kalau liat Maya kecil yang matanya juga berwarna coklat indah seperti kamu sayang. Nanti rambutnya mas mintain kamu buat nguncirin rambutnya model kuda kaya boneka gitu .."
Dia berkata sembari membayangkan betapa gemasnya punya gadis kecil yang lucu, bisa menciumnya sesuka hati.
"Hihihi bikin aja belum..." Maya cekikikan menanggapi cerita seru calon suaminya.
"Ya udah ayo bikin sekarang." Ucapnya antusias, bercanda sebetulnya.
"Ahahahah jangan dong, tunggu sah dulu." Keduanya saling meledek menginginkan satu sama lain.
"Secepatnya mas lamar kamu ya?" Ajakan itu membuat Maya sangat senang.
"Iya, ngga usah banyak congkek. Ngga usah foto-foto apa itu namanya, prewed-prewed gitu. Yang penting ijab kabul aja."
"Terserah kamu yank. Tapi pasti keluargamu nanti kan banyak. Kayaknya kita butuh tempat yang besar untuk menampung keluarga-keluarga kita.. "
"Apa sebaiknya sewa gedung saja?"
"Ehmm dirumah aja deh mas... Kan rumah aku depannya luas banget. Mama sama papa penginnya begitu. Mungkin kalau nurut sama beliau lebih enak."
"Ya sudah, cepat cari Wedding Organizer terbaik. Nanti seluruh biayanya mas ganti setelah pernikahan."
"Iyya..."
"Mas mau tanya sesuatu boleh?"
"Apa? Kenapa mesti izin segalaa..."
"Kalau seandainya ada apa-apa diantara hubungan kita....."
"Stop , stop , stop !!" Maya mengubah posisinya langsung menutup mulut sang kekasih dengan jari telunjuknya.
"Aku ngga suka mas bicara kaya gitu. Aku bisa gila kalau kehilangan kamu mas..." Maya kembali mendekap kekasihnya dan memeluknya dengan sangat erat. Seolah-olah tak ingin melepasnya lagi.
"Maaf pak, ponsel anda berbunyi sangat keras daritadi. Ini sangat mengganggu. Anda bisa men'silent 'nya lebih dulu jika belum ingin mengangkatnya..." Bayangan masa lalu yang sedang berputar dipikirannya langsung lenyap seketika saat seseorang menepuk pundaknya.
"Eh iya maafkan saya. Saya akan segera menutup panggilannya. Terimakasih sudah mengigatkan..."
Fadil benar-benar malu. Bisa-bisanya melamun saat meeting penting bersama clientnya, tapi benar... Apa yang dikatakan Maya saat itu. Maya benar-benar pernah gila saat kehilangannya.
Seandainya kecelakaan itu tak pernah terjadi, pasti dia memang benar-benar sudah bahagia dan memiliki banyak anak.
Haaaah! Bagaimana bisa dia terus memikirkan Maya disela-sela meetingnya.
"Jadi bagaimana pak? Mengenai event special yang akan diselenggarakan direstauran ini. Bagaimana dengan biayanya? Sepertinya saya cocok dengan tema yang anda sarankan. Ini acara special untuk istri saya, saya juga membawa fotografer terbaik dinegara ini..."
"Dan sebagai timbal baliknya, Restauran ini juga akan saya rekomendasikan kepada rekan-rekan kami. Dan saya akan membagikan foto-foto kami dengan hastag restauran ini. Dengan itu, kedepannya restauran anda bisa lebih berkembang dengan pesat. Anda tau kan, keluarga kami keluarga yang sangat berpengaruh?"
"Iya saya tau pak... Kami akan berikan yang terbaik. Untuk mengenai biaya dan lain-lain, bisa di DP dulu setengahnya diawal."
"Sepertinya anda sedang tidak fokus ya pak?"
"Maafkan saya, tapi percayalah. Semua bisa berjalan dengan baik. Saya mencerna setiap kata-kata anda, dan apa yang anda mau..."
"Tolong jangan kecewakan saya dan istri saya. Ini acara baby shower anak pertama kami. "
"Baik... Percayakan semuanya pada saya."
"Terimakasih pak... Saya pamit undur diri. Sisanya manager saya yang mengurusnya. Senang bekerja sama dengan anda." Laki-laki itu berdiri dan menjabat tangan Fadil dengan mantap.
Semua orang yang berada dimeja itu membubarkan diri, tinggal Fadil satu-satunya.
Sebenarnya, dia memang tidak pernah fokus setiap hari. Membayangkan Maya saat bagaimana dia bercinta dengan suaminya membuat otaknya merasa mendidih. Tanpa sadar, Fadil mengumpat dengan kasar.
"Brengs*k !! Baj*ngan !! Maya hanya milikku. Sampai kapanpun dia hanya milikku, aku tidak akan membiarkannya dimiliki oleh siapapun. Tidak ada yang boleh menyakitinya. Aaaargh !"
"Prang !!!"
Semua yang ada dimeja berhamburan kelantai. Dalam satu kali tarikan nafas dia berteriak sekencang mungkin. Beruntung dia berada di class VIP yang kedap udara. Ruangan ini memang dikhususkan untuknya meeting dan kepentingan lain.
Dengan mata yang memanas, dia kembali menangisi cintanya. Tiba-tiba asistennya datang keruangan itu.
"Astagaaa boss...???"
"Kenapa jadi berantakan begini?" Tanya Putra dengan heran karena ruangannya jadi porak poranda.
"Sebentar saya panggilkan waiters..."
Putra melangkah menutup pintu, lalu kembali lagi dengan membawa waiters dan peralatan untuk membersihkan pecahan beling itu.
Fadil tak bergeming, dia berdiri menghadap tembok dengan rahang mengeras badan yang gemetar dan airmata bercucuran. Menyembunyikan isakan agar tak terdengar.
Setelah waiters keluar, Putra mendekat karena memang ada hal yang penting yang harus dibicarakan saat itu juga.
"Maya lagi?..." Tanya Putra dengan hati-hati.
Perasaan Fadil sudah lebih baik, namun matanya masih memerah. Dengan berat hati, dia bersikap sebiasa mungkin.
"Ada apa? Apa yang mau kamu sampaikan?"
"Kamu ngga papa? Biar aku yang akan mengurus semuanya. Hatimu sedang kacau."
"Iya, tolong hubungi pihak organizer yang bekerja sama dengan kita. Karena client tadi memilih tema ini." Jarinya menunjuk catalog.
"Tanggal acaranya dan lain-lain sudah tertulis disana. Sebentar lagi orang suruhannya akan datang untuk men'DP biaya itu setengahnya."
"Oke... Ya sudah, semua aku yang mengurus. Sebaiknya, kamu segera istirahat Dil... Kamu sedang kacau. Kamu perlu menonton atau membaca buku untuk mengalihkan pikiranmu !"
"Iya. Makasih Putra.. Aku tinggal dulu."
Sepeninggal Fadil darisana, Putra terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Tiada hari tanpa Maya yang terus dipikirkan oleh Fadil. Bagaimana bisa dia terus memikirkan wanita yang sudah lama meninggalkannya?
Apa dia ingin menjadi bujangan seumur hidup karena menunggu suami Maya mati dulu? Bagaimana kalau Fadil yang mati duluan?
Ngga habis pikir, Putra mengatai aneh bosnya itu didalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Cyntia Tram's
G salah thor maksudnya kedap suara bukan kedap udara nnti klw kedap udara takutnya gmn gt...😁😁😁😁
2022-03-14
0
Nunik Warsiah
haa haa nunggu siapa yg mati dulu...
2021-02-21
0
Shellia
Nggak salah ya thor dari td aku baca kamar kedap udara,ruang vip kedap udara gak bisa nafas dong thor.... Bukannya yg bener tuh kedap suara ya???
2020-11-16
3