Pagi sebelum berangkat kerja, Maya selalu mengurus kebutuhan suaminya. Tama hari ini berangkat lebih pagi. Agenda hari ini memotivasi kerja para pegawai dan memberikan arahan kepada para pegawai karena ada sedikit problem disana.
Seperti biasa, Maya juga selalu membersihkan rumahnya sebelum dirinya berangkat kerja.
"Ati-ati ya Mas... " Ucap Maya mencium punggung tangan suaminya.
"Iya sayang... Mas janji nanti sore Mas jemput ya? " Tama mencium kening istrinya. " Cup... "
Maya menanggapinya dengan tersenyum mengangguk. Dia tidak ingin berharap banyak karena sudah sangat sering dibohongi oleh suaminya. Tama memasuki mobil dan Maya melambaikan tangan.
Maya segera bersiap memakai seragamnya dan berdandan dengan sedikit polesan, yang membuat wajahnya terlihat lebih segar.
Maya berjalan kaki keluar dari komplek kecil dan menuju kehalte.
***
Pekerjaan Maya telah selesai. Maya menunggu janji suaminya yang 'katanya' akan menjemputnya siang ini. Dia menunggu diluar kafe disana terletak bangku taman yang sengaja disediakan oleh pihak cafe.
Sepuluh menit, lima belas menit, Setengah jam sudah berlalu. Berapa lama lagi dia akan menunggu, kalau naik busway pasti sudah sampai dirumah. Maya berdecak. Kecewa pada Tama, dia selalu saja begitu. Berapa kali dia membuat Maya menunggu seperti orang hilang.
Maya tidak marah dan kaget, baginya hal seperti itu sudah biasa dia lakoni. Kesibukannya dengan pekerjaan dan teman-temannya membuat dia melupakan istrinya.
Setelah menimbang-nimbang, ahirnya dia memutuskan untuk pergi ke supermarket terdekat disebrangnya. Disana ia bisa sembari menunggu Tama menjemputnya. Kebetulan stok bahan masakannya sudah hampir habis dirumahnya.
Maya berjalan lambat sibuk mengecek-ngecek pesan dihapenya. Berharap Tama mengirimkan pesan. Tapi ternyata tidak dia temukan. Rupanya Tama benar-benar tak menjemputnya. Lupa? Atau apa? Maya tidak tahu sama sekali.
Saat tiba di depan pintu supermarket dia tak sengaja menabrak seseorang.
Brukk!!
Mereka sama-sama terperanjak kaget.
POV Fadil.
Tidak pernah menduga sebelumnya. Tidak pernah terfikir juga sebelumnya. Apa yang aku lihat sekarang benar-benar mengejutkan. Aku menubruk seseorang yang aku cintai. Orang yang selama ini aku rindu-rindukan. Jantungku seperti mau meledak. Hatiku terasa kembali tersayat. Aku melihat mata indah itu. Mata yang sedang sama-sama menatapku intens seolah-olah tidak percaya apa yang dilihatnya saat ini.
Maya... Aku melihatmu lagi.... Lirih batinku berkata, namun mulutku tak mampu berucap.
"Permisi, saya mau lewat !! Kalau mau liat-liatan jangan didepan pintu. MINGGIR !!!"
Adegan ini langsung berahir satu detik kemudian, saatku mendengar seseorang berkata sambil mengumpat. Aku baru tersadar lamunanku telah menghalangi jalan mereka. Takut perempuan itu hilang dariku tanpa sepatah kata, aku membawanya ketempat lain.
"Ikuti aku !!" Tegas nadaku memerintah. Tanpa bicara, dia mengikutiku ke tempat duduk kosong disebuah cafe yang tak jauh dari sana.
"Kita duduk disini saja..." Ucapku dengan nada yang dibuat tegar. Aslinya, aku sangat gugup. Ingin rasanya aku memeluknya saat itu juga. Tapi jika aku memeluknya, aku bisa dikira pria gila. Rasanya, kerinduanku semakin membuncah. Tatapannya kepadaku sangat dalam. Entah apa artinya? Apa perasaan itu masih ada? Bodoh !! Bisa-bisanya aku masih mengharapkan itu!!!
Aku duduk dihadapannya. Melihatnya secara intens, aku lihat matanya sudah mulai menggenang. Tanpa aba-aba airmata itu luruh begitu saja.
"Mmmas... Ka-kamu sudah sembuh...??" Ucapnya terbata-bata. Pertanyaan dengan expresi takut sekaligus merasa bersalah.
"Sudah, sekarang aku bisa beraktifitas lagi seperti biasa..." Ucapku lirih.
Y**aa Tuhaan... Aku mohon setelah ini, jauhkan aku dari wanita ini. Jangan dekatkan kami lagi. Aku ingin belajar melupakannya. Sudah cukup penderitaanku selama ini.
Aku lihat dia menghampiriku dan betapa kagetnya, wanita itu berlutut dihadapanku. Dia seakan tak peduli berapa banyak orang yang melihat kami.
"Ak-aku minta maaf Mas... Aku tidak berdayaa selama ini. Waktu itu aku hampir gila karena telah berdosa padamu.. meninggalkanmu, menikah dengan orang lain...." Dia berkata sambil sesenggukan. Aku mengerti betapa sesaknya dia menahan semua ini sendiri.
Aku mengangkat pundaknya agar dia berdiri. Tanpa dia berbicarapun aku telah mengetahuinya. Aku tahu ini bukan salahnya. Aku memang begitu tersiksa. Tapi yang dia rasakan mungkin akan lebih tersiksa. Dan luka itu, akan semakin parah seiring berjalannya waktu.
"Ssshhhh... sssshhhh... Sudah, sudah..., jangan menangis... Banyak yang melihatnya. Tanpa kamu jelaskan, Aku sudah mengetahui semuanya Maya... Aku mengetahui semuanya..."
Aku lihat dia menghentikan tangisnya. Mata polos itu kembali menatapku. Lagi-lagi tatapan itu membiusku. Membawaku kedalam lamunan. Tanpa sadar tanganku memeluknya begitu saja, membawanya kedalam dekapanku. Aku tak ingat lagi bahwa aku memeluk istri orang! Istri orang !!
Aku benci perasaanku yang tidak pernah berubah. Selalu saja aku mengharap wanita ini jadi milikku. Apapun keadaannya. Aku adalah laki-laki yang brengs*k yang mencintai wanita bersuami. Bagaimana bisa !!
Maya melepaskan pelukanku, aku mengusap air matanya.
"Demi Tuhan tolong maafkan aku Mas. Maafkan aku... Selama ini aku ingin menjelaskan semuanya. Tapi karena keadaan Ak-aku tidak bisa...." Wanita ini menangis lagi dan akan kembali berlutut dihadapanku. Aku langsung menahannya.
"Aku sudah memaafkanmu Maya... jangan seperti itu lagi. Jangan menyalahkan dirimu... Aku sendiri juga bersalah. Seandainya aku bisa bangun waktu itu, pasti semua ini tidak akan..." Ahh aku mencoba menahan airmataku agar tak keluar. Aku benci diriku sendiri yang cengeng.
"Tapi tenanglah. Aku tak akan pernah mengganggu rumah tanggamu, kita sudah sama-sama punya kehidupan sendiri..."
"Tuhan yang menjadikan semua ini terjadi... Jangan khawatirkan aku. Aku bukan orang yang lemah "
Bohong!! Bahkan aku ingin cepat-cepat pergi dari hadapannya dan menangis sejadi-jadinya. Aku tidak pernah berharap bertemu dengannya lagi. Aku begitu sakit hati melihatnya. Dia ada dihadapanku, tapi tak bisa aku raih. Aku membentengi diriku agar tak berbuat gila dengan memohon-mohon dan bersujud padanya agar dia kembali padaku.
"Mas Fadil... " Mendengar dia menyebut namaku, aku seakan-akan pergi ke masa lalu. Aku mengingat betapa dia mencintaiku dengan mengulang-ulang memanggilku. Kami sama-sama tidak pernah berpacaran. Dia cinta pertamaku, dan begitu juga sebaliknya. Kami dulu sangatlah romantis.
"Yya...." Jawabku.
"Apa kamu sudah menikah ??" Pertanyaan itu membuatku ingin menertawakan diriku sendiri. Aku adalah laki-laki yang miris. Setelah tau sakitnya mencintai, aku tidak berkeinginan untuk itu. Terkecuali menikah denganmu.
"Ehmm... Su-sudah..." Aku terpaksa berbohong. Mungkin dengan cara seperti ini, dia akan menganggapku bahagia. Tapi dia merespon perkataanku dengan bahasa tubuh yang kaget. Wajahnya tampak memucat. Apa yang dipikirkannya?
"Semoga bahagia Mas..." Ucapnya dengan sedikit senyum yang kulihat seperti dipaksakan. Atau hanya perasaanku saja? Aku tak mengerti apakah dia menyukai jawabanku atau tidak.
"Ya kami bahagia... Terimakasih..."
.
.
.
.
.
.
.
Like dulu sebelum next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Hera
bohong fadil tambah buat nyesek atinya
2022-06-05
0
Mak.Mayya
ada yg teriris dan tertusuk disini tapi itu bukan Sate...
2021-02-22
0
Zidan Irfani
no komen
2020-12-07
1