"Pagi sayang..." Ucap Tama yang turun masih dengan piyama tidurnya.
"Pagi juga Mas... Kenapa belum mandi?" Tanya Maya sedang membuat omelet untuk suaminya.
"Nanti ajalah... Aku kangen sama istriku " Tama memeluk Maya dari belakang. Seperti biasa, Maya memejamkan mata, menerima setiap perlakuan dari suaminya. Yang menurutnya memuakkan.
"Mas... !!"
"Hemm "
"Nanti dulu, ini bentar pagi selesai kok...!"
"Biarkan Mas begini sayang, mumpung Mas lagi libur weekend. Besok senin, mana bisa peluk-peluk saat pagi begini"
"Nanti mau jalan kemana? Kamu gak bosen apa, dirumah aja?"
"Nonton aja di XXI, ada film baru. Kalau Mas mau..." Maya berbicara lembut, berbalik badan menghadap suaminya.
"Nggak Maya! Mas gak suka nonton. Mas sukanya party " Tama melepas pelukannya. Wajahnya sedikit berubah.
"Oh iya sudah, tidak usah... Kalau aku kepengin nonton, Maya berangkat sendiri..." Maya tampak sedikit kaget dan takut, tapi berusaha bersikap biasa saja dan kembali melanjutkan aktifitasnya, menaruh makanan yang sudah jadi kepiring. Diletakkan diatas meja.
"Ini juga, Mas gak suka omelet!! Ganti sarapannya!!" Maya semakin kaget, Tama bersikap demikian. Padahal, bila tidak menyukai itu bisa dibicarakan secara halus.
"Oh... Maaf Mas, aku gak tau... Lain kali mas kasih tau ya... Ini biar aku yang makan " Maya berkata dengan lembut, Maya selalu ramah terhadap suaminya.
"Sudah berapa bulan kamu jadi istri, masih belum tau juga kesukaan dan ketidak sukaan suaminya !!" Nada kekecewaan Tama terdengar mengerikan.
"Layani aku segera !!" Tama menarik istrinya kencang membuat istrinya setengah berlari, lalu menuju kesofa bed.
"Ammpunn Mas... Jangan seperti ini, tolong maafkan Maya Mas...." Maya memohon dengan suara lirih, takut suaminya marah.
"Aku ingin sarapan kamu !" Bisiknya, nada menekan.
"Stop...!!" Maya menghentikan aktifitas suaminya.
"Kenapa?? Kamu menolakku??" Kedua bola mata Tama tampak memerah, sepertinya efek alkohol semalam masih sedikit mempengaruhinya berbuat kasar. Biasanya tidak terlalu seperti ini.
"Ngga Mas, baiknya jangan disini... Maksud, emm maksud aku, dikamar saja. Disini berbahaya. Antisipasi kalau ada orang "
"Kenapa? Kamu suka yang gelap-gelap ya? Hahaha! Hahahhaha!"
"Bukan begitu,..." Belum selesai Tama memotong kata-kata Maya.
"Ok. Oke baiklah, aku turuti kemauanmu biar kita sama-sama enak.
Sebenarnya bukan seperti itu, aku hanya sekedar menjalankan kewajibanku saja... Aku merasa tidak berselera. Setiap kali aku melakukannya denganmu, aku masih merasa berhianat dengan Fadil. Aku selalu menangis didalam hati, jika aku sudah melakukannya. Begitu banyak dosa yang aku torehkan pada Mas Fadil...
Tama memboyong Maya kedalam kamar dan kembali memulai aksinya. Melucuti pakaian keduanya, membuangnya kesembarang arah. Tama juga sudah libur selama beberapa hari, laki-laki ini sangat butuh pelepasan.
Tama melakukannya dengan sangat lama, membuat Maya lemas dan hampir tak sadarkan diri.
Setelah selesai, Tama segera membersihkan diri dan memesan sarapan. Maya tidur dalam keadaan sangat kelelahan. Terlihat dari wajahnya yang sangat pucat dan letih. Membuat Tama merasa bersalah. Berapa kali Tama membangunkan Maya, namun Maya tak bisa serta merta terbangun.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Maya dengan tubuh yang gemetar, memapah dirinya sendiri berpegangan kuat pada tembok sampai kekamar mandi. Mandi dalam keadaan menangis tersedu-sedu.
Ya Allah... berilah hamba kekuatan untuk menjalani kehidupan bersama suami hamba. Hamba tidak ingin menyerah, tolong beri aku pertolongan...
Kenapa kamu tega sekali ? Memperlakukanku seperti ini. Sakiiiiiit rasanyaa.... sakiiiiiitttt...!!
Seusai membersihkan diri, Maya menunaikan kewajibannya yang sudah lewat waktu. Lalu kembali tertidur dengan badan yang setengah demam.
***
Saat malam tiba, Maya turun dari kamarya. Sudah dari siang Maya tidak mendapati suaminya masuk kekamar. Dan ternyata benar, mobilnya digarasi tidak ada. Itu artinya Tama pergi semenjak tadi pagi setelah mereka berhubungan.
Laki-laki yang aneh, istrinya ditinggalkan begitu saja tanpa berpesan apapun.
Ting... ting...ting....
Ponsel Maya berbunyi notivikasi pesan.
Jangan menungguku Maya. Malam ini aku party bersama teman-teman. Jika kamu ingin beristirahat, istirahatlah ! Kemungkinan aku pulang besok.
Maya meremas-remas kertas tak terpakai. Guna meredam emosinya, menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sungguh dia tak tahan hidup bersama Tama yang kebiasaannya sangat berbeda dengannya. Selalu mementingkan kesenangannya sendiri.
Apalagi sekarang yang sudah berulah. Entah emang kebiasaannya dari dulu, atau sekarang dia sudah berubah, Maya tidak tahu dan Maya tidak mengenal Tama yang dulu. Karena Maya hanya mengenal Tama yang sekarang.
Tama sering meninggalkan istrinya dirumah sendirian. Dia hanya bersenang-senang bersama teman-temannya. Seringkali Maya bepergian sendiri, belanja kebutuhan rumah sendiri. Jika ada sesuatu yang rusak dirumah itu, Maya sudah seperti laki-laki yang memperbaikinya sendiri.
Kriiing.... Kriiingg.... Kriing......
Ponsel Maya berdering, dilayar tertera nama Mamanya yang menelvon. Segera dia menggeser tombol hijau.
"Assalamualaikum Mah..."
"Waalaikum salam Maya... Anakku.." Mama langsung terdengar terisak.
"Loh, loh, loh... Telvon-telvon kok malah langsung nangis sih Mah? Mama baik-baik aja kan?" Maya bertanya dengan khawatir.
"Mama rindu denganmu nak..."
"Iya, Maya juga kangen sama Mama..."
"Kapan kerumah Mama?"
"Enggak tau Mah, Maya kan belum bilang ke Mas Tama"
"Tama ada dimana sekarang?"
"Lagi pergi Mah... tapi ngga tau kemana" Maya menutupi kebiasaan suaminya.
"Apa dia memperlakukanmu dengan baik? Maaf nak... Mama berhak tau " Bertanya dengan ragu-ragu.
"Iya dia baik kok, Mama jangan khawatir..."
"Kemarilah Nak.. Kunjungi kami... Sebenarnya, Papamu sakit, kemarin dibawa kedokter..."
"Apa?! Kenapa Mah ?"
"Papah pusing, gula darah sama tensinya lumayan tinggi. Mama ingin kamu menjenguknya. Papa selama ini murung nak, sepertinya Papa menyesali apa yang sudah Papa perbuat denganmu..."
"Sikap Papa yang seperti itu, memang sudah karakternya, tapi sebenarnya Mama tau beliau sangat menyayangimu.Tolong maafkan semua kesalahan Papa ya nak..."
"Kenapa Mama berbicara seperti itu, ini sudah takdir. Maya harus menjalaninya... Mungkin jalan hidup Maya memang seperti ini "
"Papa sangat menyesali perbuatannya... yang keterlaluan, Mama harap Maya tidak mendendam. Mama dan Papa sangat menyayangimu..."
"Iya Mama...." Maya ikut-ikutan sedih airmata lolos begitu saja dari mata indahnya.
"Maya akan pulang segera, tunggu Maya Mah..."
Seperti mendapat angin segar, ini juga merupakan kesempatan untuk Maya pergi sejenak dari Tama. Ya! Pergi darinya sebentar.
Maya segera menutup telvon dan mengirim pesan pada suaminya, bahwa Maya pergi meninggalkan rumah dan pulang kerumah orang tuanya menggunakan kereta malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Iie Bae
pasti ayahnya maya nyesel deh klo mantu pilihannya jahat ama anknya
2021-05-11
0
mbak i
ternyata tama brengsrk,,,cuma jedok aja baiknya
2021-03-19
4
Susi susanti
lah..si tama awalnya sholat..makin ke sini kog mlh suka party...minum lagi..
2021-03-03
0