POV Maya.
Sudah terhitung sejak tiga hari lalu, papi datang kerumah, sejak saat itu juga Tama tidak pulang kerumah ini. Entahlah, aki tidak tau penyebabnya. Benci denganku? Muak melihat istri sepertiku? Atau apa alasannya? Aku tidak tahu.
Berbagai pertanyaan berkelebat difikiranku. Terkadang pemikiran baik,dan terkadang pemikiran buruk. Dugaan baiknya, dia ingin menyendiri dulu lalu memperbaiki keadan. Dan kabar buruknya, dia sudah mempunyai wanita lain.
Miris! Mengurusi satu istri penurut sepertiku saja Tama tidak bisa. Dia beralasan sibuk, setiap hari aku ditinggalkannya sendirian tanpa kabar! Apalagi memiliki istri yang lain? Bagaimana cara mengurusinya?
Beruntung saja dia punya istri seperti aku yang tidak menuntutnya ini itu sampai detik ini. Pulang syukur, kalau tidak ya terserah. Bagiku, jika dia pulang dia adalah suamiku, kalau tidak pulang anggap saja milik orang lain. Toh dia juga seperti itu.
Terkadang terbesit difikiranku, apakah laki-laki bisa menahan hasratnya? Yang aku tau sendiri hubungan se*s katanya adalah kebutuhan pokok setiap pria. Sudah lama dia tidak meminta 'itu' denganku.
Sampai detik ini, tidak tau apa alasannya belum menghubungiku lagi. Bagaimanapun aku ini istrinya. Aneh, wanita mana yang tahan dengan sikap suami seperti Tama. Bisa-bisa mati kaku, terlalu lama dianggap tidak ada. Hanya chat singkat saja Tama tidak bisa melakukannya. Dasar EGOIS !
Apa karena aku tidak bisa seperti apa yang dia harapkan ? Sehingga dia semarah itu?
Kenapa tidak pernah mengatakan dimana letak kesalahanku supaya aku bisa memperbaikinya?
Apadia mencari kepuasan yang lain mungkin lebih cantik, lebih sexy atau lebih jago diranjang? Hahhaha. Aku akui memang menutupi itu semua. Aku tidak bisa berpakaian menggoda. Kalau ingin, tentu aku bisa. Tapi dia tidak pernah memintanya.
Tidak tau mengapa aku tidak cemburu ataupun sakit hati jika benar Tama memiliki wanita lain. Malah rasanya bersyukur. Setidaknya, aku tidak perlu repot-repot memberikan alasan untuk berpisah darinya.
Tapi entahlah! Apakah Tama seperti itu, aku juga tidak mengetahui kebenarannya.
Menurut asumsiku sendiri, apa yang aku lakukan secara keseluruhan, aku menjadi istri yang baik untuknya. Hanya saja, aku selalu menolak untuk diajak pergi malam-malam untuk berparty bersama teman-temannya. Dunianya benar-benar terasa asing bagiku. Berjoged-joged dan berteriak seperti orang kurang waras. Party itu seolah-olah diciptakan untuk menyentuh istri atau suami orang lain. Kurang lebihnya...
Aku orang yang tidak ingin mengenal asap rokok dan alcohol. Apalagi melihat orang mabuk yang meracau, mengigau, cengengesan, dan berjalan sempoyongan. Muntah aku melihatnya. Coba untuk apa? Biar keren? Apa enaknya selain menyakiti diri sendiri? Sebanyak apapun meminumnya tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah. Kenyataan hidup akan tetap berjalan setelah efek minuman itu berhenti.
***
Hari-hari selanjutnya aku menjalani seperti biasa. Dengan kesibukanku, aku bisa menutup semua luka. Luka yang tidak terlihat.
Hingga sampai detik ini, masih berharap suatu saat nanti akan ada kebahagiaan dan pernikahan yang sesungguhnya. Saling mencintai, menyayangi satu sama lain, dan akan mempunyai anak yang banyak. Dan kalau boleh aku pinta pada Tuhan, meskipun itu tidak mungkin, aku ingin orang itu adalah Faa---
"Maya !!" Haahh...Aku tersentak dari lamunan, saatnya aku terbangun dari mimpi. Tiba-tiba seorang ibu beranak satu ini menghertakku dari belakang. Aku menoleh dan mengerucutkan bibirku.
"Hahahahahha!! Abis kamu melamun sih, untung ngga ada bos. Kalau ada kamu bakal potong gaji karena melamun saat jam kerja..." Ucap Hanif, dia menertawakan aku sepuasnya. Emangnya apa yang lucu?
Aku menatapnya jengah, padahal aku sedang mengingat-ingat masalaluku yang indah bersamanya sebelum aku dinikahi suamiku. Aku bete dengannya "Padahal aku tadi lagi mbayangin itu.. "
"Eh itu apa? Kepo dong? Atau jangan-jangan, kegagahan suami gantengmu diranjang ya May? Bagaimana rasanya, enak??" Alamak, apa katanya kok jadi ngeres! Hanif mengangkat alisnya. Matanya mengerling nakal.
"Iya, dia sangat gagah dalam hal itu dan membuatku menjerit-jerit. Puaas?!." Aku melihatnya dengan wajah melongo. Aku kembali pada pekerjaanku dan langsung membantu septya melayani pembeli, membiarkan Hanif membayangkan apa yang aku ucapkan tadi.
***
Aku melihat jam yang berada ditangan kiriku menunjukkan pukul dua siang. Waktu sekarang, jam kerjaku telah habis.
Haahh!!
Rasa-rasanya aku malas pulang kerumah. Tama nggak pulang, untuk apa aku pulang terburu-buru? Memasak? Masak untuk siapa? Membosankan kalau seperti ini setiap hari. Jengah rasanya !! Punya suami seperti ngga punya suami. Suamiku membuangku.
Aku duduk dikursi taman dengan santainya. Tidak peduli ada orang disebelahku yang mungkin terganggu dengan kedatanganku. Aku melihatnya dia menarik-narik tali tasnya yang tidak sengaja aku duduki. Lalu aku berujar "Maaf..."
Sibuk membaca koran, dia membuka koran yang menutup seluruh wajahnya setelah mendengar aku bersuara.
"Banyak tempat duduk, kenapa mesti memilih duduk disini?"
Bukannya aku mejawab malah mataku membulat penuh, betapa kagetnya. Kenapa dia ada disini? Apa pria ini berjumlah banyak, sehingga dimana-mana ada wajahnya ? Fadil. Spontan aku memukul dadanya.
"Kamu !!"
"Kenapa sih kamu lagi, kamu lagi. Kamu selalu ngikutin aku ya??" Ngeselin mukanya biasa aja tanpa expresi.
"Ini sebuah kebetulan Maya..." Jawabnya cuek.
"Kebetulan darimana? Kemarin direstoran sebrang itu juga ada kamu, dasar penguntit. Bilang aja naksir sama aku ya?"
"Jangan berfikir yang tidak-tidak, aku tidak mungkin tertarik sama kamu.... Istriku lebih sexy dan menonjol." Kesal bukan main, disaat seperti ini malah dia menyebut istrinya begitu. Secara nggak langsung dia menghinaku kan?
"Apa kamu bilang? Kenapa jujur sekali? Dasar pria, ngga disana nggak disini, seperti apapun tampangnya, tetap saja mesum."
"Kalau masih mau duduk ya diam. Berisik amat perempuan..."
Aku terdiam. Berisik memang, aku sendiri juga merasa kalau aku berisik.
Dia langsung melanjutkan aktifitasnya lagi membaca korannya tanpa merasa bersalah, Atau ngga enak gitu, aku kok jadi gemes ya sama dia...
Lama kelamaan aku duduk, hujan rintik-rintik mulai datang. Baru saja aku ingin menenangkan diri disini, tapi hujan sudah tiba.
Lalu apa masalahnya? Tidak ada yang menghentikanku. Aku suka dengan air hujan yang dapat menutupi tangis dan kesedihan.
Aku menengadahkan tanganku keatas dan memejamkan mata. Sesekali bulir air bening merembes dari ujung mataku yang mengalir bersama air hujan. Lega... rasanya...
"Jangan gila May, ini hujan. Bajumu akan basah. Ayo berteduh..." Aku membuka mataku dan melihat Fadil berdiri hendak pergi dari tempat ini.
"Enggak ! Biarin aku disini... Kamu mau pulang ya pulang saja. Ngga usah pedulikan aku. " Aku melihat dia memandangku dengan heran. Tapi beberapa detik kemudian dia pergi begitu saja.
Saat bajuku sudah basah kuyup, aku teringat masa kecil. Aku sering bermain hujan-hujanan seperti ini tanpa beban. Tidak seperti sekarang, hidupku terlalu banyak masalah.
.
.
.
.
Tiba-tiba, Fadil datang lagi. Bawa apa?
Next.
Like dulu yah readers...
Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
💜LAVENDER💜
Bawa payung Thor 😁
2021-07-17
0
Iie Bae
maya minta pisahlah dgn tama dia hanya bikin km ngk afa arti
2021-05-12
0
Chyka Asika
aku harap tama beneran selingkuh biar ada alasan buat maya sama fadil bersatu,,,
2021-04-06
0