"Ayo berteduh... Kamu bisa sakit !" Hah, apa katanya, apa aku ngga salah dengar? Kenapa dia peduli sekali? Dia menjulurkan benda bundar itu, payung.
"Emangnya kalau aku sakit apa urusanmu? Aneh sekali kamu dil..." Entah mengapa, lidahku kelu untuk memanggilnya mas lagi seperti dulu. Malas... dia sekarang berubah jadi sedikit... RESE.
"Pakai ini, ayo menepi. Nanti ada seseorang yang aku suruh untuk mengantarkan pakaian..." Dia tetap bersikeras menyuruhku menepi. Aneh dia, ngapain sih ngasih perhatian lebih. Nanti bisa dikira tanda kutip oleh orang lain. Teringat kemarin Fadil yang dikira suamiku sama Septya dan Hanif.
"Ngga perlu Fadil... Jadi tolong tinggalkan aku. Ngga usah perhatikan aku. Aku bisa membelinya sendiri."
"Jangan keras kepala Maya. Ayo berteduh dulu disana. Nanti kita beli minuman hangat... Nanti badanmu bisa sakit. "
Aku malas menjawabnya. Sudah dengar aku bilang tidak mau.
"Sebel akunya kalau dipaksa-paksa gitu tau ngga?"
"Seperti anak kecil... Malu sama orang Maya... Kamu bisa dikira orang gila hujan-hujanan begini. Cepet pegang payungnya? Atau mau kita payungan berduaan !"
"Iihh... Maless !! Lagian orang-orang disini juga cuek-cuek kok. Ngga ada yang nyiyir biar aku basah kuyup. Aku memang lagi pengin menyendiri disini Fadil... dengar ngga sih?" Setauku sih emang gitu.
Dan betapa terkejutnya, kenapa malah Fadil membuang payungnya hingga kami sama-sama basah kuyup. Apa ngga takut kena marah istrinya?
"Aku sudah terlibat. Kalau begitu biar kita basah sama-sama..."
Dengan santainya dia duduk disampingku, melihat kesana kemari melihat pandangan.
Haha. Kedengarannya lucu. Kenapa sih, kok sampe rela basah-basahan begini demi aku. Sebegitu pedulinya, Aku istri orang bang...
Yang awalnya hatiku sedang bergemuruh, jadi ikut tersenyum karena melihatnya tersenyum kearahku memperlihatkan deretan gigi putih rapinya. Aku merasa hatiku hidup lagi, aku bisa tersenyum lepas dan sesenang ini. Membuat jantungku terasa plong lebih legaa... Air hujan menyenangkan dan menenangkan.
Fadil memang selalu perhatian dengan siapa saja, aku tidak boleh mengartikan kepedulian itu sebagai apapun.
Fadil tidak pernah berubah... Semakin berumur malah semakin berkarisma. Wanita mana yang tidak tertarik oleh pesonanya. Dulu, pada saat aku dikantor, akulah wanita yang beruntung mendapatkan pria seperti dia. Banyak wanita yang mengejarnya. Tapi dia memilihku.
Ahh, segera aku tepis pikiran-pikiran itu. Ingat Maya, kamu wanita bersuami.
"Jedddaaarrr !!! " Sebuah kilatan petir menyambar memekakan telinga, setelah beberapa kali berbunyi sedang. Sekarang sudah terdengar yang lebih keras membuatku sedikit ketakutan. Sepertinya sekarang hujan udah nggak baik lagi. Aku harus segera berteduh.
"Sepertinya kalau kita disini terus, bisa bahaya. Ayo ikut aku... " Tanpa sadar kaki ini melangkah mengikutinya. Pelet apa yang digunakan sampai-sampai aku menurut seperti ini.
***
Aku telah sampai direstoran, tepatnya tempat yang waktu itu aku dikerjai olehnya. Mengganti pakaian dikamar tidur kecil milik karyawan dilantai dua. Aku juga diberi minum jahe hangat. Membuat tubuhku menjadi lebih baik. Dia bilang ini adalah restorannya. Pantas saja, dia ada disekitaran sini terus. Aku pikir dia mengikutiku, ternyata aku terlalu percaya diri.
Restoran ini baru dibuka beberapa minggu yang lalu. Berarti dia belum lama pindah?
Setelah sebelumnya dipakai oleh orang yang berbeda. Tapi sekarang sudah disulap menjadi lebih mewah, romantis dan elegan dengan menu yang juga lebih berkelas. Kalau dilihat-lihat, restoran ini ramai sekali pengunjung.
Hanya saja, kenapa harus bersebrangan dengan cafe tempatku bekerja? Rasanya aneh saja kenapa kita harus berdekatan secara kebetulan. Atau ini memang skenario Tuhan, dan apa kelanjutannya jika kami sering-sering bertemu seperti ini. Aku sendiri masih kurang yakin kalau aku sendiri dan hubungan kami akan baik-baik saja. Apalagi jika Tama mengetahui, dikira kami sedang berselingkuh dibelakangnya.
Tapi kalau diingat-ingat, Tama hanya tau namanya saja. Dia belum pernah bertemu dengan Fadil sebelumnya. Sebelum berencana menikah, kami tidak pernah berfoto ria atau melakukan foto prewedding.
"Tok tok tok "
"Iya masuk..."
Ternyata Fadil, wajahnya segar. Bajunya sudah ganti dan menurutku, kenapa dia terlihat seksi. Aromanya juga harum maskulin. Aku jadi tidak fokus, atau memang dia sengaja menggodaku? Aku tidak pernah setertarik ini dengan pria manapun. Termasuk suami sendiri. Hahh ngaco...
"Udah ganti baju?"
"Udah, makasih yah..."
"Mau diantar pulang ngga? Nanti kamu dicariin suamimu..."
Seandainya saja Tama memberi perhatian begitu...
"Ngga usah, itu terlalu merepotkan. Aku selalu naik busway, kebetulan haltenya dekat kompleks rumahku..."
Dia mengubah posisinya menjadi duduk berjejer denganku, jujur aku takut jadi fitnah. Nanti karyawannya bocor keistrinya kalau bosnya berduaan denganku dikamar gimana?
"Dil... Boleh dibuka aja ngga pintunya? Aku khawatir nanti dikira kita lagi berbuat mesum dikamar ini. Secara cuma berduaan..."
"Ngomong apa sih? Biarin aja, kaya ngga tau aja. Jadi manusia kan emang serba salah."
Hanya berucap seperti itu lalu melanjutkan aktifitasnya menggulir layar ponsel ditangannya. Kenapa dia jadi cuek dan sangat menyebalkan?
"Ya sudah aku pulang ya?"
"Hmm"
"Makasih untuk semuanya."
"Iya hati-hati."
Aku mengambil tasku diatas nakas, segera membuka pintu kamar ini tanpa menghiraukannya. Dia masih sibuk dengan ponselnya sendiri.
Berjalan keluar menuju ke tangga dan turun kelantai satu, banyak pasang mata karyawannya yang memandangiku dengan rasa penasaran. Apa? Apa yang dipikirkannya?
Hahaha tidak lucu. Aku baru sadar, 'Oh iya diakan sudah beristri'.
Masa bodo dengan semua itu !
**
Like dulu baru next yaa!!
Love you readers kezeyengan... Semoga kalian selalu diberi kesehatan. Dilindungi oleh Tuhan dimanapun kalian berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Hera
memulai buka peluang hati untuk masa lalu entah kesalahan atau kebutuhan yg mereka jalani yg jelas mereka senang saat ini
2022-06-05
0