"Mas? Mas sudah pulang?" Tanyaku pada suamiku yang aku lihat membawa koper dan meletakkannya dikamar. Namun aku pantaskan diriku untuk menanyakannya lagi dengan melawan rasa sakit karena tak kunjung memberiku respon.
''Mas, kok ngga dijawab? Aku lagi nanya mas.. Kenapa berhari-hari mas ngga ngabarin aku, aku hubungi juga ngga kunjung balas.'' Dia tetap diam dan melepaskan bajunya dengan kasar. Ya Tuhaan... Bantu aku menghadapi suamiku, aku harus seperti apa?
"Mas, mas baik-baik aja kan?" Entahlah! Dia juga tidak menjawab lagi. Airmata ini sudah tidak bisa lagi aku kondisikan. Ahirnya luruh begitu saja.
Aku mengikutinya menuju kebawah. Aku lihat dia menjatuhkan bobot badannya ke sofa, dan menunduk membantu melepas kaos kakinya.
Dalam lubuk hati yang terdalam, aku benar-benar ingin menjadi istri yang terbaik. Tidak ada seorang wanita manapun yang mengiginkan perpisahan. Tapi jika kondisi seperti ini harus bagaimana menyikapinya? Aku sungguh tidak kuat.
Alih-alih ingin belajar mencintai suamiku sendiri, malah dipatahkan mentah-mentah olehnya.
"Mas sudah makan? Jawab aku mas, jangan mendiamkanku..." Aku lihat sorot mata dan wajahnya yang datar. Aku hampir tidak bisa mengartikan diamnya.
"Mas, jangan seperti ini... " Ucapku menghiba-iba, sumpah seumur hidup baru kali ini aku diperlakukan tidak adil.
"Lalu aku harus seperti apa !!!"
Seperti itu karakteristik orang yang pendiam. Satu kali berteriak langsung melukai hati seseorang. Rasanya seperti pisau yang menghunus tajam tepat di ulu hatiku melihat dia melotot dan membentakku keras.
"Aku harus seperti apa hah !! Jawab Maya ! Harus pura-pura sepertimu yang tidak pernah bisa mencintaiku?"
Dia terperanjak bangun dari tempat duduknya lalu menghentakku keras.
Aku tersungkur, tubuhku yang kecil ini dihempaskan begitu saja disofa. Sakit badanku... Tapi itu tidak seberapa dibandingkan rasa sakit yang ada didalam hati. Orang yang harus melindungiku malah melemparku seperti ini.
Sudah aku duga, pasti pertengkaran seperti ini akan terjadi. Aku pasrahkan diriku, salahkan aku saja. Salahkan perasaanku yang belum bisa mencintaimu. Karna kamulah penyebab dari semua masalahnya.
"Apa maksudmu mas? Kenapa kamu jadi kasar?." Sesak rasanya dihakimi oleh suami sendiri.
"Kamu yang menjadikanku kasar !!"
"Apa dan dimana letak kesalahanku agar aku dapat memperbaikinya mas? Hikss.. Kamu tidak pernah mengatakannya seperti apa maumu. Kamu bahkan seperti tidak mempunyai waktu untukku, selalu saja pergi. Kamu yang menjadikan aku seperti hidup sendiri."
"Jangan bersikap seperti ini mas, kalau aku salah... Aku minta maaf..."
"Setelah bersandiwara, kamu hanya bilang minta maaf? Minta maaf kamu bilang?"
"Sandiwara apa mas? Apa yang aku sandiwarakan? Semua begitu terbuka. Tidak ada yang bisa aku sandiwarakan..."
"Bohong !! Dusta kamu. Perempuan adalah dusta !!"
"Kamu mau tau apa yang aku maksud?? Hah?" Perkataan kerasnya dibarengi dengan menunjuk-nujukkan jari telujuknya kearahku.
Aku semakin takut, aku menggigit bibir bawahku kuat-kuat. Aku mencengkram sudut sofa dengan kuku-kukuku yang menancap. Aku tidak pernah melihat suamiku sebegitu marahnya.
"Aku adalah sandiwara terbesar dan sandiwara yang kamu sesali seumur hidupmu. Karena kamu tidak pernah bisa mencintaiku. Bagimana jelas kan?"
"Dan kamu tau Maya? Itu menyakitkan!! Itu menyakitkan Maya !!. Aaaarhh...!!,"
"Ka-kamu tidak tahu, aku mencintaimu sudah sejak lamaaaa !! Tapi aku tak kunjung mendapatkannya. Aku benci kamu Maya !! Aku benci !!"
Aku melihat mas Tama menangis, sedari tadi dia menahan tangisnya. Lalu harus seperti apa lagi agar aku bisa mencintainya? Dia sendiri tidak pernah bisa membuatku jatuh cinta bukan? Aku sudah belajar berulang-ulang kali.
"Aku menyatakan cintaku setiap hari, namun kamu tidak pernah membalasnya. Kamu selalu minta berhubungan dengan lampu dimatikan. Disitu aku baru sadar, kamu takkan pernah bisa mencintaiku Maya... Kamu selalu melakukannya dengan terpaksa !"
"Aku bahkan hampir menyerah."
Aku memberanikan diri untuk berucap meskipun dada ini terasa sesak. Tujuannya agar uneg-unegku keluar dan aku merasa lebih lega.
"Kamu tidak tahu caranya mencintai mas, caranya mencintai bukan seperti ini. Sikapmu seperti ini justru membuat cintamu semakin menjauh..."
"Aku dibesarkan dengan kasih sayang yang berlimpah dari orang tuaku, apalagi aku anak tunggal. Tapi setelah bersuami, ini perilaku yang aku dapatkan... Luka hati aku mas... Setiap hari, kamu mendiamkanku tanpa alasan yang jelas. Pergi tanpa kabar sampai berhari-hari, begitu seterusnya."
"Pernikahan ini sudah gagal mas ! Kamu tidak bisa menjaganya dengan baik. Komunikasi kita selalu buruk."
"Selama aku berumah tangga denganmu, perlahan aku menerima semuanya dengan ketulusan. Merawat rumah ini dan mengurus suamiku dengan sepenuh hati. Tapi apa nyatanya? Ternyata dosaku lebih terlihat jelas dimata kamu mas, hanya karena aku belum bisa mencintaimu."
"Kesalahannya ada pada kamu sendiri yang tidak pernah berusaha untuk mendapatkannya. Kamu kekanak-kanankan mas!!. Kamu kekanak-kanakan."
"Aaaakhhh Huuu..."
Aku tidak sanggup lagi berbicara dengannya. Sepertinya dia harus dijauhi dulu karena amarahnya sedang sangat memuncak. Aku takut menjadi sasaran amukannya. Aku langsung memutuskan untuk lari kekamar dan menguci pintunya. Lalu menangis dengan keras meluapkan semua kesedihanku.
Sedikit-sedikit mulai terkuak, Tama bukan orang yang lembut seperti yang pertama kali aku kenal. Dia selalu bercinta dengan kasar, membentakku dengan kasar, dan yang tadi sudah main fisik.
Aku masih belum tau setelah ini akan seperti apa jalannya rumah tangga kami. Seandainya mas Tama melepasku, mungkin aku akan jauh lebih bahagia. Tapi, apakah itu mungkin? Berpisah sebelum adanya anak diantara kami adalah jalan yang terbaik menurutku...
Jika memang benar, Tama adalah Jodohku. Aku ingin Tuhan mendekatkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Devi Handayani
aamiin😇😇
2022-10-27
0
Iie Bae
,mungkin jodohmu fadil maya makanya dia masih nunggu
2021-05-12
0
Annie Hadhy Suwito
minta pisah lah may
2020-11-19
1