Pagi-pagi, Maya sudah bersih dengan baju seragamnya. Dia menyisir rambutnya dan membiarkannya begitu saja.
Setelah mengoleskan cream siang, dia berjalan membuka pintu kamar. Tapi kamar itu terbuka dengan mudahnya, padahal semalam pintunya dia kunci karena sedang marah dengan suaminya.
Mungkinkah Tama masuk kamar dengan kunci duplikat? Apa semalam dia tidur dikamar? Dan Maya tidak menyadarinya? Akh tidak tahu...
Masa bodo dengan pikirannya itu, yang penting dia bersiap-siap menyiapkan sarapan dan setelah itu berangkat kecafe.
Dilihatnya, mobil sudah tidak berada digarasi. Itu artinya Tama sudah pergi. Tapi kemana?? Maya tidak memusingkan suaminya itu, udah terlaku biasa dia tidak pulang kan?
Maya menghabiskan sarapannya dan keluar komplek menuju halte. Karena letak cafe itu dipinggir jalan, jadi kendaraan yang paling mudah ditumpangi adalah busway.
Setelah sampai, Maya segera kebelakang dan mengikat rambutnya.
"Maya...!!'' Ucap salah seorang teman yang sudah datang lebih dulu mengagetkan Maya yang sedang berkaca merapikan penampilannya.
"Kamu itu, ngga bisa ya kalau ngga ngagetin !" Ucap Maya pada gadis itu.
"May kenapa matamu bengkak? Abis nangis?" Tanyanya khawatir.
"Engga... Cuma masih ngantuk aja..." Gadis itu berexpresi tidak percaya.
"Bohong banget ! Mana bisa kamu kibulin aku..." Ucapnya lagi. Maya hanya tersenyum getir. Rupanya dia ngga pintar berbohong.
Namun Maya tak menghiraukannya. Dia segera kedepan mengambil nampan dan membereskan meja. Membawa bekas cangkir kopi dan beberapa piring kecil kotor.
Dia bekerja seperti biasa, melayani banyaknya pembeli take away pesanan online, atau minum ditempat.
Gadis itu bernama Hanif, ada satu lagi yang berjaga dikasir bernama septya. Mereka satu shif, kebetulan ketiganya sudah bersuami. Bedanya, hanya Maya yang belum mempunyai anak.
Berangkat jam delapan pagi, pulang jam dua siang. Begitu setiap hari. Bukan karena pemberian suami yang kurang. Alasannya, dia akan lebih sulit melupakan masalah kalau dia berdiam diri dirumah. Karena hidupnya banyak pahitnya seperti yang dia alami semalam.
Kalau mengirim lamaran dan bekerja dikantor-kantor tentu sangat bisa. Tapi Maya tentu lebih mementingkan kewajibannya sebagai seorang istri. Mencari jam kerja yang tidak terlalu banyak menghabiskan waktu ditempat bekerjanya. Agar rumah bisa terurus dengan baik.
Dia tidak pernah diajarkan jelek oleh Mama Adel. Sebenci apapun jika hubungan orang tua kurang baik, Mama Adel selalu melayani Papa dengan baik.
Saat jam menunjukkan pukul dua siang, Maya, Hanif dan Septya undur diri keruang istirahat dan digantikan oleh shif berikutnya.
"Sory Maya, Hanif... Aku harus cepat-cepat balik kerumah. Anakku dijagain sama Ibu mertua. Aku nggak enak kalau ngga cepat-cepat pulang. Maaf ya aku duluan..." Ucap Septya terburu-buru memakai jaket dan mengambil tas.
"Apa ngga bisa makan bareng barang sebentar !" Ucap Maya kecewa.
"Ngga bisa Maya... Aku harus cepet pulang. Yaa Hanif, Maya... Daaah!!!" Septya menjauh dari mereka berdua.
Kalau Hanif anaknya sama orang tuanya sendiri, jadi masih lebih enak dia daripada Septya.
"Dadah juga monkey !!"Ucap Hanif pelan, takut terdengar. Tapi tangannya melambai-lambai. Septya senyum-senyum dari jauh. Untung gak dengar dikatain monkey.
"Hufftt tinggal kita berdua deh May..."
" Mau makan apa kita?" Tanya Hanif.
"Makan ayam geprek aja disebrang " Jawab Maya menunjuk ke sebrang.
"Baiklah !" Mereka berdua menyebrang jalanan yang tidak terlalu ramai.
Memasuki resto yang tidak terlalu besar tapi tidak terlalu condong kejalanan. Punya tempat parkir yang luas, dan fasilitas lengkap. Membuat mereka berdua duduk nyaman bergurau dan bercanda disana. Hanif memesan yang paling pedas, level 10, membuat Maya gelagapan.
"Haahhh... Haahhhh.. Hahhhhh ...."
"Ini terlalu pedas Han... mana minumnya?"
"Aku pesen minumnya kalau udah habis makanannya. Ahahahha Hahahhaha Hahahhah!!" Tersenyum senang Hanif mengerjai Maya. Hanif tau, Maya tidak akan pernah bisa marah. Dia pengin sekali-sekali melihat Maya marah.
"Gila apa? Bibirku udah jontor Hanif...! Tolong minum kamu dulu aku minta..." Maya memohon dengan sangat. Hanif menyodorkan botol minumnya yang hanya tinggal tersisa seuprit itu.
"Nih !" Ucap Hanif.
"Ya ampuun Han, cuma segini? Tenggorokan aja ngga basah kalau air ini aku teguk "
"Minum aja dulu... !!! hihihihihi...!"
"Hah...hahhh.... hahhhh" Maya merasa dikerjain habis-habisan.
"Awas aja nanti aku bales Han. Asem deh kamu..."
"Bales aja kalau berani. Aku ahli dalam bidang jahil menjahil. Jangan salahkan aku kalau kamu bales aku. Aku akan melakukannya yang lebih extrim... Hahahaaahha"
Satu piring telah dihabiskan Maya dengan mata berair dan keringat bercucuran.
"Udah habis niih... Puaaass???" Ucap Maya,dengan wajahnya menyedihkan.
''Aku puas... Maksudnya, biar kamu bisa lebih suka pedas May. Baru juga segitu..."
"Segitu-segitu nanti kalau aku mules gimana?"
"Kan punya kamar mandi punya pant*t, ngapain puzing?"
"Seenaknya aja ngomongnya"
Plakk !!
Jidat Hanif jadi korban jitakan.
Saat Hanif mengeluarkan dompet hendak membayar, Maya memegang tangan Hanif.
"Jangan... Biar aku yang bayar Han..." Haif merasa tak enak hati. Maya selalu mentraktirnya.
"Aku nggak enak kalau dibayarin terus Maya... Please gantian aku yang bayarin ya..." Ucap Hanif memohon.
"Han... Biar aku yang membayarnya. Kamu jangan merasa tidak enak seperti itu..."
"Tapi May...! "
"Sssttt...!! Jangan menolak..."
"Sebenarnya kamu itu siapa sih May? Apa kamu ngga butuh uang, selalu bayarin aku. Aku juga masih minjem banyak uang kekamu loh...?"
" Aku yakin kamu orang kaya deh. Keliatan aja, dari wajah kamu emang terlihat begitu..." Ucap Hanif meragukan Maya.
Selama beberapa bulan bekerja dengannya, Maya tidak pernah berbicara mengenai kehidupannya. Mereka hanya tau Maya sudah bersuami. Itu saja.
Maya memang tidak suka bercerita siapa dia sebenarnya. Ya mungkin kalau tidak ada yang menanyakannya untuk apa dia gembar-gembor ??
"Lucu juga, emang orang kaya bisa keliatan dari wajahnya Han..." Tanya Maya heran.
"Iya kalau menurut penglihatanku..."
" Semua orang butuh uang bukan? Aku juga butuh...Aku bukan siapa-siapa kok Han...! Hanya seorang istri..." Ucap Maya rendah hati.
"Ahh aku ngga percaya, kayaknya kamu bukan orang kalangan kayak aku deh... Beda soalnya..." Maya senyum-senyum sendiri mendengar perkataan Hanif dan tidak mengindahkannya. Untuk apa kalau dia menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, toh ngga ada faedahnya juga.
"Mau take away ngga ayam gepreknya? Buat anaknya..." Tanya Maya menawarkan.
"Engga deh May... Makasih ya May... dengan apa coba... aku membalasnya?"
"Ngga usah dibalas sama uang lagi, yang penting bagiku, kita bersahabatan dengan baik itu dah cukup!"
Tanpa berkata-kata Hanif memeluk Maya dengan mata berkaca-kaca. Selama benerapa menit Maya membiarkan Hanif memeluknya. Dia tau betapa pelik kehidupan Hanif yang sangat kekurangan materi saat ini.
***
Maya telah sampai didepan rumahnya. Mobil Tama tampak terparkir digarasi mobil. Dia berusaha tak lagi mengingat pertengkarannya semalam. Dia sudah lelah memikirkan hal itu.
Tanpa ragu Maya langsung mengucapkan salam dan membuka pintu depan.
''Assalamualaikum..."
"Waalaikum salam..." Jawab Tama.
Keduanya saling bertatap selama beberapa detik. Lalu Maya memanggil suaminya.
"Mass.....!"
.
.
.
.
.
.
like sebelum next yaaa... ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Devi Handayani
jadilah isteri yang sholehah maya.... insya Allah syurga menantimu😇😇😇
2022-10-26
0
ciby😘
gimn nasib fadil
2022-05-29
0