"Mas Faaaaadiiiiillll...!!!" Bruaakkkkk..Praaang....!!
Maya menjotos kaca cermin hingga tangannya berdarah-darah.
"Stop... !!"
"Diaam Maya ! Sudah cukup, apa yang kamu lakukan? Berhenti Maya! Kau akan melukai dirimu sendiri..." Ucap Tama..
Sudah 4 hari ini Maya masih menangis seperti orang gila. Berulang kali Tama melihat istrinya menyakiti diri sendiri dan beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
Dengan sigap Tama membantu membalut luka ditangan Maya dan menidurkannya dikasur. Meskipun Maya belum menerimanya, tapi Tama berusaha jadi suami yang baik untuknya.
"Aku mohon Maya, aku tahu ini berat untukmu. Tapi jangan lagi kamu menyakiti diri sendiri" Tidak ada jawaban dari Maya. Maya hanya tertidur dengan mata terbuka. Jiwanya benar-benar terguncang.
"Tama, bawa Maya ke psikiater, sudah 4 hari ini dia tidak mau makan. Kita kuwalahan dibuatnya, Mama takut ada apa-apa sama Maya...Mama minta tolong sama kamu Tama..."
"Iya Mah... Mau bagaimanapun, sekarang Maya istriku, aku harus menjaganya dengan baik. Nanti siang Tama akan membawanya ke psikiater "
Mama Adel sedih dan tak enak makan, hatinya juga tak tenang melihat keadaan anaknya. Seandainya Maya tidak buru-buru dinikahkan dengan orang lain, mungkin keadaannya tidak separah ini. Ini semua gara-gara suaminya sendiri yang egois. Sekarang, kejadiannya seperti itu bukan berimbas untuk diri Maya saja. Banyak orang-orang yang tersakiti. Mamanya, juga yang paling utama Tama. Suami dadakan yang sama sekali bukan orang yang Maya cintai.
"Ini semua gara-gara Papa ! Seandainya pernikahan itu dibatalkan saja,mungkin sekarang keadaan Maya tidak seperti ini. Kenapa sih Papa mentingin ego sendiri? Mementingkan rasa malu! Seandainya kita jatuh bangkrutpun, Mama tidak apa-apa demi anakku... Maya. Papa durhaka sama anak sendiri !!"
"Diaaaaam !!!!" Papa Kris kembali membentak istrinya, dan pergi meninggalkan rumah membawa koper.
Tapi disisi lain Kris ikut menangis, hanya saja beliau orang dingin yang pantang terlihat sedih, tidak pernah sekalipun beliau menunjukkan sisi lemahnya. Beliau orang yang keras kepala, tapi dibalik itu beliau punya hati yang rapuh.
Saat ini, ada penyesalan terbesar dalam hidup. Beliau menghukum dirinya sendiri dengan menjauhi keluarganya. Masa depan anaknya kandas karena keegoisan dirinya sendiri. Sekarang apa yang harus beliau lakukan?
***
Sebulan telah berlalu, keadaan Maya sudah jauh lebih baik. Berulang kali Maya menjalani hipnoterapi. Dia sudah mulai berdamai dengan dirinya sendiri dan menerima kenyataan Tama sekarang adalah suaminya. Suami yang setia mendampinginya selama ini. Meskipun perasaan Maya pada Fadil masih belum juga berubah. Maya sangat mencintai Fadil, bahkan semakin dalam.
Hari ini Tama berniat memboyong istrinya untuk tinggal diluar kota. Mama Adel dan Papa Kris sangat sedih. Tapi mereka hanya bisa berharap yang terbaik untuk anak dan menantunya.
Dengan begitu, semua berharap Maya bisa memulai kehidupan yang baru dan melupakan masalalunya.
Lalu bagaimana dengan Fadil ? Tidak ada yang berubah dari Fadil. Fadil masih koma dirumah sakit. Tidak ada perkembangan yang pasti. Menyedihkan keadaannya. Kalau Maya sangat menderita, Fadil lebih menderita lagi. Dia kehilangan orang tuanya, kehilangan Maya untuk selama-lamanya, juga kehilangan orang-orang yang dia sayangi. Tersisa kakak laki-lakinya yang saat itu tidak berada satu mobil dengan mobil pribadi yang Fadil tumpangi. Hanya itu satu-satunya keluarga Fadil.
Selama ini, karena dianggap gila oleh keluarga, Maya dikurung dirumah. Tidak pernah diijinkan keluar sekalipun oleh keluarganya, apalagi menemui Fadil. Yang jelas, dia telah bersuami. Sangat terbatas untuk dia melakukan apapun diluar sana.
Sangat sering dia memohon-mohon kepada seisi rumah untuk sekedar melihat keadaan Fadil, namun Papanya tidak memperbolehkan, karena bagaimanapun dia harus memikirkan perasaan Tama.
"Tama, aku mohon... Sekali ini saja aku menemui Fadil. Setelah itu, kamu akan membawa aku kemanapun terserah... Aku hanya ingin mengatakan permintaan maaf. Kamu percaya sama aku kan Tama...? Aku akan secepatnya kembali padamu " Tama tampak berfikir, dan ahirnya dia menganggukkan kepala memperbolehkannya menemui Fadil yang terbaring koma dirumah sakit.
"Aku akan mengantarkanmu kerumah sakit, tapi aku menunggu diluar ya..."
"Makasih Tama... " Maya memandang mata Tama, menggenggam tangan Tama sebagai bentuk wujud ungkapan rasa terimakasih. Ada rasa berdesir dihati Tama, sebulan jadi suami Maya, baru kali ini Maya menatapnya dan menggenggam tangannya.
"Sudah sampai. Aku tunggu disini..."
Maya segera turun dan menuju gedung rumah sakit dimana Fadil dirawat. Airmata tak henti-hentinya mengalir.
Aku akan menemuinya sekarang. Mas Fadil, aku akan tetap mencintaimu... Semoga suatu saat nanti kita bertemu lagi Mas Fadil...
Dan benar, saat Maya melihat keadaan Fadil seperti itu hatinya begitu teriris. Banyak alat yang terpasang disekujur tubuhnya. Kakinya patah, kepalanya diperban, badannya penuh luka sayatan. Wajahnya pucat pasi bagaikan mayat hidup.
Maya merasa jadi orang yang paking jahat, telah melukai Fadil dan meninggalkannya. Meskipun ini murni bukan kesalahan dia sendiri.
Mai mendekat dan mengguncang-guncang tubuh Fadil. Untung kakaknya sedang tidak ada, kakaknya berkunjung pada saat sore hari setelah dia pulang kerja. Untuk siang hari, dia percayakan Fadil seluruhnya pada suster.
"Dasar brengs*k kamu Fadil ! Bukannya kamu menikahiku malah kamu terjunkan dirimu kejurang?! Kamu tidak mau menikahiku kan ? Hah!! Jawaaabbb?! Pengecut. Lemah ?!.."
"Tega-teganya meninggalkanku seorang diri dan membiarkanku dinikahi orang lain ?! Bangun Fadil....!! Bangun !! Puas kamu membuatku seperti ini. Kamu senang aku jadi istri orang lain? Hah!! Kamu malah terbaring lemah disini. Tidak pedulikan aku ?!! Fadiiill.........!! Kamu jaahaaaat..."
Kata-kata itu terlontar sadis, tapi berbanding terbalik dari lubuk hatinya. Lubuk hatinya sangat merindukan pria itu. Ingin rasanya dia mati bersamanya daripada hidup bersama orang yang tidak dicintainya. Meskipun Tama orang memperlakukannya dengan baik. Tapi justru membuat Maya tertekan.
Setelah 20 menit lamanya berbicara sendiri, Maya memutuskan pergi meninggalkannya. Ada yang sudah lama menunggunya dimobil.
"Mas Fadil, aku selalu mencintaimu...Aku akan pergi jauh Mas... Bangunlah !" Airmata merembes dari ujung mata Fadil, itu artinya dia mendengarnya. Tapi matanya tetap tertutup.
"Kamu masih belum ingin bangun juga Mas... Aku akan pergi jauh, sadarlah..."
"Baiklah, kalau kamu masih belum mau bangun juga... Selamat tinggal Mas, semoga Allah selalu melindungimu..."
Maya mencium kening Fadil dan meneteskan airmata. Fadil akan selalu dikenang dalam hatinya.
Bagai tertusuk belati tak kasat mata, itu yang Maya rasakan. Maya meninggalkan ruangan, berjalan dengan lemas lunglai seperti badan yang tidak bertulang. Maya berpegangan kuat pada dinding rumah sakit untuk berusaha tegak berdiri.
Tak jauh dari Maya berdiri, ada Tama yang berlarian mencari keberadaannya.
"Maya... ! Kamu darimana? Aku mencarimu..." Tama menghampiri Maya, dia telah mencari-cari keberadaan Maya dari tadi. Dengan segera Maya mengusap airmatanya.
"Maayaaa... Jawab Maya, kamu darimana saja? Ayo pulang. Kamu dah selesai kan?"
"Iya aku dah selesai. Iya aku ikut denganmu..."
Tanpa banyak bicara Maya langsung mengatakan itu pada Tama. Tama merasa senang dan langsung membawa Maya keluar kota menuju kerumah barunya.
***
"Ini rumah kita, kita akan membangun keluarga kecil kita disini. Kamu mau kan melupakan masalalumu dan memulainya dari awal denganku? " Tama berkata dengan tulus, menggenggam tangan Maya dan berjongkok menatapnya. Menanti jawaban yang akan dia dengar.
"I-iyya Mas.... "
"Apa ? Aku gak salah dengar? Kamu manggil aku begitu?"
"Iya, aku mau memulainya denganmu..."
"Benarkah? Terimakasih Maya...! Terimakasih... Cup...cup...cup...!! " Tama langsung berdiri dan memeluk istrinya, mengecup keningnya berkali-kali. Sudah sebulan dia menunggu Maya menerimanya. Meskipun pernikahan itu mendadak, penuh dengan drama, tapi Tama tidak pernah menganggap janji sucinya main-main.
Ahirnya aku menyerah dengan keadaan. Mau tidak mau aku harus menerima takdirku. Mungkin, ini jodoh pilihan Allah. Yang dibuat seperti ini jalannya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciby😘
nyesek🥺🥺😟gk bisa bayangin klo brada diposisi mereka
2022-05-29
2
Chyka Asika
sedih banget cerita nya
thor,,, nggk gampang ngelupain seseorang yg berkesan dlm hidup nggk gampang juga ngejalani hdp dg org yg
nggk kita
cintai,,,
aku cuman berharap ending nya nggk akn ada y tersakiti krn d sini tama jg baik,,,
2021-04-06
1
Sharla Ali Wafa
kasihan bgt tama di selingkuhin
2020-11-25
0