Start A New Life In Another World
Rein, seorang anak SMA yang tidak memiliki teman. Akibat dari warna rambutnya yang berbeda, berwarna perak, dia diasingkan dan ditakuti oleh teman-teman sekelasnya. Tetapi karena terlalu sering mendapatkan perlakuan yang sama, bahkan sejak dia berada di tingkat SD, membuat dirinya dengan cepat beradaptasi dan menikmati kesendirian.
Kini dia keluar dari ruangan kelas dengan tatapan tajam dan hina yang biasa teman-temannya perlihatkan. Dengan wajah acuh tak acuh dia pergi, tak mempedulikannya sama sekali.
Berjalan menuruni tangga, melewati gerbang sekolah yang sudah terlihat ramai karena bel pulang sekolah sudah dibunyikan, dia kemudian sampai di stasiun kereta setelah beberapa menit berjalan.
Rein termenung dalam diam. Dia pernah berpikiran untuk mewarnai rambutnya seperti rambut manusia pada umumnya, hitam, tetapi entah bagaimana, semua cat warna dari merek tidak terkenal maupun terkenal tak dapat bertahan lama.
Pernah sekali rekor paling lama bagi pewarna tersebut mencapai 2 hari, setelah itu rambutnya kembali menjadi perak sebagaimana mestinya.
Dalam kediamannya, sembari menunggu kereta yang sebentar lagi tiba, Rein memasangkan tangan pada hidungnya yang sedikit gatal, memijat dengan pelan sekaligus menatap langit yang cerah.
Kereta dapat terlihat begitu cepat melaju dari arah yang berlawanan dari tujuan Rein saat ini, tepat ketika kereta semakin mendekat, seseorang dengan sengaja mendorongnya.
“... eh?”
Rein tidak dapat berpikiran jernih ketika tubuhnya melayang ke arah rel kereta. Mencoba untuk meminta tolong dan menggapai tangan seseorang, tetapi perhatian dari orang-orang sekitarnya tak tertuju padanya, seakan-akan mereka buta dalam waktu bersamaan.
Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang dia ucapkan di dunia ini. Sebelum akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir dengan cukup tragis.
****
Udara terasa begitu dingin meskipun Rein tidak dapat merasakan tubuh dan keberadaannya. Pandangannya gelap, entah itu ruangan atau matanya sedang terpejam. Dia berusaha untuk menggerakkan tangan yang bahkan keberadaannya saja diragukan.
Mencoba untuk memahami situasi yang terjadi, dia beranggapan bahwa dirinya sedang berada di dalam kamar di sebuah rumah sakit.
“... tetapi berpikir demikian, bukannya aku terlalu berharap?”
Suara Rein menggema di seisi ruangan, kini dia tidak lagi beranggapan bahwa dia berada di rumah sakit melainkan alam kematian, mungkin surga ataupun neraka, dia tidak berharap banyak.
“Wahai manusia, apakah kau memiliki penyesalan dalam hidupmu?”
Suara wanita yang terdengar begitu merdu dan menenangkan hati terlintas di telinga Rein. Dia mengalihkan pandangan dalam kegelapan tersebut, tetapi yang didapat adalah kegelapan lainnya.
“Penyesalan, ya? Pada awalnya aku membenci rambut berwarna perak yang merupakan pemberian dari ibuku, tetapi pada akhirnya aku mengerti tentang bagaimana cara untuk melihat sisi lain dunia. Jika memungkinkan ... aku ingin meminta maaf kepadanya karena sudah berpikir buruk.”
Cahaya yang begitu menyilaukan hadir di depan mata Rein, memaksa dia menutup mata, dan perlahan cahaya tersebut menyirnakan kegelapan yang ada.
Secara perlahan dia membuka mata dan mendapati sebuah kehangatan yang sangat bertolak belakang dengan keadaaan sebelumnya.
Perlahan menggerakkan tangan dan kakinya, serta tubuhnya yang saat ini hanya terlapisi oleh kain sutra berwarna putih.
“Apa aku berada di surga ...?” gumam Rein.
Dia mengangkat wajahnya ke atas, melihat seorang wanita cantik dengan gaun yang begitu megah, memakai mahkota yang terbuat berlian, dan rambut pirang yang cantik hingga memantulkan sinar.
Tetapi dari semua kekagumannya itu, singgasana yang dia tumpangi begitu berkebalikan dengan penampakan dari wanita tersebut.
Sebuah singgasana berwarna hitam yang diikuti dengan tengkorak dan berbagai macam jimat lainnya. Entah hal aneh apa yang dimiliki oleh pemilik kursi tersebut hingga membuatnya begitu menakutkan.
“Sayang sekali, tetapi kau sudah meninggal dunia. Namun, jangan berkecil hati karena kau memiliki dua pilihan, antara bereinkarnasi ke dunia lain atau dilenyapkan.”
Tunggu. Ini membuat Rein sadar bahwa surga atau neraka itu tidak ada, dia ingin memastikannya, tetapi wanita itu sudah terlebih dahulu membaca pikirannya.
“Itu benar. Surga dan neraka itu sebenarnya tidak ada, kecuali kehampaan setelah roh kalian dilenyapkan.” Wanita itu tertawa kecil, menutupi mulut dengan sikap yang terlihat angkuh dan berbangga diri.
Rein jelas merasa telah terlibat dengan seorang wanita yang merepotkan, dia menduga dari sikap yang diperlihatkan oleh wanita tersebut.
“Apa memungkinkan bagiku untuk bereinkarnasi ke dunia lain?” Rein bertanya dengan ragu. Dia tidak terlalu berharap, tetapi jika diberikan kesempatan, maka dia tidak akan menolaknya.
Sekali lagi wanita itu tertawa, tanpa mengatakan sebab dan hal konyol apa yang berhasil membuat dia tertawa hingga terbahak-bahak.
Wanita itu menyilangkan kaki di singgasananya, menatap tajam Rein dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi dan pandangan merendahkan yang sering dilihat oleh Rein sendiri.
“Tentu saja, maka dari itu, ucapkan saja keinginanmu kepadaku. Membuat harem, kekayaan, menjadi seorang kaisar, ataupun kemampuan cheat, aku bisa mewujudkannya!”
Mendengar dari wanita ini membuat Rein semakin khawatir dan ragu. Tidak, mungkin ini lebih tepat untuk mengganggap bahwa dirinya berada di dalam game VR yang begitu nyata dan keberadaannya sekarang adalah menjadi seorang beta tester.
Tetapi ... apakah benar demikian?
Rein memegang dagunya pelan, dia memikirkan dalam-dalam sesuatu yang dibutuhkan daripada yang diinginkan. Meminta benda-benda yang memiliki kegunaan pasti akan mempermudah hidupnya.
Dia sudah memutuskan keinginannya, hidup dengan damai di dunia lain mungkin bukan pilihan yang salah. Juga ingin memiliki warna rambut dengan warna yang normal, sebagaimana warna rambut dominan pada dunia tersebut.
Namun sebelum sempat mengatakan keinginannya terhadap wanita yang dengan angkuh dan bangga itu duduk di sana, awan bergemuruh hebat.
“Gawat ...” Wanita itu terlihat ketakutan. Dia membuang sikap angkuh dan sombongnya itu dengan sesegera mungkin dan berdiri dari singgasananya.
Seorang pria dengan tiba-tiba berada di belakang wanita tersebut, dengan ekspresi dingin dan datar dia menatap kepala wanita yang memunggunginya.
Memegang perlahan pundak dari wanita itu, memberikan kejutan listrik yang mengalir secara deras atas bukti ketakutan dan terkejutnya wanita tersebut.
“Kyaa! Dewa Thanatos, kenapa Anda melakukan hal tersebut?!” Wanita itu melayang, mengambil langkah jauh dari orang yang disebut sebagai Dewa Thanatos tersebut.
“Kau bilang kenapa setelah membodohiku dengan berkata bahwa Dewi Agung telah memanggilku dan menyelinap serta mengambil alih tugasku? Tidakkah kau berpikir bahwa itu adalah sebuah kesalahan yang tidak dapat dimaafkan? Dari mana kau belajar bersikap seperti itu, Dewi Pasitheia?”
“A-aku sungguh minta maaf, aku akan segera pergi dari sini.” Pasitheia mencoba untuk mengaktifkan semacam sihir, namun sebuah retakan pada langit-langit muncul. Pertanda gagalnya ia dalam melakukan pengaktifan sihir.
“Dewi Pasitheia, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan. Renungkanlah semua kesalahanmu selama melakukan perjalanan bersama pria itu.”
Menggerakkan sabit, Dewa Thanatos mengacungkan sabit besar miliknya ke langit dan menciptakan lingkaran hitam serta lubang di dalamnya, menarik Rein bersama dengan Pasitheia.
Dengan ekspresi cemas dan ketakutaj Pasitheia memohon ampun dan meminta kesempatan kedua. Dia mencoba untuk menggapai pria itu, tetapi Dewa Thanatos sudah terlebih dahulu menutup mata serta telinganya atas apa yang seharusnya dia dengarkan.
Sedangkan Rein yang sama sekali tidak mengerti dengan situasi lebih memilih diam untuk menanggapinya. Lebih tepatnya dia tidak ingin ikut campur dalam urusan merepotkan.
Ketika lubang hitam itu menghilang dari pandangan Dewa Thanatos, dia menghembuskan nafas, dan melayang ke arah singgasananya, duduk secara perlahan, dan sekali lagi menghembuskan nafas.
Dia merenungkan atas apa yang terjadi dan berpikir bahwa tindakannya sudah benar. Ditambah dia juga sudah mendapatkan izin dari Dewi Agung untuk menghukum Pasitheia yang kelewatan dan gagal melakukan tugasnya sebagai seorang dewi.
Kemudian teringat akan sesuatu.
“Tunggu ... apa pria tadi sudah mengatakan keinginannya? Aku harap bahwa Pasitheia sudah mengabulkannya sebelum mereka aku lemparkan ke dunia itu.”
Dewa Thanatos menutupkan matanya, dia menunggu seseorang untuk dilayani sebagaimana pekerjaannya. Karena laporan palsu yang dibuat oleh Pasitheia, pasti sekarang akan ada banyak sekali roh yang menunggu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Raysonic™
start
2023-05-24
0
De'Ran7
ternyata nih orang sama saja 11 12 sama si dewi
2022-10-15
0
🎭 𝚗𝚒𝚜𝚞𝚝𝚊
𝚓𝚎𝚓𝚊𝚔
2021-09-12
1