Ketika resepsionis membuka meja di bawahnya, sebuah bola kristal berhasil dipegangnya dan kini terletak di lantai meja. Rein ragu jika bola kristal ini memilih fungsi yang sama dengan yang digunakan oleh para penjaga.
“Sekarang yang kami butuhkan adalah untuk meletakkan tangan Anda pada bola kristal ini dan setetes darah.”
Resepsionis mengulurkan tangan untuk menerima tangan Rein. Ketika Rein memberikannya, dia menusukkan pisau pada bagian jari telunjuk, dan meneteskannya pada bola kristal. Rein kemudian diarahkan untuk meletakkan tangannya.
Sebuah cahaya redup secara perlahan muncul, dengan begitu resepsionis melanjutkan langkah pendaftaran tanpa memerlukan apa pun lagi dari Rein.
Dia tampak kebingungan dengan apa yang terjadi. Rein sama sekali tidak memiliki bakat dalam sihir dan pertarungan, ini berarti jika Rein sama sekali tidak cocok untuk menjadi seorang petualang. Dia hanya akan membahayakan dirinya sendiri jika memaksa untuk mendaftar.
Dengan sikap yang tenang, dia mulai mencoba untuk menanyakan kesungguhan Rein dalam bergabung.
Namun, dalam beberapa kasus, mereka tidak dapat hanya dengan mengandalkan tekat yang kuat. Sudah banyak orang yang kehilangan nyawanya hanya dengan berjalan memanfaatkan tekat dan memamerkannya.
“Apa Anda benar-benar yakin untuk menjadi seorang petualang?”
“Tentu, apa ada yang salah?” Rein menyadari kebingungan dari resepsionis, tetapi dia sama sekali tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“Ini kasus yang langkah dan Anda sama sekali tidak memiliki energi sihir atau yang lebih tepatnya disebut sebagai mana, juga tidak memiliki bakat dalam pertarungan. Saya memang berkata demikian, tetapi pada dasarnya, Anda masih dapat mengasah kemampuan.”
Rein tidak terkejut lagi jika memang itu yang sebenarnya terjadi. Ketika pertemuannya dengan Tia, dia sudah mencoba cara untuk mengeluarkan sihir seperti apa yang diajarkan, tetapi tak ada yang terjadi.
Jika pertarungan Rein dengan para monster beberapa waktu lalu adalah keberuntungan dan berkat dari racun, maka itu tidak dapat disalahkan dan Rein akan mengiyakan kalimat yang dikeluarkan oleh orang itu.
Rein tidak bermaksud untuk menyerah, dia masih memiliki kepandaian dalam memanah dan hal ini dapat dimanfaatkan. Terlebih lagi yang dikatakan oleh resepsionis adalah dia yang sama sekali tidak memiliki bakat dalam pertarungan jarak dekat, namun masih dapat mengasahnya.
“Aku sama sekali tidak masalah dan tetap ingin bergabung dengan guild.” Rein meneguhkan pilihannya. Dari matanya, dia memang bersungguh-sungguh.
Meskipun banyak pilihan selain menjadi petualang untuk mendapatkan uang, tetapi dia perlu kekuatan agar dapat mengalahkan raja iblis dan menepati janjinya pada Pasitheia.
Resepsionis mengangguk, dia mengerti hanya dengan mendengarkan ucapan Rein dan sebuah kartu muncul dari dalam bola kristal tersebut.
“Apa aku tidak perlu memberikan identitasku terlebih dahulu?” Rein bertanya setelah menerima kartu itu.
“Bisa Anda lihat di kartu itu sendiri dan sudah terpampang jelas jika nama dan seluruh identitas Anda telah tercatat otomatis.”
Rein melihat kartu itu, dia kemudian takjub sekaligus merasa ngeri. Mereka dapat mengindentifikasi hanya dengan menggunakan sebuah bola kristal berbentuk sederhana itu.
“Tolong berhati-hatilah ketika menjalankan misi, karena pada dasarnya Anda tidak memiliki mana sedikit pun. Ini bukan karena saya ingin menghina Anda, tetapi kenyataan memanglah pahit.”
Rein mengangguk, kemudian memanggil Pasitheia yang berada di pojokan, dia mencoba untuk memanggilnya sekali lagi ketika wanita itu tak membalas perkataannya.
Pasitheia menoleh ke arah Rein sebentar ketika merasa terusik, dia kemudian kembali memalingkan wajah dengan kesal. Berdiri, dia menghampiri resepsionis dan berniat untuk melakukan hal yang sama dengan Rein, tanpa berkata apa-apa.
Sebuah cahaya berwarna pelangi muncul, kemudian bola kristal yang digunakan oleh Pasitheia retak hingga beberapa bagian. Suasana menjadi panik, pandangan semua mata menuju padanya, Pasitheia.
“Hah?! Kenapa makhluk lemah seperti kalian menatapku dengan tatapan menjijikan seperti itu?”
Resepsionis kebingungan untuk berkata-kata. Dia mencoba untuk menggerakkan bibirnya secara perlahan.
“Memang wajar jika dewi sepertiku ini memiliki kekuatan yang dahsyat, kalian seharusnya tahu itu!” Pasitheia membusungkan dadanya dengan bangga, bersikap sombong.
“Ah ..., tidak seperti itu. Ini memang mengejutkan, tetapi bukan berarti Anda memiliki kekuatan yang dahsyat.” Resepsionis meluruskan kesalahpahaman ini, dia kemudian menyingkirkan bola kristal tersebut.
“Apa kau tidak mempercayai kekuatanku? Apa aku harus membuktikannya secara langsung? Tetapi tentu saja aku akan menolak, aku tidak ada waktu yang harus dihabiskan untuk makhluk seperti kalian.”
Rein hanya dapat menggaruk kepala dengan sikap Pasitheia. Dia juga yakin jika resepsionis itu pasti kesal dengan sikapnya. Tetapi karena dia, resepsionis, dituntut untuk bersikap profesional, dia memilih untuk menyembunyikannya.
“Ini tidak seperti Anda memiliki kekuatan yang lebih, tetapi ini pertanda bahwa Anda adalah seseorang yang tidak memiliki kemampuan apa pun, bahkan lebih rendah dari Rein sendiri. Karena itu, kami sangat-sangat tidak menyarankan Anda untuk ....”
“Siapa juga yang ingin menjadi petualang? Aku ini seorang dewi, yang seharusnya kalian puja di kuil dan bukan menjadi budak pekerja kalian, tahu!” Pasitheia berjalan dengan hentakan kaki kuat, dia pergi keluar, dan meninggalkan Rein seorang diri.
Rein terdiam. Semua orang juga diam membisu atas pernyataan Pasitheia yang menanggap dirinya sendiri sebagai seorang dewi, tetapi kemudian mereka tertawa lepas.
Rein kemudian melihat ke arah pintu keluar, di sana Pasitheia sedang menunggu sembari bersandar di pintu.
“Aku tidak percaya jika di zaman sekarang masih ada orang yang menganggap dirinya sebagai seorang dewi.”
“Dia menang sangat cantik, tetapi jika untuk standar istriku, aku lebih memilih untuk menyingkirkannya.”
“Dia wanita merepotkan, tetapi jika dia budakku, mungkin aku bisa menjinakkannya.”
Rein berpikir jika kata-kata yang keluar dari mulut para petualang pasti menyakitinya.
Kemudian menunduk pada resepsionis tersebut, dia melupakan separuh uang yang digunakannya untuk mendaftar karena Pasitheia tidak melakukan pendaftaran.
Dia berpikir untuk pergi keluar dan mengejar Pasitheia, tetapi wanita tersebut sudah terlebih dahulu menghilang.
‘Aku yakin jika dia tadi sangat marah, apalagi dengan kata-kata petualang tadi,’ batin Rein.
Ketika Rein melirik ke arah kanan, pakaian berwarna putih mirip seperti milik Pasitheia baru saja berbelok memasuki sebuah gang. Lantas dia mengejarnya.
Sebuah gang bersih, dengan nuansa yang khas dan irama lagu yang tenang menyambut hangat Rein ketika memasukinya. Dia melihat ke arah Pasitheia yang benar-benar ada di sana, mengintip ke arah sebuah restoran.
“Pasitheia ....”
“Hei, Rein, belikan aku makanan jika kau ingin aku maafkan tentang masalah pakaianku tadi.” Pasitheia menoleh dengan senyuman lembutnya. Dia juga sesekali meneguk air liur ketika mengintip dari balik kaca.
‘Aku rasa dia tidak mendengar perkataan dari para petualang, beruntung untuk mengetahuinya.’
Rein membalas senyuman Pasitheia, dia lantas mengajaknya masuk. Memang dari awal dia sudah berniat untuk mentraktir makanan atas kesalahan yang tadi dia perbuat.
Ketika mereka memasuki restoran itu, sebuah lonceng yang berdering terdengar langsung. Suara sambutan dari seorang pelayan keluar setelah beberapa saat.
Restoran ini masih sepi, Rein beranggapan jika ini adalah yang terbaik. Dengan suasana tenang, ini sangat cocok bagi dirinya yang sudah terbiasa menyendiri. Aroma makanan yang nikmat dan menggiurkan juga menambah waktu berharga ini. Berpikir jika sebuah kedamaian dapat dirasakan untuk selama-lamanya.
“Ada yang bisa saya bantu?” Pelayan bertanya dengan lembut, dia kemudian menyerahkan daftar makanan yang terbuat dari secarik kertas.
“Makanan paling mahal!” Pasitheia mengatakannya dengan penuh semangat dan keras.
“Tidak-tidak, kita hanya akan membeli sesuai dengan uang yang kita dapatkan!”
Perdebatan mereka dimulai tentang makanan apa yang akan mereka nikmati. Pada akhirnya, Rein kalah, dia harus membelikan makanan paling mahal kepada Pasitheia dan kehabisan uang hasil penjualan dari batu sihir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Gatot Suharyono
lhah. . . . ternyata MC nya letoy. . . . !? pantas aja beberapa hari kumpul kebo gak tergerak sama sekali !?
payah. . . . !
2023-09-17
0
ShizenMaru
si mc kelewan bodoh. jadi orang lembek amat sering kali menahan emosi yang seharusnya dikeluarkan. semakin menjadi" tuh dewi sampah. hadeh
2021-03-20
0
John Singgih
momen yang memalukan di guild petualang
2021-03-05
0