Keesokan harinya.
Rein bangun pagi-pagi sekali untuk mengelilingi dan mengeksplor lebih jauh lagi tempat ini. Dia bersiap dengan menyiapkan sebuah tongkat yang sudah dipertajam menggunakan batu. Sebagai antisipasi pada hal yang tak diinginkannya.
Rein sudah bertanya dan meminta Pasitheia untuk membagi informasi tentang dunia ini, tetapi dengan sebuah alasan, yang mungkin berkaitan dengan tingkatannya, wanita itu enggan untuk membuka suara.
Pendapat Rein tentang Pasitheia yang tidak berguna diperkuat oleh hal itu. Semakin mempersulit karena sikapnya dan tidak ingin bekerja sama.
Rein memasuki hutan, lebih menjauh dari air mancur, meningkatkan kewaspadaannya karena ini berada di alam liar.
Dia melihat sebuah benda, bergerak. Berbentuk bulat tetapi sedikit lonjong, dengan bentuk transparan berwarna biru dan memantul. Mendekatinya, Rein menyentuh dengan lembut.
Terasa kenyal dan nyaman untuk dipegang. Benda seperti slime ini kemudian mencoba untuk melepaskan diri dari Rein, namun tak cukup kuat untuk melakukannya hingga kehabisan tenaga.
“Hm, bukankah ini slime? Sama seperti monster-monster yang berada di dunia fantasi?” pikir Rein, memijat lembut benda yang dianggapnya tidak biasa itu.
Tak lama, pergerakan dari slime itu secara perlahan melambat. Dia mulai merasakan kenyamanan ketika dielus lembut olehnya, melemas.
‘Manis sekali!’ batin Rein, sangat tertarik dengan tingkah slime tersebut.
Rein secara perlahan menaruh slime itu di atas kepalanya. Menurut, tak ada perlawanan dan tanda-tanda akan kabur. Kalaupun kabur, Rein hanya akan membiarkannya.
“Hei, apakah kau tahu di mana buah-buahan yang berada di dekat sini?”
Rein berkata pada slime tersebut, tetapi dia kemudian menertawai dirinya sendiri karena melakukan hal bodoh. Baginya, sangat tidak mungkin untuk seekor slime dapat mengerti apa yang dikatakannya.
Tetapi ekspektasinya berbanding terbalik dengan realita. Slime tersebut meloncat ke tanah dan berjalan ke semak-semak, menunggu Rein untuk diikuti.
“Kau memintaku untuk mengikutimu?”
Tak ada balasan dari slime, bergerak memasukinya dan pergi setelah Rein sadar akan keinginannya. Rein mengikuti, menyingkirkan semak yang menghalangi jalan.
Secara perlahan dia mulai mendapati sebuah pohon yang cukup besar, memiliki akar panjang dan besar. Lalu yang menarik perhatian adalah buah yang tergantung di pohon tersebut.
“Ini buah? Apakah aman dimakan?”
Buah itu memiliki bentuk seperti apel, tetapi memiliki warna putih seperti pir. Keamanan dalam memakan buah ini patut dipertanyakan, dan Rein mewaspadainya.
Menyadari Rein yang ragu untuk memakannya, slime melompat ke atas dan menelan buah tersebut dengan segera. Beberapa saat kemudian, tidak ada yang terjadi.
“Ini aman dimakan, jadi kau berusaha membuktikannya?”
Keraguan Rein perlahan memudar, dia memetik sebuah untuk dinikmati. Menggigit, kemudian mengunyahnya setelah dia sudah menyiapkan hati.
Mata Rein melebar. Buah ini sangat enak. Mulai dari rasanya yang manis dan lembut, seperti buah pir. Tetapi berair dan terdapat rasa asam ketika dia selesai mengunyah, seperti rasa yang dapat ditemukan dalam buah apel pada umumnya.
“Ini enak!”
Rein yang menyadarinya, mengambil beberapa buah untuk dibawa pulang. Setidaknya itu cukup untuk dinikmati bersama dengan Pasitheia. Sedangkan slime, sepertinya dia tidak membutuhkan buah ini. Terlihat jelas dengan slime yang lebih menyukai dedaunan untuk dimakan.
Rein sempat berpikir, jika dia memiliki seekor peliharaan, tentu memikirkan nama yang tepat adalah sebuah keharusan. Berpikir dengan keras dan mengalihkan pandangan ke atas langit.
Saat Rein kembali beralih, slime itu menghilang dari pandangannya. Rein mencari di sekeliling, tetapi tidak dapat menemukannya. Merasa slime tersebut menghilang, dia hanya dapat berpasrah. Ini adalah sebuah pertemuan dan perpisahan yang singkat.
“Terima kasih,” lirih Rein.
Rein melangkahkan kaki kembali ke tempat di mana Pasitheia berada. Dengan 5 buah yang tidak diketahui namanya dan sebuah tombak yang digenggam di tangan.
Tetapi, seekor serigala menghalangi jalannya. Rein merasa terkejut, tetapi dia sudah siap menghadapi situasi seperti ini, dengan begitu, dia singkirkan buah-buahan itu sebelum serigala menyerangnya.
Serigala berlari, dengan tatapan tajam dan ganas, dia melompat, mencoba untuk menerkam Rein. Tetapi Rein yang sudah siap sedia, menghindari dengan begitu lincah. Mengambil jarak dari serigala.
Dia yang menggunakan tombak sebagai senjata utama pasti diuntungkan dalam pertarungan jarak dekat seperti ini. Dalam kejadian selanjutnya, serigala kembali mencoba untuk menyerang Rein menggunakan taring tajamnya.
Namun, ketika dia mendekat, perutnya sudah tertusuk lebih dahulu oleh tombak yang digunakan oleh Rein. Memang tidak cukup dalam, jadi Rein kembali meningkatkan kewaspadaannya.
Saat Rein mendekat, serigala tiba-tiba bangkit dan menggigit tangan Rein.
“Akh!” Rein kesakitan.
Dengan reflek dia menendang serigala itu menjauh, tetapi tangannya yang terkena gigitan dalam harus mengeluarkan begitu banyak darah.
“Aku harus segera menyelesaikan pertarungan ini,” Rein memperkukuh hatinya, menahan rasa sakit yang dia terima.
Serigala memilih kabur setelah berhasil melakukan menciderai Rein. Ini berarti dia dalam bahaya jika tidak segera pergi dari sini.
Seperti yang diketahui bahwa serigala adalah hewan yang hebat dalam berburu dan hidup secara berkelompok. Tidak heran jika dia pergi untuk memanggil bala bantuan, terlebih lagi ini cukup janggal ketika dia berjalan sendirian.
Rein berlari dengan tergesa-gesa. Dia tahu bahwa darahnya mungkin akan membekas di tanah, Rein terpaksa menyobek sedikit pakaiannya untuk menutupi tangannya yang terluka. Dia tidak ingin terbunuh karena kehilangan banyak darah.
Ketika sampai di air terjun, dia mengambil daun binahong secukupnya. Menarik tangan Pasitheia untuk segera pergi dari sini, menyelamatkan diri.
“Kenapa kau menyentuhku dengan tangan kotormu itu? Terlebih lagi kenapa kau mengeluarkan banyak darah?!”
“Tidak ada waktu untuk mengatakannya, kita harus segera pergi dari sini!”
“Hah? Aku tidak akan pergi dari sini!” Pasitheia bersikeras, memperkuat pegangannya pada batang pohon.
Entah kenapa dia terlalu keras kepala hari ini, membuat Rein sedikit kesal kepadanya walau dia dewi sekalipun.
Menarik lebih keras, tetapi pegangan Pasitheia terlalu kuat pada batang pohon itu. Tidak heran jika Rein tidak mampu menariknya dalam kondisi terluka, jadi dia mencoba untuk mengatakannya dengan baik-baik.
“Aku tadi bertemu dengan sekawanan serigala, tetapi karena dia berhasil kabur, maka dapat dipastikan jika dia akan memanggil kelompoknya untuk membalaskan dendam. Jadi, ayo kita pergi menyelamatkan diri!”
“Kau pikir seorang dewi sepertiku akan lari dari makhluk-makhluk rendah seperti itu?”
Tetapi, semua sudah terlambat karena kelompok serigala sudah datang ke tempat mereka, lengkap dengan serigala yang terluka oleh serangan Rein.
“Jadi, bagaimana kamu akan menghadapinya?” Rein menyeringai, keadaan saat ini benar-benar buruk.
Serigala mulai mengelilingi mereka untuk memblokir jalan keluar, menatap tajam pada Rein dan Pasitheia yang berdiri di tengah-tengah.
“Hm! Aku tidak akan menggunakan kekuatan untuk menghadapi mereka dan itu bukan urusanku!” Pasitheia melengos, kakinya tegang saking ketakutan, sulit untuk disadari oleh Rein.
Rein menatap kesal. Kebanggaannya sebagai seorang dewi itu sangat bermasalah.
~
Apakah ini akhir dari petualangan Rein di dunia lain?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
De'Ran7
katanya dewi tapi kok malah jadi beban besar🥱
2022-10-15
0
Lilithia gilgamesh Lucifer
please toh buang aja Dewi tuh
2021-07-13
0
Hatir
semoga rein mati dan novel nya tamat, sungguh ini adalah ujian kesabaran. Jujur aja sih kalo aku diposisi rein bakal bilang 'GOBLOK!'
2021-03-12
1