...— Note: mungkin update akan mulai teratur, jam 23:00 WIB dan akan dimulai malam ini. Terima kasih perhatiannya —...
Rein kembali ke Guild Petualang untuk mengambil misi, seperti apa yang diketahui dia harus mendapatkan banyak uang untuk dapat terus menyambung hidup.
Bersama dengan Pasitheia yang berjalan di belakangnya, dalam kondisi tangan mengelus perut, dia tersenyum puas. Menggigiti paha ayam yang dibelikan oleh Rein setelah memaksa dan merengek, Pasitheia sangat puas karenanya.
Berbeda dengan Pasitheia, Rein terlihat masam. Pada awalnya dia berniat untuk membeli panah dengan menggunakan uang sisa penjualan batu sihir, tetapi apa boleh buat. Uang itu baru saja dia gunakan untuk Pasitheia seorang.
“Hm, seharusnya jika aku membuat panah, begitu pula dengan anak panahnya, sedangkan untuk karet aku akan membelinya. Tentu pilihan yang tepat, Rein! Kau dapat menghemat lebih banyak uang,” pikir Rein.
Rein tahu dia akan mendapatkan uang dari menyelesaikan misi yang dipajang di sebuah papan pengumuman yang merupakan sebuah tempat untuk memasang misi baik resmi maupun tidak.
Misi resmi adalah misi yang dibuat secara langsung oleh Guild Petualang, sedangkan misi tidak resmi adalah misi yang diberikan oleh penduduk maupun bangsawan dan sudah diteliti dengan baik kebenarannya.
Jadi tidak ada yang harus dikhawatirkan selama mereka menerima misi dari Guild Petualang secara langsung atau dalam arti tertentu adalah misi yang telah ditempatkan di guild.
Rein mengetahui jika metode pembayaran yang digunakan di dunia ini adalah dengan menggunakan koin emas, perak, dan perunggu.
Dari hasil penjualan batu sihir tersebut, dia mendapatkan 12 keping perak dan 50 keping perunggu, sekarang sudah tidak tersisa lagi.
...— Note: Kalau uang yang dia dapatkan sebelumnya berbeda dengan data saat ini, mohon di komentar ya. Aku kadang lupa. —...
Mereka sampai di Guild Petualang tak lama setelahnya. Rein menghampiri papan pengumuman dan mencoba untuk memilah mana misi yang dapat dia terima dan paling aman. Dia tidak ingin membahayakan nyawanya sendiri hanya karena selisih yang tidak jauh berbeda.
Namun Rein akhirnya sadar bahwa dia tidak dapat membaca tulisan di dunia ini, dan Pasitheia, menyadari hal tersebut.
“Dasar Rein bodoh, kau bahkan tidak dapat membacanya dengan betul, ya?” Pasitheia tertawa dengan nada menghina, menepuk-nepuk pundak Rein.
Rein sama sekali tidak menjawab dan malah menarik alis, lantas kemudian Pasitheia mencabut sebuah kertas dari papan pengumuman dan memberikannya kepada Rein.
“Hadiahnya banyak sekali, kita bisa mengambil misi ini.” Pasitheia menambahkan.
Rein tampak ragu untuk menerimanya, apalagi itu dari Pasitheia. Dia kemudian berjalan ke arah resepsionis diiringi oleh Pasitheia dari belakang. Dia memberikannya kepada gadis tersebut setelahnya.
Dan raut wajah yang sedikit berubah dapat Rein sadari dari resepsionis tersebut.
“Maaf, Tuan Rein. Misi penaklukan goblin dengan peringkat D ini belum dapat Anda terima. Ini terlalu berbahaya untuk Anda seorang diri melakukannya, terlebih lagi ....”
Rein menatap ke arah Pasitheia, dia hampir saja menyerahkan nyawanya secara sukarela kepada goblin. Mendapatkan tatapan tajam dari Rein, wanita itu melengos sambil bersiul.
“Apa ada misi yang mudah yang dapat aku terima? Tolong sarankan padaku sesuatu yang dapat aku tangani,” pinta Rein.
Dengan senyuman resepsionis tersebut menanggapinya. Dia sedikit lebih bersemangat dan menghampiri papan pengumuman, tak lama kembali dengan sebuah kertas lainnya.
“Ini adalah misi pencarian tanaman obat, untuk ciri-cirinya bisa Anda lihat pada gambar ini. Selain itu, kami juga menerima penjualan terhadap barang-barang dan tanaman obat apa pun yang ditemukan oleh petualang.”
Rein mengangguk pelan, dia menerima misi itu dan tahu tanaman apa yang akan dia ambil dan akan segera menyelesaikannya secepat mungkin.
“Baik, aku akan menerimanya.”
Setelah mendapatkan persetujuan dari Rein, resepsionis tersebut meminta kartu petualang Rein dan melakukan pendataan terlebih dahulu. Setelahnya, dia mengembalikannya.
Rein terlihat senang untuk sesaat. Dia berniat untuk segera pergi, tetapi resepsionis tersebut menghentikannya.
“Tuan Rein, untuk uang pendaftaran tadi masih tersisa setengahnya, apa Anda ingin mengambilnya?”
Rein tidak mengetahui pasti jumlah uang yang dia dapatkan dari penjualan permen cokelat sebelumnya, namun dia tidak berniat untuk mengambilnya karena Pasitheia perlu mendaftarkan diri. Rein lantas menoleh ke arah Pasitheia.
“Dia juga akan mendaftar,” ucap Rein.
Pasitheia menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap keputusan Rein. Dia menolak dengan melipat tangan di depan dada dan bertingkah seperti anak kecil.
“Tetapi ini akan mempersulit kita untuk keluar masuk desa, jadi mau tidak mau ....”
“Baiklah, baiklah!” kasar Pasitheia.
Rein sempat merasa bersalah ketika bola kristal yang disiapkan oleh Guild Petualang sebelumnya pecah, tetapi sepertinya mereka sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut dengan tetap diam hingga saat ini.
“Apa mungkin harga dari bola kristal itu tidak semahal apa yang aku pikirkan?” batin Rein.
Pasitheia mendatangi resepsionis dengan raut wajah yang sama sekali tidak bersahabat. Tetapi dibalas dengan senyuman oleh resepsionis agar mempertahankan sikap profesionalnya.
Sebetulnya dari awal kartu petualang milik Pasitheia sudah jadi sejak dia memecahkan bola kristal sebelumnya, jadi kini dia tinggal memberikannya tanpa masalah sedikit pun.
“Sudah jadi?” Pasitheia mengatakannya dengan nada tidak bersahabat.
“Ya,” balas resepsionis dengan cepat.
Rein sekali lagi menundukkan muka kepada resepsionis tersebut karena sikap yang diberikan oleh Pasitheia. Dia berharap jika gadis itu dapat menahan sikap menyebalkan dari Pasitheia dan memakluminya secepat mungkin.
Sekali lagi saat Rein hendak pergi dari sana, resepsionis menghentikan langkah kakinya.
“Tunggu sebentar, Tuan Rein.”
“Ada apa?”
“Apa kalian akan bergerak secara bersama? Jika begitu harus mendaftarkan party terlebih dahulu.”
Rein beranggapan jika party adalah sebuah keharusan karena dia bergerak bersama Pasitheia. Maka dia mengikutinya tanpa banyak bicara dan dihadapkan langsung dengan pensil dan kertas.
Rein menggaruk kepala, dia tidak dapat menulis dengan huruf aneh tersebut, tetapi Pasitheia langsung menyadarinya dan berkata dengan sombong.
“Dasar, Rein. Kau selalu saja merepotkanku,” Pasitheia merebut kertas dan pensil tersebut dari Rein, kemudian menulis nama Rein diikuti dengan namanya sendiri.
Tertulis Rein Bodoh dan Pasitheia Sang Dewi Agung.
Resepsionis yang mengerti dan memahami cara membaca menjadi bingung untuk bersikap. Seorang pria aneh dengan pakaian compang-camping dan tidak banyak bersikap sedang bersama dengan seorang wanita cantik yang merepotkan. Sangat cocok untuk menjadi pembicaraan banyak orang dan mencolok benar adanya.
“Maaf, tetapi kalian harus mengisi sesuai dengan nama pada kartu identitas.”
Rein mengetahuinya jika Pasitheia menulis sesuatu yang tidak benar pada kertas tersebut. Jadi dia melirik dengan tatapan tajam, menghembuskan nafas.
Dia tadi berharap jika resepsionis akan memaklumi sikap dari Pasitheia, tetapi dirinya sendiri tidak dapat melakukan hal yang sama. Sungguh bodoh, pikirnya.
“Maaf, tolong isikan.” Rein meminta pada resepsionis secara langsung, dengan begitu resepsionis menggantinya kertas dengan yang baru.
“Dimengerti.”
Dengan begitu, resepsionis menuliskan daftar nama mereka. Pasitheia terlihat sangat kesal, dia juga mungkin membenci resepsionis tersebut sikapnya yang menyebalkan dan membuat dia gagal untuk menjahili Rein. Namun dia tidak dapat bertindak lebih banyak lagi, dia merasa kesal untuk mengakuinya.
Setelah resepsionis berhasil menulis dan berkata bahwa pendaftaran party telah selesai, mereka kini diperbolehkan untuk pergi ke hutan tujuan mereka saat ini.
Hutan yang berada di dekat desa dan tidak terlalu jauh, juga masih dalam lingkungan yang dapat dikategorikan aman dan sebuah gerbang keluar-masuk yang berada di sebelah barat yang langsung menuju ke sana.
Ketika Rein keluar dari Guild Petualang, dia menyadari jika beberapa orang mulai berbisik-bisik dan menatapnya dengan tatapan yang mengganggu.
Dan Pasitheia membalas mereka dengan tatapan yang lebih tajam. Merasa terancam, orang-orang pergi dengan memalingkan wajah dan mempercepat pergerakan.
“Dasar, aku tahu jika mereka itu iri dengan penampilanku yang cantik ini,” ucap Pasitheia dengan penuh percaya diri.
‘Kepercayaan dirinya itu memang sesuatu, ya.’ Rein tersenyum tipis menanggapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
John Singgih
susah diatur
2021-03-05
0
Noviant Juan
Sempat terpikirkan untuk membandingkan Si Pasitheia dengan Aqua. Tapu belum 5 detik mikir udah ketawa sendiri gw.
Aqua meski goblok tapi di OP (Pake Banget), lah Pasitheia udh beban sok"an lagi.
2020-12-14
3
Wahyu Kusuma
suka deh sama si dewi itu unyu unyu
2020-09-28
2