Bagian 3: Udang

Di tengah emosi Pasitheia yang meluap karena anggota tubuhnya baru saja disentuh, suara yang bergemuruh membuatnya memegang perut, lapar.

Rein sedikit tertawa bodoh, menggaruk kepala, dia juga merasakan hal yang sama.

“Hei, jika kau ingin aku maafkan, berikan aku makanan.” Pasitheia memelas, entah dibuang ke mana emosinya.

Rein mengangguk. Dia kemudian menggerakkan kaki untuk mencari sesuatu yang dapat dimakan. Baru saja disadarinya bahwa luka-luka itu sembuh, tanpa menyisakan bekas luka ataupun rasa sakit.

Merasa aneh, dia berhenti melangkahkan kaki dan menyingkirkan tanaman obat yang sudah ditumbuk menjadi salep dari tempat-tempat luka yang berbeda pada tubuhnya. Terkejut.

“Kenapa kau berhenti? Cepat cari makanan untukku!” titah Pasitheia.

”Ini sungguh aneh,” gumam Rein. “Kenapa bisa luka-lukaku hilang hanya dalam semalam saja?” tambahnya.

“Hah? Apa kau bodoh? Ini di dunia lain, bukan bumi tempatmu berasal!” Pasitheia memutar bola mata dengan kesal, kemudian duduk.

Rein berpikir keras, dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi seperti apa yang dikatakan oleh Pasitheia, sangat memungkinkan sebuah keajaiban terjadi di dunia ini. Atau malah mungkin jika tanaman yang dia gunakan dan anggap sebagai binahong bukanlah binahong yang dia kenal.

Menggaruk kepala, berjalan lebih jauh lagi setelahnya untuk mencari buah-buahan ataupun tumbuhan yang dapat langsung dimakan, setidaknya cukup untuk mengganjal perutnya yang menuntut untuk diisi.

Pandangan Rein berpindah pada sekitarnya. Dia merasakan bahwa semakin dalam dia masuk ke hutan, semakin sunyi pula suasananya. Merasa berada dalam bahaya jika diteruskan, Rein berbalik arah.

Sudah beberapa menit berlalu dan dia belum menemukan buah-buahan yang dapat dimakan. Ada yang menarik perhatian, tetapi tidak dapat dimakan karena mengandung racun, dia baru saja mengetahuinya ketika seekor burung hinggap dan memakannya.

Berjalan kembali ke air terjun, Rein melihat Pasitheia yang terduduk dengan lesu sembari memegangi perutnya, sesekali dia mengelus dengan lembut.

Rein sempat berpikir jika mereka yang disebut sebagai dewa itu tidak memerlukan makanan sama sekali, jadi pemikirannya selama ini telah berganti setelah bertemu dengan Pasitheia.

“Apa dia sama sekali tidak dapat membantu? Padahal pekerjaan akan lebih cepat jika dia mau bekerja sama,” batin Rein.

Dia masuk ke dalam air dan berendam. Rein mendapati sesuatu yang bergerak sedang terinjak oleh kakinya. Mengambil sesuatu itu, dia baru saja mendapatkan seekor udang. Lantas kemudian memperhatikan dengan seksama.

“Bentuk udang ini terlalu aneh ... mungkinkah dapat dimakan?”

Udang yang ditemuinya tidak mirip seperti udang pada umumnya, lebih tepatnya dengan yang berada di bumi. Oleh karena itu dia merasa ragu dan kembali menatap ke dasar air.

Terdapat banyak udang dengan bentuk yang sama seperti yang berada di tangannya saat ini, semakin membuat Rein merasa bimbang.

Bentuk dari udang ini sendiri cangkang keong, tetapi berbentuk memanjang ke belakang. Dengan bentuk bergerigi-gerigi, tidak tajam, dan ukuran tubuhnya lebih kecil dari biasanya.

“Mungkin dia tahu?” Rein melirik ke arah Pasitheia, berjalan ke arahnya.

“Apakah mungkin untuk memakan udang ini?” tanya Rein.

Dengan mata sayu, lemas, dia menghadap ke arah remaja yang memanggilnya. Melihat ke arah udang hasil tangkapan Rein, dengan begitu wajahnya berseri.

“Itu dapat dimakan!” ucap Pasitheia dengan cepat, dia lantas menambahkan, “Cepat masak!”

Mengetahui bahwa udang ini dapat dimakan, Rein dengan segera mengambil udang-udang lainnya sebisa yang dia dapatkan.

Dalam beberapa menit, Rein berhasil mengumpulkan setidaknya 10 ekor udang dengan jenis yang sama. Entah kenapa, ketika dia mulai menangkap satu per satu, udang-udang ini mulai berpencar dan bergerak dengan gesit.

Dengan baju yang sedikit rusak, Rein menaruh udang-udang itu di baju yang dialih fungsikan sebagai sebuah wadah. Menentengnya pada Pasitheia.

Dia melihat beberapa kumpulan kayu yang sempat digunakan untuk bahan bakar, menatap ke arah Pasitheia karena beranggapan bahwa wanita ini dapat menggunakan sihir api dan mempermudahnya.

“Kenapa kau melihatku begitu?! Cepat bakar udangnya!” titah Pasitheia, kasar.

“Apa kamu bisa menggunakan sihir api? Jujur saja aku terlalu lelah untuk melakukan sesuatu.”

Dengan tatapan tajam Pasitheia menanggapi perkataan Rein. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa kekuatannya tidak dapat difungsikan dengan benar akibat ulah Dewa Kematian, Thanatos.

Itu juga akan mencoreng harga dirinya sebagai seorang dewi.

“Hm! Aku tidak akan menggunakan sihir untuk orang tidak berguna sepertimu!” Pasitheia melengos.

Dia tidak menduga akan mendapatkan jawaban seperti itu, Rein kemudian mencoba untuk tidak menyinggung Pasitheia karena takut jika wanita itu akan marah lagi. Terlebih lagi ... mereka belum berkenalan, bukan?

Rein mengumpulkan kayu dan mulai menggosok dengan sekuat tenaga. Dia tidak dapat berdiam diri seperti Pasitheia jika ingin terus hidup.

“Ngomong-ngomong, namaku Kaguraza Rein. Kamu dapat memanggilku Rein.”

Rein tidak melepaskan sifat hormatnya kepada Pasitheia. Seperti apa yang dia ketahui adalah bahwa wanita ini adalah seorang dewi yang dikirim bersama dirinya.

“Pasitheia, berbanggalah untuk mengetahui namaku karena tidak semua orang dapat mengetahuinya.” Pasitheia berkata dengan angkuh, terlihat jelas kebanggaannya sebagai seorang dewi.

Rein mengangguk untuk menanggapi itu. Dia bertingkah sebagaimana mestinya agar tidak menarik amarah wanita itu lagi, cukup untuk menghindari masalah.

Api yang dia coba hidupkan dalam beberapa menit terakhir mulai hidup dan membesar. Dengan segera Rein mencuci ranting yang digunakan untuk menusuk udang tersebut, tetapi satu hal yang diketahuinya bahwa cangkang udang ini terlalu keras dan malah mematahkan ranting miliknya.

Berpikir, dia mencari batu dan mencoba untuk memecahkannya. Tetapi yang terjadi malah batu yang dia gunakan malah terbelah menjadi dua. Rein benar-benar kaget karenanya.

“Cepatlah masak makanan untukku! Kenapa kau selalu saja melakukan sesuatu yang tidak berguna?” keluh Pasitheia.

Rein tersenyum canggung, Pasitheia mudah sekali untuk marah dan merasa kesal. Tetapi tidak ada yang dapat dilakukan karena Rein memang tidak berniat untuk mencari masalah.

“Cangkang udang ini terlalu keras, bagaimana jika kamu menggunakan sihir untuk melunakkannya?” Rein memaksakan senyuman tipis, berharap jika Pasitheia mau melakukannya.

“Kenapa hanya urusan membakar saja susah?” Pasitheia berdiri, kemudian melemparkan seluruh udang yang dimiliki oleh Rein ke dalam kobaran api.

Benar-benar bodoh. Rein ingin menanggapinya seperti itu. Akan lebih baik jika dia menggunakan batu yang pipih sebagai tempat penggorengan daripada melemparkannya ke dalam api.

Menghembuskan nafas, Rein memang tidak cocok untuk emosi. Dia secara perlahan memainkan ranting yang sama untuk mengambil kembali udang yang dilemparkan Pasitheia. Beruntung dia dapat menyelamatkan semuanya.

“Ini bukan cara yang tepat untuk memasak.” Rein memberitahukannya dengan lembut.

“Hah?! Terserahlah!”

Jika wanita itu, Pasitheia, memiliki darah tinggi, dia sudah pasti mati beberapa saat yang lalu dan Rein berani untuk bertaruh dengan kemungkinan tersebut.

Rein beranjak pergi meninggalkan Pasitheia yang duduk di tempat mereka awalnya tidur, melingkarkan tangan di depan dada, dengan raut wajah cemberut dan kesal.

Sedangkan Rein sibuk mencari batu yang diinginkannya, terlihat sulit untuk ditemukan, tetapi pada akhirnya, sebuah batu dengan bentuk sempurna, seperti yang dia inginkan berhasil ditemukan.

Menumpuk batu satu per satu, digunakan sebagai tumpuan untuk menaruh batu pipih yang ditemukannya. Dia berhasil membuatnya seimbang setelah menghabiskan beberapa waktu. Tetapi perutnya sudah lapar sudah tidak dapat menunggu lagi.

Pasitheia terus mengumpat kesal di belakang tanpa niat membantu. Sedangkan Rein pada akhirnya berhasil membuat perapian untuk memasak.

Menaruh udang di atas batu setelah mencucinya kembali, dia berhasil memasak udang dengan cara yang benar, tidak seperti apa yang dilakukan oleh Pasitheia sebelumnya.

Sudah beberapa menit berlalu, dan warna udang semakin keemasan. Pertanda sudah masak, Rein meminggirkan api dan menunggu agar makanan sedikit dingin.

Tetapi Pasitheia yang sudah sangat kelaparan dengan segera mengambilnya dari atas batu, membuat dia melemparkannya dari tangan satu ke tangan lainnya, berakhir jatuh ke tanah.

“Panas! Panas!” Pasitheia dengan segera meniup tangannya.

Sedangkan Rein menatapnya dengan tatapan aneh. Pasitheia lagi-lagi membuang udang yang dia tangkap. Sungguh mubazir.

Terpopuler

Comments

Lilithia gilgamesh Lucifer

Lilithia gilgamesh Lucifer

Dewi gaguna,sombong, merendahkan orang lain, hidup lagi

2021-07-13

0

Lilithia gilgamesh Lucifer

Lilithia gilgamesh Lucifer

Dewi gaguna,sombong, merendahkan orang lain, hidup lagi

2021-07-13

0

John Singgih

John Singgih

memasak di dunia lain.

2021-03-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1: Dewi yang Jatuh
3 Bagian 2: Pasitheia
4 Bagian 3: Udang
5 Bagian 4: Selter
6 Bagian 5: Berkeliling
7 Bagian 6: Serigala
8 Bagian 7: Keputusan
9 Bagian 8: Makanan Enak
10 Bagian 9: Jebakan
11 Bagian 10: Goblin
12 Bagian 11: Menelusuri Sungai
13 Bagian 12: Gadis Elf
14 Bagian 13: Aexaria
15 Bagian 14: Perjalanan I
16 Bagian 15: Perjalanan II
17 Bagian 16: Desa
18 Bagian 17: Guild Petualang (1)
19 Bagian 18: Guild Petualang (2)
20 Bagian 19: Guild Petualang (3)
21 Bagian 20: Misi Pertama
22 Bagian 21: Guild Petualang (4)
23 Bagian 22: Hari yang Tenang di Dunia Lain
24 Bagian 23: Misi Memanen Apel (1)
25 Bagian 24: Misi Memanen Apel (2)
26 Bagian 25: Misi Memanen Apel (3)
27 Bagian 26: Guild Petualang (5)
28 Bagian 27: Pai Apel (1)
29 Bagian 28: Pai Apal (2)
30 Bagian 29: Transaksi
31 Bagian 30: Masalah di Restoran
32 Bagian 31: Pertarungan di Dapur! (1)
33 Bagian 32: Pertarungan di Dapur! (2)
34 Bagian 33: Hari yang Santai (1)
35 Bagian 34: Hari yang Santai (2)
36 Bagian 35: Hari yang Santai (3)
37 Bagian 36: Hari yang Santai (4)
38 Bagian 37: Rumah Tuan Green
39 Bagian 38: Guild Petualang (6)
40 Bagian 39: Membersihkan Kandang Kuda
41 Bagian 40: Monster Ikan
42 Bagian 41: Malam yang Dingin
43 Bagian 42: Pelatihan (1)
44 Bagian 43: Pelatihan (2)
45 Bagian 44: Setelah Pelatihan
46 Bagian 45: Party Dadakan
47 Bagian 46: Penaklukan Markas Goblin (1)
48 Bagian 47: Penaklukan Markas Goblin (2)
49 Bagian 48: Guild Petualang (7)
50 Bagian 49: Pelatihan (3)
51 Bagian 50: Pelatihan (4)
52 Bagian 51: Pelatihan (5)
53 Bagian 52: Pelatihan (6)
54 Bagian 53: Libur
55 Bagian 54: Gadis Putih
56 Bagian 55: Waktu Luang
57 Bagian 56: Pelatihan (7)
58 Bagian 57: Pelatihan (8)
59 Bagian 58: Berburu (1)
60 Bagian 59: Berburu (2)
61 Bagian 60: Masalah Kecil
62 Bagian 61: Barbeku (1)
63 Bagian 62: Barbeku (2)
64 Bagian 63: Barbeku (3)
65 Bagian 64: Barbeku (4)
66 Bagian 65: Malam yang Tenang
67 Bagian 66: Kegiatan Pagi Hari
68 Bagian 67: Pelatihan (9)
69 Bagian 68: Pelatihan (10)
70 Bagian 69: Hari Tanpa Rein (1)
71 Bagian 70: Hari Tanpa Rein (2)
72 Bagian 71: Hari Tanpa Rein (3)
73 Bagian 72: Perjalanan Menuju Hutan Peslion (1)
74 Bagian 73: Perjalanan Menuju Hutan Peslion (2)
75 Bagian 74: Perjalanan Menuju Hutan Peslion (3)
76 Bagian 75: Pertumpahan Darah
77 Bagian 76: Pasitheia dan Goblin
78 Bagian 77: Panggung Silver Snake
79 Bagian 78: Eagle Eye
80 Bagian 79: Melawan Ogre Lord (1)
81 Bagian 80: Melawan Ogre Lord (2)
82 Bagian 81: Ketetapan Hati
83 Bagian 82: Aku Pergi, Rein
84 Bagian 83: Kembali ke Hutan
85 Bagian 84: Kepanikan
86 Bagian 85: Raungan Hebat
87 Bagian 86: Geon dan Keributan di Hutan
88 Bagian 87: Naga Putih dan Pasukan Raja Iblis
89 Bagian 88: Kekuatan Shaugra
90 Bagian 89: Akhir dari Pertarungan
91 Bagian 90: Semoga kau Bangun, Rein!
92 Bagian 91: Memperebutkan Rein(?)
93 Bagian 92: Kembalilah Rein!
94 Bagian 93: Masa Lalu Rein (1)
95 Bagian 94: Masa Lalu Rein (2)
96 Bagian 95: Masa Lalu Rein (3)
97 Bagian 96: Masa Lalu Rein (4)
98 Bagian 97: Masa Lalu Rein (5)
99 Pengumuman
100 Pengumuman
101 Pengumuman
102 Pengumuman
103 Pengumuman
104 Pengumuman
105 Pengumuman
106 Pengumuman
107 Pengumuman
108 Pengumuman
109 Bagian 108: Sebuah Pilihan
110 Bagian 109: Kembali Pada Kehidupan
111 Bagian 110: Livia
112 Bagian 111: Persiapan untuk Pergi
113 Bagian 112: Rumah yang Ditinggalkan
114 Bagian 113: Ruangan Rahasia
115 Bagian 114: Peninggalan Penting
116 Bagian 115: Meninggalkan
117 Bagian 116: Memulai Petualangan
118 Bagian 117: Beristirahat
119 Bagian 118: Tekad
120 Bagian 119: Troll
121 Bagian 120: Prajurit dan Tuan Putri
122 Bagian 121: Putri yang Malang
123 Bagian 122: Lumine
124 Bagian 123: Mempelajari Sihir
125 Bagian 124: Malam yang Berdarah
126 Bagian 125: Hadiah?
127 Bagian 126: Kepanikan
128 Bagian 127: Desa Elf
129 Bagian 128: Dunia yang Kelam
130 Bagian 129: Desa Jesfon dan Masalah
131 Bagian 130: Kerajaan Crules
132 Bagian 131: Guild dan Rosaline
133 Bagian 132: Guild Petualang (8)
134 Bagian 133: Tentang Goblin dan Mendekat
135 Bagian 134: Basah Hujan
136 Bagian 136: Rapat Kelompok
137 Bagian 137: Guild Petualang (9)
138 Bagian 138: Toni si Dwarf
139 Bagian 139: Horned Lizard dan Tambang
140 Bagian 140: Tambang Erton
141 Bagian 141: Penginapan yang Menyebalkan
142 Bagian 142: Basilisk dan Kehancuran Desa
143 Bagian 143: Guild Petualang (10)
144 Bagian 144: Membeli Rumah dan Guild Pedagang
145 Bagian 145: Rumah Baru
146 Bagian 146: Toko Bunga
147 147: Pasar Gelap
148 Bagian 148: Iristina
149 Bagian 149: Terciduk
150 Bagian 150: Sebuah Pelajaran
151 Bagian 151: Kebersamaan
152 Bagian 152: Sebuah Cerita
153 Bagian 153: Hanya untuk Gadis!
154 Bagian 154: Kenyataan dan Kesakitan
155 Bagian 155: Guild Petualang (11)
156 Bagian 156: Kamar Penginapan
157 Bagian 157: Kekacauan di Ibukota
158 Bagian 158: Kepergian dan Penyerangan
159 Bagian 159: Mempertahankan Ibukota (1)
160 Bagian 160: Mempertahankan Ibukota (2)
161 Bagian 161: Mempertahankan Ibukota (3)
162 Bagian 163: Mempertahankan Ibukota (4)
163 Bagian 164: Mempertahankan Ibukota (5)
164 Pengumuman Kelanjutan Cerita.
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1: Dewi yang Jatuh
3
Bagian 2: Pasitheia
4
Bagian 3: Udang
5
Bagian 4: Selter
6
Bagian 5: Berkeliling
7
Bagian 6: Serigala
8
Bagian 7: Keputusan
9
Bagian 8: Makanan Enak
10
Bagian 9: Jebakan
11
Bagian 10: Goblin
12
Bagian 11: Menelusuri Sungai
13
Bagian 12: Gadis Elf
14
Bagian 13: Aexaria
15
Bagian 14: Perjalanan I
16
Bagian 15: Perjalanan II
17
Bagian 16: Desa
18
Bagian 17: Guild Petualang (1)
19
Bagian 18: Guild Petualang (2)
20
Bagian 19: Guild Petualang (3)
21
Bagian 20: Misi Pertama
22
Bagian 21: Guild Petualang (4)
23
Bagian 22: Hari yang Tenang di Dunia Lain
24
Bagian 23: Misi Memanen Apel (1)
25
Bagian 24: Misi Memanen Apel (2)
26
Bagian 25: Misi Memanen Apel (3)
27
Bagian 26: Guild Petualang (5)
28
Bagian 27: Pai Apel (1)
29
Bagian 28: Pai Apal (2)
30
Bagian 29: Transaksi
31
Bagian 30: Masalah di Restoran
32
Bagian 31: Pertarungan di Dapur! (1)
33
Bagian 32: Pertarungan di Dapur! (2)
34
Bagian 33: Hari yang Santai (1)
35
Bagian 34: Hari yang Santai (2)
36
Bagian 35: Hari yang Santai (3)
37
Bagian 36: Hari yang Santai (4)
38
Bagian 37: Rumah Tuan Green
39
Bagian 38: Guild Petualang (6)
40
Bagian 39: Membersihkan Kandang Kuda
41
Bagian 40: Monster Ikan
42
Bagian 41: Malam yang Dingin
43
Bagian 42: Pelatihan (1)
44
Bagian 43: Pelatihan (2)
45
Bagian 44: Setelah Pelatihan
46
Bagian 45: Party Dadakan
47
Bagian 46: Penaklukan Markas Goblin (1)
48
Bagian 47: Penaklukan Markas Goblin (2)
49
Bagian 48: Guild Petualang (7)
50
Bagian 49: Pelatihan (3)
51
Bagian 50: Pelatihan (4)
52
Bagian 51: Pelatihan (5)
53
Bagian 52: Pelatihan (6)
54
Bagian 53: Libur
55
Bagian 54: Gadis Putih
56
Bagian 55: Waktu Luang
57
Bagian 56: Pelatihan (7)
58
Bagian 57: Pelatihan (8)
59
Bagian 58: Berburu (1)
60
Bagian 59: Berburu (2)
61
Bagian 60: Masalah Kecil
62
Bagian 61: Barbeku (1)
63
Bagian 62: Barbeku (2)
64
Bagian 63: Barbeku (3)
65
Bagian 64: Barbeku (4)
66
Bagian 65: Malam yang Tenang
67
Bagian 66: Kegiatan Pagi Hari
68
Bagian 67: Pelatihan (9)
69
Bagian 68: Pelatihan (10)
70
Bagian 69: Hari Tanpa Rein (1)
71
Bagian 70: Hari Tanpa Rein (2)
72
Bagian 71: Hari Tanpa Rein (3)
73
Bagian 72: Perjalanan Menuju Hutan Peslion (1)
74
Bagian 73: Perjalanan Menuju Hutan Peslion (2)
75
Bagian 74: Perjalanan Menuju Hutan Peslion (3)
76
Bagian 75: Pertumpahan Darah
77
Bagian 76: Pasitheia dan Goblin
78
Bagian 77: Panggung Silver Snake
79
Bagian 78: Eagle Eye
80
Bagian 79: Melawan Ogre Lord (1)
81
Bagian 80: Melawan Ogre Lord (2)
82
Bagian 81: Ketetapan Hati
83
Bagian 82: Aku Pergi, Rein
84
Bagian 83: Kembali ke Hutan
85
Bagian 84: Kepanikan
86
Bagian 85: Raungan Hebat
87
Bagian 86: Geon dan Keributan di Hutan
88
Bagian 87: Naga Putih dan Pasukan Raja Iblis
89
Bagian 88: Kekuatan Shaugra
90
Bagian 89: Akhir dari Pertarungan
91
Bagian 90: Semoga kau Bangun, Rein!
92
Bagian 91: Memperebutkan Rein(?)
93
Bagian 92: Kembalilah Rein!
94
Bagian 93: Masa Lalu Rein (1)
95
Bagian 94: Masa Lalu Rein (2)
96
Bagian 95: Masa Lalu Rein (3)
97
Bagian 96: Masa Lalu Rein (4)
98
Bagian 97: Masa Lalu Rein (5)
99
Pengumuman
100
Pengumuman
101
Pengumuman
102
Pengumuman
103
Pengumuman
104
Pengumuman
105
Pengumuman
106
Pengumuman
107
Pengumuman
108
Pengumuman
109
Bagian 108: Sebuah Pilihan
110
Bagian 109: Kembali Pada Kehidupan
111
Bagian 110: Livia
112
Bagian 111: Persiapan untuk Pergi
113
Bagian 112: Rumah yang Ditinggalkan
114
Bagian 113: Ruangan Rahasia
115
Bagian 114: Peninggalan Penting
116
Bagian 115: Meninggalkan
117
Bagian 116: Memulai Petualangan
118
Bagian 117: Beristirahat
119
Bagian 118: Tekad
120
Bagian 119: Troll
121
Bagian 120: Prajurit dan Tuan Putri
122
Bagian 121: Putri yang Malang
123
Bagian 122: Lumine
124
Bagian 123: Mempelajari Sihir
125
Bagian 124: Malam yang Berdarah
126
Bagian 125: Hadiah?
127
Bagian 126: Kepanikan
128
Bagian 127: Desa Elf
129
Bagian 128: Dunia yang Kelam
130
Bagian 129: Desa Jesfon dan Masalah
131
Bagian 130: Kerajaan Crules
132
Bagian 131: Guild dan Rosaline
133
Bagian 132: Guild Petualang (8)
134
Bagian 133: Tentang Goblin dan Mendekat
135
Bagian 134: Basah Hujan
136
Bagian 136: Rapat Kelompok
137
Bagian 137: Guild Petualang (9)
138
Bagian 138: Toni si Dwarf
139
Bagian 139: Horned Lizard dan Tambang
140
Bagian 140: Tambang Erton
141
Bagian 141: Penginapan yang Menyebalkan
142
Bagian 142: Basilisk dan Kehancuran Desa
143
Bagian 143: Guild Petualang (10)
144
Bagian 144: Membeli Rumah dan Guild Pedagang
145
Bagian 145: Rumah Baru
146
Bagian 146: Toko Bunga
147
147: Pasar Gelap
148
Bagian 148: Iristina
149
Bagian 149: Terciduk
150
Bagian 150: Sebuah Pelajaran
151
Bagian 151: Kebersamaan
152
Bagian 152: Sebuah Cerita
153
Bagian 153: Hanya untuk Gadis!
154
Bagian 154: Kenyataan dan Kesakitan
155
Bagian 155: Guild Petualang (11)
156
Bagian 156: Kamar Penginapan
157
Bagian 157: Kekacauan di Ibukota
158
Bagian 158: Kepergian dan Penyerangan
159
Bagian 159: Mempertahankan Ibukota (1)
160
Bagian 160: Mempertahankan Ibukota (2)
161
Bagian 161: Mempertahankan Ibukota (3)
162
Bagian 163: Mempertahankan Ibukota (4)
163
Bagian 164: Mempertahankan Ibukota (5)
164
Pengumuman Kelanjutan Cerita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!