Mereka melalui sebuah celah dimensi yang berhubungan dengan dunia tempat di mana mereka tuju. Saat sebuah lubang yang lainnya mulai terbuka dan menunjukkan langit, mereka diterjunkan dari ketinggian.
Angin yang begitu deras menerpa wajah dan tubuh, mendengungkan telinga. Mereka melayang di udara dengan posisi kepala berada di bawah, akan sangat ironis jika mendarat dengan posisi yang sama.
Tak dapat dipungkiri lagi jika jantung Rein berdegup kencang. Kemudian dia memutar otak untuk selamat dari kondisinya saat ini, pikiran untuk menjadi semut terpikirkan meskipun itu sangat tidak logis untuk dirinya.
Sedangkan Pasitheia terlihat begitu histeris dan terus-terusan mengumpat kesal terhadap Dewa Kematian, orang yang menelantarkannya ke dunia ini. Dia terlihat sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi saat ini.
“Aku pasti akan membalasmu, Dewa Kematian! Akan aku pastikan ketika aku dapat pulang ke sana!” Pasitheia kembali berteriak kencang, sangat kencang tetapi tidak cukup untuk didengar pada derasnya angin yang menerjang.
Entah apa yang ada di pikirannya saat ini, tidakkah dia berusaha untuk selamat dari kondisi mara bahaya ini daripada bertindak bodoh seperti demikian? Dia juga sudah menunjukkan sikap yang seharusnya seorang dewi tidak perlihatkan.
“Apa kamu tidak dapat memakai sihir agar kita selamat dari sini?” teriak Rein, tetapi karena derasnya angin, sulit bagi Pasitheia untuk dapat mendengarnya.
“Apa kau bilang? Aku jelek? Dasar manusia lancang!” balas Pasitheia.
Sudah dapat dipastikan mereka tidak dapat mendengar satu sama lain. Memaksanya untuk kembali berpikir keras.
Rein lantas membuat tubuhnya melengkung untuk mengurangi kecepatannya jatuh, dan benar saja jika itu berhasil dan berdampak meskipun sedikit.
Lalu langkah selanjutnya yang dia lakukan adalah sebisa mungkin menyelamatkan diri daripada memikirkan wanita itu, bahkan akan lebih baik jika orang itu tidak membawanya dalam keadaan seperti ini.
Untuk mendarat di air dengan ketinggian dan kecepatan seperti ini sangat tidak mungkin untuk dilakukan. Namun memilih pohon yang tinggi dengan banyak ranting dan rindang sebagai peredam mungkin akan menyelamatkannya.
Berpikir cepat, dia akhirnya secara perlahan bergerak ke arah pohon tujuannya yang berada tak jauh dari pandangannya sebelum akhirnya dia mendarat dan terjatuh secara kasar.
Dengan tiba-tiba, sebuah lingkaran sihir mulai menyelimuti dirinya sebelum benar-benar menyentuh pohon tersebut, lantas dia akhirnya benar-benar menabrak pohon.
Tubuh Rein terasa begitu sakit ketika dia harus menghantam pohon tersebut untuk menyelamatkan hidupnya, tetapi ini lebih baik daripada harus berakhir mengenaskan.
Dia berasumsi bahwa lingkaran sihir yang menutupi dirinya tadi juga memiliki fungsi untuk mengurangi rasa sakit dan luka yang dia terima. Tetapi kenapa dan mengapa?
Rein dengan perlahan berdiri.
“Sakit sekali ... aku benar-benar beruntung karena tetap hidup dan tidak menerima luka fatal sedikit pun.”
Rein memegangi pundaknya yang sakit, secara perlahan mencari wanita tadi dengan memutar matanya ke segala tempat, dan suara wanita mengumpat, yang dia kenal, terdengar begitu jelas.
“Lihat saja! Aku akan membalasmu suatu hari nanti, Dewa Kematian!” teriak Pasitheia dengan keras, berkacak pinggang, memekakkan telinga Rein.
Rein dengan tubuh terluka dan rasa sakit di sekujur tubuh melihat Pasitheia dengan tatapan begitu terkejut. Dia ingin bertanya, tetapi dengan segera wanita itu menatap tajam pada dirinya. Memegang kerah pakaian Rein dan mencoba untuk mengangkat Rein, tetapi gagal. Dia lantas menyerah.
“Tadi kau bilang aku jelek, bukan?! Dasar tidak tahu dimalu! Asal kau tahu saja bahwa kalau tidak ada aku, kau tidak akan berada di sini.”
Itu benar jika Rein memang tidak akan berada di sini, ditambah dia juga tidak akan mengalami kejadian buruk seperti ini jika dia tidak bertemu Pasitheia. Dan semua sudah terjadi begitu saja, ini tidak lebih penting daripada merawat tubuh yang terluka.
Rein menepis tangan Pasitheia, akan lebih baik untuk mengurusi dirinya sendiri saat ini. Meninggalkan Pasitheia di belakang dan bertahan hidup menjadi tujuannya saat ini.
‘Bagaimana dia bisa selamat? Ah, sudahlah, aku harus segera merawat luka-luka ini.’
Dengan langkah yang tersendat-sendat pada bagian kaki yang kanan yang terkilir, Rein menyeretnya ke sembarang tempat untuk mencari tanaman obat.
Dia mengarahkan pandangan ke setiap tempat yang ada, mencari keberadaan tanaman yang dapat digunakan untuk merawat luka-lukanya, jika memungkinkan sebuah sungai juga diperlukan untuk mendapatkan sumber air bersih.
Sudah beberapa menit berlalu sejak Rein berpisah dengan Pasitheia yang saat ini entah berada di mana. Dia sudah tidak lagi memikirkannya.
Pengelihatan Rein semakin memudar ketika dia semakin kehilangan stamina, tetapi pikirannya tidak pernah membiarkan Rein untuk tertidur sebelum menemukan tempat peristirahatan yang cocok, tentu jika dia tidak ingin menjadi incaran dari hewan buas lainnya, karena keberadaan mereka saat ini adalah di sebuah hutan lebat.
Suara air yang mengalir dengan deras terdengar di telinga Rein, membuat remaja itu melangkahkan kaki dengan sedikit cepat, dia menemukan sebuah air terjun ketika keluar dari semak belukar.
“Ah, air.”
Dia mendekati air itu, melihat keadaan terlebih dahulu sebelum menggunakan air tersebut. Tentu ini adalah bagian yang penting dalam bertahan hidup di alam bebas jika tidak ingin keracunan ataupun mati mengenaskan.
Membentuk tangan menyerupai mangkuk, mengambil air dengan menggunakannya, dia mencium air untuk memastikannya. Kemudian mencicipinya secara perlahan.
‘Ini tidak bau dan tawar, jadi sepertinya aman untuk digunakan,’ batin Rein.
Untuk menghilangkan dahaganya dan mengalihkan rasa sakit di tubuh, Rein meminum air tersebut dengan pelan. Air ini membuatnya sedikit kagum karena terasa begitu menyegarkan ditambah dengan rasa manis seiring dia meneguknya.
Membuka pakaian compang-camping yang dia kenakan dan berendam di bawah air terjun untuk membersihkan luka-luka. Semua terasa seperti berada di dalam pemandian air panas meskipun yang satu ini memacu adrenalin. Tentu bertelanjang di tengah hutan bukanlah hal yang biasa, bukan?
Rein sedikit terkejut ketika dia mengetahui luka di tubuhnya sendiri. Ketika dia tahu bahwa tubuhnya mengalami lebih sedikit kerusakan dari apa yang dia bayangkan, mungkin menjadi orang paling beruntung untuk dapat bertahan hidup setelah terjun dari ketinggian yang luar biasa.
Rein merasakan rasa sakit seiring dia membasuh dan membersihkan luka-lukanya. Dia mencoba untuk menahannya, lagi pula ini lebih baik dari apa yang dia rasakan setelah jatuh tadi.
Pikirannya jernih, pandangannya teralihkan kepada pakaian yang sudah rusak. Tetapi tidak ada pilihan selain memakainya dan mencari tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati luka.
Mengangkat sedikit wajah, ke arah pohon, dan raut wajah sepenuhnya berubah, secercah harapan tumbuh. Dengan senyuman dia menanggapi hal tersebut. Tanaman binahong.
Tanaman ini mengandung antiinflamasi yang dapat digunakan untuk mengompres dan meredakan luka memar. Selain itu, daun binahong juga mengandung antiseptik yang efektif dalan mempercepat penyembuhan luka dan mencegah infeksi.
Memetik tanaman itu secukupnya, menumbuk menggunakan batu yang dia dapatkan di pinggir-pinggir sungai dan jadilah sebuah salep antibiotik yang dapat digunakannya untuk mengobati luka di pada tubuh.
“Bagaimana dengan wanita itu, ya?” gumam Rein.
Memandangi langit dengan posisi kedua tangan berada di belakang yang berfungsi untuk menopang tubuh, dia takjub akan keindahan langit malam.
Berbeda ketika siang tadi, suasana sore menjelang malam begitu menakjubkan bagi Rein untuk melihatnya. Dia tidak pernah tahu seperti apa pemandangan di kehidupan sebelumnya, tetapi apakah itu akan lebih indah dari pemandangan ini? Entahlah. Bahkan dia tidak mengetahui jawabannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
biawakman
binahong kalo diolesin ke luka rasanya kayak kebakar
2022-03-13
0
Airen Harbingers
halo adakah disini yg menulis cerita original seorang putri kerajaan yang melarikan diri dari kerajaannya setelah kerajaannya hancur gitu? butuh referensi nih gan.
2021-07-03
0
John Singgih
hari pertama di dunia lain.
2021-03-02
0