WAY OUT

WAY OUT

Episode 1– Cerita Horor

“Tolong tinggalkan aku sendiri!! Jangan mengikutiku! Pergi sana!”

Di dalam tempat yang gelap dan penuh dengan barang-barang rusak, seorang lelaki muda yang tak diketahui identitasnya sedang berlari di lorong dalam sebuah bangunan tua. Ia berlari ketakutan karena ada sesosok makhluk besar melayang yang mengejarnya. Tentu saja sosok yang menyeramkan. Lelaki itu tidak ingin tertangkap oleh makhluk tersebut, atau nyawanya akan terancam.

Lorong yang ia lewati mendapatkan cahaya bulan purnama yang masuk lewat jendela yang ada. Jadi ia masih bisa melihat jalan, walau semuanya terlihat gelap.

Dia terus berlari sampai tidak ada jalan di depannya. Tapi yang penting sekarang, ia ingin mencari tempat persembunyian yang aman agar bisa terhindar dari makhluk yang mengejarnya itu.

Tapi di mana?

Sepanjang jalan, ia terus berlari di lorong seakan lorong itu adalah terowongan yang panjang tanpa ada ujungnya. Kakinya mulai kelelahan dan ia belum menemukan senjata untuk melawan si makhluk menyeramkan yang mengejarnya.

Karena tidak sanggup terus berlari di lorong yang panjang, lelaki tersebut memutuskan untuk berbelok ke lorong di sampingnya. Di sana ia menemukan sebuah pintu kayu yang sedikit terbuka.

Langsung saja lelaki tersebut memasuki ruangan dibalik pintu kayu. Tak lupa ia juga menutup pintunya lagi, lalu mengganjalnya dengan kursi kayu yang tergeletak di samping pintu. Dia masih merasakan keberadaan si makhluk yang mengejarnya.

Dekat sekali.

Semakin dekat.

Tak lama, pintu kayu yang diganjal kursi itu pun bergetar dan terdorong. Lelaki itu langsung berbalik badan dan kembali berlari sebelum makhluk menyeramkan tersebut menangkapnya. Tapi saat dilihat-lihat, ternyata lelaki tersebut telah masuk ke dalam sebuah toilet dengan empat bilik kamar mandi.

Lelaki itu memutuskan untuk bersembunyi di bilik keempat. Karena ia sudah terjebak di dalam toilet. Tidak ada jalan untuk melarikan diri lagi. Di dalam, ia masih merasa takut dan seluruh tubuhnya gemetar. Ia juga menutup mulutnya dengan tangan dan berusaha menahan napas agar sosok yang mengejarnya itu tidak dapat menemukannya.

Namun tak lama setelah ia bersembunyi, tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang didobrak. Suaranya keras sekali. Lelaki itu tentu saja terkejut. Kemudian terdengar suara tapak kaki yang berjalan mendekatinya. Takut dengan bayangan dirinya sendiri, lelaki itu naik ke atas WC duduk agar kakinya tidak terlihat saat makhluk di depannya mengintip lewat celah pintu bawah.

BRAK!

Lelaki itu semakin gemetar ketakutan. Ia nyaris saja mengeluarkan suara teriakan. Bahkan menangis tanpa suara di dalam kamar mandi tempat persembunyiannya. Ia tahu kalau hantu yang mengejarnya itu sedang mengecek satu persatu kamar mandinya sampai ia menemukan si lelaki yang ia cari.

Semakin lama suaranya semakin keras dan jelas. Saat hantu itu sampai di bilik ketiga, ia mendobrak pintu kamar mandinya. Karena tidak ada siapa-siapa di sana, maka dilanjut dengan bilik keempat. Tempat si lelaki itu bersembuynyi.

Si hantu pun berpindah tempat. Ada sebuah bayangan manusia yang dapat dilihat dari bawah WC kamar mandi di dalam bilik empat. Lelaki itu sedikit heran. Sebelumnya, hantu yang mengejarnya itu melayang dan berbentuk seperti kumpulan asap hitam yang menyeramkan. Tapi kenapa sekarang malah ada hantu berbentuk manusia di depan sana?

BRAK!

Pintu terakhir pun terbuka. Secara perlahan, si lelaki menurunkan tangannya. Ia sedikit terkejut dengan seorang anak kecil dengan wajah pucat berdiri di depannya. Anak kecil tersebut juga memainkan sebuah cutter di tangan kanannya. Sebuah pisau kecil yang terdapat noda darah. Ditambah seluruh lengan anak kecil itu juga dipenuhi dengan luka gores dan memar.

“Ketemu….”

Ia berujar pelan, tapi suaranya terdengar menyeramkan. Membuat si lelaki yang masih terduduk di atas WC itu langsung merinding.

“Kamu akan jadi ayahku….”

Anak kecil itu menodongkan senjata kecilnya pada lelaki di depannya. Lalu secara perlahan maju ke depan mendekatinya. Si laki-laki itu pikir, ia bisa kabur karena hantunya adalah seorang anak kecil. Maka langsung saja ia menerobos keluar dari dalam kamar mandi.

Namun saat berlari melewati hantu anak kecil, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Kemudian kepalanya menunduk ke bawah. Ia melihat perutnya sendiri telah tertusuk oleh cutter milik hantu anak kecil. Tak lama mulutnya memuntahkan darah dan berteriak kencang.

Sementara si lelaki itu berteriak kesakitan, hantu anak kecil tersebut hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa sampai kilat petir pun muncul dan terdengar suara sambaran petir yang keras sekali.

*

*

*

*

*

JDAR!!

“Uwaaaa!!”

“Berisik!”

“Wah, Viro bercerita sampai hujan tuh, haha….”

Seseorang datang menghampiri 4 orang anak muda yang sedang duduk di sebuah tempat dalam cafe kecil di pinggir jalan. Dia seorang wanita muda bernama Vira yang merupakan kakaknya Viro yang saat ini sedang duduk bersama dengan ketiga temannya yaitu Dennis, Cahya dan Dian atau nama lainnya adalah Akihiro.

“Ya, sepertinya yang berisik bukanlah petir yang menyambar di langit galap di luar sana. Tapi suara mereka yang selalu berteriak lebay ketika aku bercerita!” Viro menyahutnya dengan menggerutu.

“Kau kan cowok horror. Jadi tidak mungkin semua ceritamu itu terdengar tidak menyeramkan.” Akihiro membalasnya. Setelah itu ia menyenggol tubuh Dennis yang duduk di sampingnya. “Iya kan, Dennis?”

Dennis tertawa kecil dan mengangguk-angguk. “Ah, iya iya… begitulah.”

“Kalian terlalu penakut.” Viro membalasnya lagi. Kemudian semuanya tertawa lalu Vira meletakkan beberapa gelas berisi kopi ke atas meja yang temannya tempati. Tapi salah satu gelas itu berisi susu bukanlah kopi seperti yang lainnya. Tentu saja susu itu untuk Dennis.

“Hei… diumur mu yang sudah hampir dewasa seperti ini, kau masih mau minum susu?” tanya Viro pada Dennis.

Dennis mengangkat gelasnya. Tapi sebelum ia menyesap minumannya, Dennis menjawab, “Ya… dari dulu aku memang suka susu, hehe….” Setelah itu ia baru menyesap sedikit susunya. Dilanjut dengan Cahya yang duduk di hadapannya juga ikut menyesap kopinya.

“Dennis memang lucu, ya? Kau masih seperti anak kecil, hehe….” Cahya bergumam lalu tertawa kecil. Dennis sedikit malu kalau dia dikatain anak kecil oleh Cahya. Untuk menahan ekspresi malunya, ia hanya menurunkan poninya lalu mengelus rambutnya.

“Oh iya ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan anak yang tertangkap itu?” Akihiro bertanya.

“Oh, tentu saja dia mati di sana.” Jawab Viro. Dialah yang bercerita seram sedari tadi. “Dah tamat! Sekarang ayo kita pergi. Sudah terlambat ini.”

Viro menggendong tas dipundaknya lalu pergi berjalan ke pintu depan. Akihiro dan Dennis buru-buru menghabiskan minuman mereka yang masih hangat. Setelah itu mereka berdua bersama dengan Cahya juga pergi menyusul Viro. Sebelum keluar dari cafe, mereka mengucapkan salam pada Vira.

“Kami jalan!”

“Iya. Hati-hati di jalan!” Vira membalasnya dengan lambaian dan senyum manisnya. Tapi sebelum Dennis dan yang lainnya sempat pergi meninggalkan tempatnya, Vira memperingatkan mereka tentang cuaca hari ini.

“Hei, kalian! Di depan kan hujan. Apa kalian tidak ingin meminjam payung dari sini?”

“Tidak. Aku membawa punyaku sendiri.” Dennis dan Cahya menjawab bersamaan. Mereka langsung mengaluarkan payungnya dari dalam tas. Payung yang bisa dilipat kecil.

Viro juga membawanya. Tapi tidak dengan Akihiro. Dia malah tertawa sambil bermain rintikan air hujan di depan cafe. Melihat semua temannya telah mengeluarkan payung mereka, Akihiro jadi ingin menumpang bersama dengan salah satu dari mereka yang membawa payung.

“Anu… Viro… payungnya berdua sama aku, ya?” Akihiro meminta dengan menunjukkan wajah polos yang membuat Viro jijik melihatnya.

“Dih, gak mau! Lagi suruh siapa gak bawa. Lagipula kau kan sudah basah itu!”

“Dih pelit. Masa gak boleh berdua.”

“Kak Dian pinjam punya aku saja.” Dennis memberikan payungnya untuk Akihiro. Sebenarnya ia senang dapat diberikan payung oleh Dennis. Tapi masalahnya, Dennis pakai payung punya siapa?

“Emm… kalau aku terima, nanti kau bisa kebasahan.”

“Tenang saja, Dennis bersama denganku.” Cahya menjawab. Ia menarik tangan Dennis untuk dekat dengannya agar dapat perlindungan dari payung Cahya bersama. “Iya, aku sama Cahya. Payung itu untukmu pakai saja.”

“Ah, tidak usah repot-repot. Ini untuk Dian pakai.” Vira keluar dari pintu. Ia memberikan satu payung untuk Akihiro. “Pakai ini saja dan… Dennis tetap memakai miliknya.”

Akihiro mengangguk. Ia akan memakai milik Vira dan mengembalikan payung punya Dennis. Setelah itu, mereka dengan payungnya masing-masing berjalan di pinggir jalan yang basah. Saat ini tujuan mereka adalah pergi ke kampus. Untuk kelas, mereka masuk siang minggu ini.

****

Saat di jalan, Dennis masih memikirkan tentang cerita seram yang baru saja diceritakan Viro sebelumnya. Masih ada tanda tanya yang ingin Dennis ketahui jawabannya. Tentu saja pertanyaan dari cerita seram tersebut. Mumpung masih berjalan bersama, jadi langsung saja Dennis bertanya pada Viro.

“Vir! Viro, anu….”

“Apa?” Viro menoleh ke belakang dengan tatapan dinginnya. Semuanya menghentikan langkahnya sejenak dan melirik ke arah Dennis.

“Soal ceritamu tadi, aku ingin bertanya sesuatu. Emm… ceritamu tadi terdengar sangat nyata. Aku seperti pernah mendengar cerita itu sebelumnya. Entah dari siapa. Makanya ceritamu tadi terdengar tidak asing.”

“Maksudmu apa? Kau berbicara terlalu berlibet-libet.”

“Em, maaf! Aku pernah mendengarnya. Kalau tidak salah… ceritamu itu kudengar dari—“

“Hei! Kalian sedang apa di sini?”

Seseorang tiba-tiba saja muncul tanpa tanda dari belakang Dennis dan Cahya. Tentu saja mereka berempat terkejut dengan kehadiran orang itu. Mata kuningnya yang tajam dan rambut pirangnya yang tebal. Tidak salah lagi. Dia adalah Reizal Alfathir. Sahabatnya Dennis.

“Ka-kak Rei jangan suka bikin kaget, dong! Kayak Nashira saja.” Dennis menggerutu sambil mengelus dadanya. Saat ini jantungnya masih berdetak kencang karena sebelumnya ia benar-benar terkejut. Malah payungnya saja nyaris terlempar dari tangannya Dennis.

Rei tersenyum kecil. Ia berdiri di samping Cahya. Menatap semuanya lalu bertanya, “Kalian sedang apa berdiri di pinggir jalan seperti ini? Bukankah… kalian ada kelas siang, ya?”

“Ah, iya, Kak Rei! Ini kami sedang dalam perjalanan, kok! Kebetulan masih ada 30 menit lagi sebelum tanda masuknya hehe….”

“Oh begitu. Lebih baik kalian cepetan pergi, dah! Nanti kalau bercanda di sini terus malah lupa waktu. Nanti tiba-tiba saja sudah waktunya masuk dan kalian masih ada di sini.”

“Kami memang mau pergi. Tapi entah kenapa tiba-tiba saja Dennis mengatakan hal aneh.” Gerutu Viro lalu membuang muka dari Rei.

“Ada apa, Dennis?” Rei kembali melirik ke arah Dennis.

“Ah sudahlah. Aku duluan saja.” Karena tidak mau mendengarkan, Viro langsung saja pergi meninggalkan yang lainnya. Entah ia takut terlambat atau karena hal lainnya yang tidak ia sukai saat ini.

Semuanya menatapi punggung Viro yang perlahan berjalan pergi meninggalkannya. Sementara Dennis masih sempat melambai kecil pada Viro. Setelah Viro pergi, Rei mengulangi pertanyaanya pada Dennis.

“Ada apa, Dennis?”

“Oh iya, aku ingat sekarang!” Dennis tersenyum pada Rei. Cahya dan Akihiro yang melihatnya hanya meneleng heran.

“Ingat… apa?”

“Kak Rei, Kak Rei! Kak Rei pernah bercerita padaku tentang rumah tua besar yang dulunya bekas kebakaran. Apa kakak masih ingat dengan cerita itu?” tanya Dennis.

Rei berpikir sejenak untuk mengingatnya. Tak lama, akhirnya ia mengangguk dan membalas Dennis. “Hmm… rumah tua itu, ya? Memangnya ada apa?”

“Oh, tidak,” Dennis menggeleng pelan. “Aku merasa tidak asing saja mendengar cerita Viro tadi. Ternyata dia bercerita sama dengan yang kakak ceritakan padaku dulu.”

Rei mengangguk paham. Lalu tak lama, Cahya mengeluarkan suaranya untuk bertanya pada Rei. “Rei… memangnya… rumah tua itu benar-benar ada? Apakah jika kita masuk ke dalam rumah itu, kita tidak bisa keluar lagi?”

“Nah iya, tuh!” Dennis membalas dan bertanya hal yang sama seperti Cahya pada Rei. “Viro bercerita tentang rumah tua yang sama. Tapi kalau cerita yang ia dapat dari novel yang ia baca. Jadi kalau cerita kak Rei… apakah rumah itu memang benar adanya?”

“Hem… aku bercerita padamu tentang rumah tua itu sekitar… tiga bulan yang lalu bukan, sih? Kalau gak salah.”

“Kau bahkan masih mengingat waktumu bercerita.” Akihiro bergumam.

“Iya. Kak Rei benar. Memang sudah tiga bulan yang lalu. Makanya aku tidak melupakannya.”

“Ah, sebaiknya aku jawab nanti saja, ya?” Rei tidak ingin menceritakannya sekarang karena beberapa alasan. “Hujan makin deras sekarang. Aku ada urusan sebentar dan kalian juga kan mau ke Kampus. Sudah sana, nanti terlambat!”

“Oh iya! Masih ada 15 menit lagi.” Akihiro memeriksa jam tangannya dan terkejut. “Kita harus cepat!”

“Ah, kalau begitu, Kak Rei ceritakan lain waktu saja, ya?” Dennis melambai. Ia mengejar Akihiro yang sudah berlari duluan.

“Sampai jumpa lagi, Rei!” Cahya juga melambai. Ia ikut berlari kecil di samping Dennis. Tentu saja tidak akan mudah untuk mereka berlari sambil membawa payung. Ditambah dengan rintikan air hujan yang semakin deras.

Setelah mereka semua pergi, Rei mengangkat sedikit payungnya dan menatap langit mendung. Ia menadahkan tangnnya untuk merasakan tetesan air hujan. Sekalian Rei juga ingin menunggu lampu penyebrangan berubah menjadi hijau. Ada beberapa orang yang ingin menyebrang seperti Rei dengan payung mereka.

Tak lama kemudian, lampu penyebrangan pun berubah menjadi hijau. Kendaraan yang lewat berhenti digaris putih sebelum zebra cross. Setelah aman, semua orang yang ingin menyebrang langsung berjalan melewati zebra cross. Begitu juga dengan Rei.

Rei menyeberang karena ingin pergi ke kantor polisi. Karena ia mendapat pesan dari salah satu rekan kerjanya. Sebenarnya, kantor polisi bukanlah tempat Rei bekerja. Tapi di sana ia selalu bekerja sama dengan para polisi untuk menyelesaikan kasus yang sulit. Karena pekerjaan Rei yang sebenarnya adalah menjadi seorang detektif rahasia yang identitasnya disembunyikan dari penduduk sekitar.

*

*

*

*

To be continued–

Terpopuler

Comments

atmaranii

atmaranii

crtanya mnarik...bhsa pnulisan rapi n mudah d pahami...gudjob...smngatt

2021-09-18

1

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

Sukses terus Thor..
UwU Chika's Terror In The School dilanjut disini ternyata soalnya aku suka karna karakter tokoh ceritanya gak m.bosankan,
Semua novelnya author sudah ku tambahkn ke favorite supaya gak hilang😉😉

2021-06-20

2

AdeOpie

AdeOpie

ini maksudnya gimanah Thor, lampu penyebrangan jadi hijau tapi kendaraan pada berhenti gagal paham nih? lebih suka part nya Rei sama Mizuki, Dian, Adel dan Yuni dan knp kalau di part Denis + Cahya kuarng sreg

2021-04-02

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1– Cerita Horor
2 Episode 2– Kasus yang Sama
3 Episode 3– Sore Hari
4 Episode 4– Mencari Akihiro
5 Episode 5– Rumah Tua
6 Episode 6– Penemuan Mayat
7 Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8 Episode 8– Kemunculannya
9 Episode 9– Mimpi Buruk
10 Episode 10– Serangan Hantu Malam
11 Episode 11– Cafe
12 Episode 12– Cafe, part 2
13 Episode 13– Tuduhan
14 Episode 14– Rei dan Alicia
15 Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16 Episode 16– Anak-anak Badung
17 Episode 17– Pemikiran Rei
18 Episode 18– Kematian
19 Episode 19– Kecemasan Dennis
20 Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21 Episode 21– Rei dan Viro
22 Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23 Episode 23– Tentang Viro
24 Episode 24– Tragedi di Stasiun
25 Episode 25– Keributan di Kelas
26 Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27 Episode 27– Kantin
28 Episode 28– Berdiskusi
29 Episode 29– Berdiskusi, part 2
30 Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31 Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32 Episode 32– Catatan Rei
33 Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34 Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35 Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36 Episode 36– Firasat Cahya
37 Episode 37– Pengganggu
38 Episode 38– Kecelakaan
39 Episode 39– Di Rumah Dennis
40 VISUAL NOVEL
41 Episode 40– Dennis dan Rei
42 Episode 41– Rei dan Viro (2)
43 Episode 42– Orang Asing
44 Episode 43– Kabar Duka
45 Episode 44– Vira
46 Episode 45– Dirasuki
47 Episode 46– Perempuan Aneh
48 Episode 47– Kematian Beruntun
49 Episode 48– Berkumpul
50 Episode 49– Berkumpul, part 2
51 Episode 50– Berkumpul, part 3
52 Episode 51– Berkumpul, part 4
53 Episode 52– Rei dan Lino
54 Episode 53– Pisau
55 Episode 54– Mengantar Pulang
56 Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57 Episode 56– Orang Asing (2)
58 Episode 57– Laura
59 Episode 58– Laura, part 2
60 Episode 59– Balas Dendam
61 Episode 60– Balas Dendam, part 2
62 Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63 Episode 62– Malam yang Merepotkan
64 Episode 63– Persiapan
65 Episode 64– Persiapan, part 2
66 Episode 65– Rumah Tua
67 Episode 66– Buku Gambar
68 Episode 67– Buku Gambar, part 2
69 Episode 68– Buku Gambar, part 3
70 Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71 Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72 Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73 Episode 72– Serangan Chiko
74 Episode 73– Ruang Rahasia
75 Episode 74– Melarikan Diri
76 Episode 75– Zaky dan Kasih
77 Episode 76– Anjing Hitam
78 Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79 Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80 Episode 79– Kain Putih
81 Episode 80– Serangan Chiko (2)
82 Episode 81– Pengorbanan
83 Episode 82– Pengorbanan (2)
84 Episode 83– Kain Putih (2)
85 Episode 84– Ancaman
86 Episode 85– Jalan Keluar
87 Episode 86– Jalan Keluar (2)
88 Episode 87– Rumah Sakit
89 Episode 88– Gadis itu Lagi
90 Episode 89– Merasa Kehilangan
91 Episode 90– Suprise
92 Episode 91– Penjelasan
93 Episode 92– Taman Hiburan
94 Episode 93– Moment Bahagia
95 Episode 94– Malam Pertama
96 Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97 PENGUMUMAN BARU
98 Hmmm
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Episode 1– Cerita Horor
2
Episode 2– Kasus yang Sama
3
Episode 3– Sore Hari
4
Episode 4– Mencari Akihiro
5
Episode 5– Rumah Tua
6
Episode 6– Penemuan Mayat
7
Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8
Episode 8– Kemunculannya
9
Episode 9– Mimpi Buruk
10
Episode 10– Serangan Hantu Malam
11
Episode 11– Cafe
12
Episode 12– Cafe, part 2
13
Episode 13– Tuduhan
14
Episode 14– Rei dan Alicia
15
Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16
Episode 16– Anak-anak Badung
17
Episode 17– Pemikiran Rei
18
Episode 18– Kematian
19
Episode 19– Kecemasan Dennis
20
Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21
Episode 21– Rei dan Viro
22
Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23
Episode 23– Tentang Viro
24
Episode 24– Tragedi di Stasiun
25
Episode 25– Keributan di Kelas
26
Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27
Episode 27– Kantin
28
Episode 28– Berdiskusi
29
Episode 29– Berdiskusi, part 2
30
Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31
Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32
Episode 32– Catatan Rei
33
Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34
Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35
Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36
Episode 36– Firasat Cahya
37
Episode 37– Pengganggu
38
Episode 38– Kecelakaan
39
Episode 39– Di Rumah Dennis
40
VISUAL NOVEL
41
Episode 40– Dennis dan Rei
42
Episode 41– Rei dan Viro (2)
43
Episode 42– Orang Asing
44
Episode 43– Kabar Duka
45
Episode 44– Vira
46
Episode 45– Dirasuki
47
Episode 46– Perempuan Aneh
48
Episode 47– Kematian Beruntun
49
Episode 48– Berkumpul
50
Episode 49– Berkumpul, part 2
51
Episode 50– Berkumpul, part 3
52
Episode 51– Berkumpul, part 4
53
Episode 52– Rei dan Lino
54
Episode 53– Pisau
55
Episode 54– Mengantar Pulang
56
Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57
Episode 56– Orang Asing (2)
58
Episode 57– Laura
59
Episode 58– Laura, part 2
60
Episode 59– Balas Dendam
61
Episode 60– Balas Dendam, part 2
62
Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63
Episode 62– Malam yang Merepotkan
64
Episode 63– Persiapan
65
Episode 64– Persiapan, part 2
66
Episode 65– Rumah Tua
67
Episode 66– Buku Gambar
68
Episode 67– Buku Gambar, part 2
69
Episode 68– Buku Gambar, part 3
70
Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71
Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72
Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73
Episode 72– Serangan Chiko
74
Episode 73– Ruang Rahasia
75
Episode 74– Melarikan Diri
76
Episode 75– Zaky dan Kasih
77
Episode 76– Anjing Hitam
78
Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79
Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80
Episode 79– Kain Putih
81
Episode 80– Serangan Chiko (2)
82
Episode 81– Pengorbanan
83
Episode 82– Pengorbanan (2)
84
Episode 83– Kain Putih (2)
85
Episode 84– Ancaman
86
Episode 85– Jalan Keluar
87
Episode 86– Jalan Keluar (2)
88
Episode 87– Rumah Sakit
89
Episode 88– Gadis itu Lagi
90
Episode 89– Merasa Kehilangan
91
Episode 90– Suprise
92
Episode 91– Penjelasan
93
Episode 92– Taman Hiburan
94
Episode 93– Moment Bahagia
95
Episode 94– Malam Pertama
96
Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97
PENGUMUMAN BARU
98
Hmmm

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!