WAY OUT
–
“Tolong tinggalkan aku sendiri!! Jangan mengikutiku! Pergi sana!”
Di dalam tempat yang gelap dan penuh dengan barang-barang rusak, seorang lelaki muda yang tak diketahui identitasnya sedang berlari di lorong dalam sebuah bangunan tua. Ia berlari ketakutan karena ada sesosok makhluk besar melayang yang mengejarnya. Tentu saja sosok yang menyeramkan. Lelaki itu tidak ingin tertangkap oleh makhluk tersebut, atau nyawanya akan terancam.
Lorong yang ia lewati mendapatkan cahaya bulan purnama yang masuk lewat jendela yang ada. Jadi ia masih bisa melihat jalan, walau semuanya terlihat gelap.
Dia terus berlari sampai tidak ada jalan di depannya. Tapi yang penting sekarang, ia ingin mencari tempat persembunyian yang aman agar bisa terhindar dari makhluk yang mengejarnya itu.
Tapi di mana?
Sepanjang jalan, ia terus berlari di lorong seakan lorong itu adalah terowongan yang panjang tanpa ada ujungnya. Kakinya mulai kelelahan dan ia belum menemukan senjata untuk melawan si makhluk menyeramkan yang mengejarnya.
Karena tidak sanggup terus berlari di lorong yang panjang, lelaki tersebut memutuskan untuk berbelok ke lorong di sampingnya. Di sana ia menemukan sebuah pintu kayu yang sedikit terbuka.
Langsung saja lelaki tersebut memasuki ruangan dibalik pintu kayu. Tak lupa ia juga menutup pintunya lagi, lalu mengganjalnya dengan kursi kayu yang tergeletak di samping pintu. Dia masih merasakan keberadaan si makhluk yang mengejarnya.
Dekat sekali.
Semakin dekat.
Tak lama, pintu kayu yang diganjal kursi itu pun bergetar dan terdorong. Lelaki itu langsung berbalik badan dan kembali berlari sebelum makhluk menyeramkan tersebut menangkapnya. Tapi saat dilihat-lihat, ternyata lelaki tersebut telah masuk ke dalam sebuah toilet dengan empat bilik kamar mandi.
Lelaki itu memutuskan untuk bersembunyi di bilik keempat. Karena ia sudah terjebak di dalam toilet. Tidak ada jalan untuk melarikan diri lagi. Di dalam, ia masih merasa takut dan seluruh tubuhnya gemetar. Ia juga menutup mulutnya dengan tangan dan berusaha menahan napas agar sosok yang mengejarnya itu tidak dapat menemukannya.
Namun tak lama setelah ia bersembunyi, tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang didobrak. Suaranya keras sekali. Lelaki itu tentu saja terkejut. Kemudian terdengar suara tapak kaki yang berjalan mendekatinya. Takut dengan bayangan dirinya sendiri, lelaki itu naik ke atas WC duduk agar kakinya tidak terlihat saat makhluk di depannya mengintip lewat celah pintu bawah.
BRAK!
Lelaki itu semakin gemetar ketakutan. Ia nyaris saja mengeluarkan suara teriakan. Bahkan menangis tanpa suara di dalam kamar mandi tempat persembunyiannya. Ia tahu kalau hantu yang mengejarnya itu sedang mengecek satu persatu kamar mandinya sampai ia menemukan si lelaki yang ia cari.
Semakin lama suaranya semakin keras dan jelas. Saat hantu itu sampai di bilik ketiga, ia mendobrak pintu kamar mandinya. Karena tidak ada siapa-siapa di sana, maka dilanjut dengan bilik keempat. Tempat si lelaki itu bersembuynyi.
Si hantu pun berpindah tempat. Ada sebuah bayangan manusia yang dapat dilihat dari bawah WC kamar mandi di dalam bilik empat. Lelaki itu sedikit heran. Sebelumnya, hantu yang mengejarnya itu melayang dan berbentuk seperti kumpulan asap hitam yang menyeramkan. Tapi kenapa sekarang malah ada hantu berbentuk manusia di depan sana?
BRAK!
Pintu terakhir pun terbuka. Secara perlahan, si lelaki menurunkan tangannya. Ia sedikit terkejut dengan seorang anak kecil dengan wajah pucat berdiri di depannya. Anak kecil tersebut juga memainkan sebuah cutter di tangan kanannya. Sebuah pisau kecil yang terdapat noda darah. Ditambah seluruh lengan anak kecil itu juga dipenuhi dengan luka gores dan memar.
“Ketemu….”
Ia berujar pelan, tapi suaranya terdengar menyeramkan. Membuat si lelaki yang masih terduduk di atas WC itu langsung merinding.
“Kamu akan jadi ayahku….”
Anak kecil itu menodongkan senjata kecilnya pada lelaki di depannya. Lalu secara perlahan maju ke depan mendekatinya. Si laki-laki itu pikir, ia bisa kabur karena hantunya adalah seorang anak kecil. Maka langsung saja ia menerobos keluar dari dalam kamar mandi.
Namun saat berlari melewati hantu anak kecil, tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Kemudian kepalanya menunduk ke bawah. Ia melihat perutnya sendiri telah tertusuk oleh cutter milik hantu anak kecil. Tak lama mulutnya memuntahkan darah dan berteriak kencang.
Sementara si lelaki itu berteriak kesakitan, hantu anak kecil tersebut hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa sampai kilat petir pun muncul dan terdengar suara sambaran petir yang keras sekali.
*
*
*
*
*
JDAR!!
“Uwaaaa!!”
“Berisik!”
“Wah, Viro bercerita sampai hujan tuh, haha….”
Seseorang datang menghampiri 4 orang anak muda yang sedang duduk di sebuah tempat dalam cafe kecil di pinggir jalan. Dia seorang wanita muda bernama Vira yang merupakan kakaknya Viro yang saat ini sedang duduk bersama dengan ketiga temannya yaitu Dennis, Cahya dan Dian atau nama lainnya adalah Akihiro.
“Ya, sepertinya yang berisik bukanlah petir yang menyambar di langit galap di luar sana. Tapi suara mereka yang selalu berteriak lebay ketika aku bercerita!” Viro menyahutnya dengan menggerutu.
“Kau kan cowok horror. Jadi tidak mungkin semua ceritamu itu terdengar tidak menyeramkan.” Akihiro membalasnya. Setelah itu ia menyenggol tubuh Dennis yang duduk di sampingnya. “Iya kan, Dennis?”
Dennis tertawa kecil dan mengangguk-angguk. “Ah, iya iya… begitulah.”
“Kalian terlalu penakut.” Viro membalasnya lagi. Kemudian semuanya tertawa lalu Vira meletakkan beberapa gelas berisi kopi ke atas meja yang temannya tempati. Tapi salah satu gelas itu berisi susu bukanlah kopi seperti yang lainnya. Tentu saja susu itu untuk Dennis.
“Hei… diumur mu yang sudah hampir dewasa seperti ini, kau masih mau minum susu?” tanya Viro pada Dennis.
Dennis mengangkat gelasnya. Tapi sebelum ia menyesap minumannya, Dennis menjawab, “Ya… dari dulu aku memang suka susu, hehe….” Setelah itu ia baru menyesap sedikit susunya. Dilanjut dengan Cahya yang duduk di hadapannya juga ikut menyesap kopinya.
“Dennis memang lucu, ya? Kau masih seperti anak kecil, hehe….” Cahya bergumam lalu tertawa kecil. Dennis sedikit malu kalau dia dikatain anak kecil oleh Cahya. Untuk menahan ekspresi malunya, ia hanya menurunkan poninya lalu mengelus rambutnya.
“Oh iya ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan anak yang tertangkap itu?” Akihiro bertanya.
“Oh, tentu saja dia mati di sana.” Jawab Viro. Dialah yang bercerita seram sedari tadi. “Dah tamat! Sekarang ayo kita pergi. Sudah terlambat ini.”
Viro menggendong tas dipundaknya lalu pergi berjalan ke pintu depan. Akihiro dan Dennis buru-buru menghabiskan minuman mereka yang masih hangat. Setelah itu mereka berdua bersama dengan Cahya juga pergi menyusul Viro. Sebelum keluar dari cafe, mereka mengucapkan salam pada Vira.
“Kami jalan!”
“Iya. Hati-hati di jalan!” Vira membalasnya dengan lambaian dan senyum manisnya. Tapi sebelum Dennis dan yang lainnya sempat pergi meninggalkan tempatnya, Vira memperingatkan mereka tentang cuaca hari ini.
“Hei, kalian! Di depan kan hujan. Apa kalian tidak ingin meminjam payung dari sini?”
“Tidak. Aku membawa punyaku sendiri.” Dennis dan Cahya menjawab bersamaan. Mereka langsung mengaluarkan payungnya dari dalam tas. Payung yang bisa dilipat kecil.
Viro juga membawanya. Tapi tidak dengan Akihiro. Dia malah tertawa sambil bermain rintikan air hujan di depan cafe. Melihat semua temannya telah mengeluarkan payung mereka, Akihiro jadi ingin menumpang bersama dengan salah satu dari mereka yang membawa payung.
“Anu… Viro… payungnya berdua sama aku, ya?” Akihiro meminta dengan menunjukkan wajah polos yang membuat Viro jijik melihatnya.
“Dih, gak mau! Lagi suruh siapa gak bawa. Lagipula kau kan sudah basah itu!”
“Dih pelit. Masa gak boleh berdua.”
“Kak Dian pinjam punya aku saja.” Dennis memberikan payungnya untuk Akihiro. Sebenarnya ia senang dapat diberikan payung oleh Dennis. Tapi masalahnya, Dennis pakai payung punya siapa?
“Emm… kalau aku terima, nanti kau bisa kebasahan.”
“Tenang saja, Dennis bersama denganku.” Cahya menjawab. Ia menarik tangan Dennis untuk dekat dengannya agar dapat perlindungan dari payung Cahya bersama. “Iya, aku sama Cahya. Payung itu untukmu pakai saja.”
“Ah, tidak usah repot-repot. Ini untuk Dian pakai.” Vira keluar dari pintu. Ia memberikan satu payung untuk Akihiro. “Pakai ini saja dan… Dennis tetap memakai miliknya.”
Akihiro mengangguk. Ia akan memakai milik Vira dan mengembalikan payung punya Dennis. Setelah itu, mereka dengan payungnya masing-masing berjalan di pinggir jalan yang basah. Saat ini tujuan mereka adalah pergi ke kampus. Untuk kelas, mereka masuk siang minggu ini.
****
Saat di jalan, Dennis masih memikirkan tentang cerita seram yang baru saja diceritakan Viro sebelumnya. Masih ada tanda tanya yang ingin Dennis ketahui jawabannya. Tentu saja pertanyaan dari cerita seram tersebut. Mumpung masih berjalan bersama, jadi langsung saja Dennis bertanya pada Viro.
“Vir! Viro, anu….”
“Apa?” Viro menoleh ke belakang dengan tatapan dinginnya. Semuanya menghentikan langkahnya sejenak dan melirik ke arah Dennis.
“Soal ceritamu tadi, aku ingin bertanya sesuatu. Emm… ceritamu tadi terdengar sangat nyata. Aku seperti pernah mendengar cerita itu sebelumnya. Entah dari siapa. Makanya ceritamu tadi terdengar tidak asing.”
“Maksudmu apa? Kau berbicara terlalu berlibet-libet.”
“Em, maaf! Aku pernah mendengarnya. Kalau tidak salah… ceritamu itu kudengar dari—“
“Hei! Kalian sedang apa di sini?”
Seseorang tiba-tiba saja muncul tanpa tanda dari belakang Dennis dan Cahya. Tentu saja mereka berempat terkejut dengan kehadiran orang itu. Mata kuningnya yang tajam dan rambut pirangnya yang tebal. Tidak salah lagi. Dia adalah Reizal Alfathir. Sahabatnya Dennis.
“Ka-kak Rei jangan suka bikin kaget, dong! Kayak Nashira saja.” Dennis menggerutu sambil mengelus dadanya. Saat ini jantungnya masih berdetak kencang karena sebelumnya ia benar-benar terkejut. Malah payungnya saja nyaris terlempar dari tangannya Dennis.
Rei tersenyum kecil. Ia berdiri di samping Cahya. Menatap semuanya lalu bertanya, “Kalian sedang apa berdiri di pinggir jalan seperti ini? Bukankah… kalian ada kelas siang, ya?”
“Ah, iya, Kak Rei! Ini kami sedang dalam perjalanan, kok! Kebetulan masih ada 30 menit lagi sebelum tanda masuknya hehe….”
“Oh begitu. Lebih baik kalian cepetan pergi, dah! Nanti kalau bercanda di sini terus malah lupa waktu. Nanti tiba-tiba saja sudah waktunya masuk dan kalian masih ada di sini.”
“Kami memang mau pergi. Tapi entah kenapa tiba-tiba saja Dennis mengatakan hal aneh.” Gerutu Viro lalu membuang muka dari Rei.
“Ada apa, Dennis?” Rei kembali melirik ke arah Dennis.
“Ah sudahlah. Aku duluan saja.” Karena tidak mau mendengarkan, Viro langsung saja pergi meninggalkan yang lainnya. Entah ia takut terlambat atau karena hal lainnya yang tidak ia sukai saat ini.
Semuanya menatapi punggung Viro yang perlahan berjalan pergi meninggalkannya. Sementara Dennis masih sempat melambai kecil pada Viro. Setelah Viro pergi, Rei mengulangi pertanyaanya pada Dennis.
“Ada apa, Dennis?”
“Oh iya, aku ingat sekarang!” Dennis tersenyum pada Rei. Cahya dan Akihiro yang melihatnya hanya meneleng heran.
“Ingat… apa?”
“Kak Rei, Kak Rei! Kak Rei pernah bercerita padaku tentang rumah tua besar yang dulunya bekas kebakaran. Apa kakak masih ingat dengan cerita itu?” tanya Dennis.
Rei berpikir sejenak untuk mengingatnya. Tak lama, akhirnya ia mengangguk dan membalas Dennis. “Hmm… rumah tua itu, ya? Memangnya ada apa?”
“Oh, tidak,” Dennis menggeleng pelan. “Aku merasa tidak asing saja mendengar cerita Viro tadi. Ternyata dia bercerita sama dengan yang kakak ceritakan padaku dulu.”
Rei mengangguk paham. Lalu tak lama, Cahya mengeluarkan suaranya untuk bertanya pada Rei. “Rei… memangnya… rumah tua itu benar-benar ada? Apakah jika kita masuk ke dalam rumah itu, kita tidak bisa keluar lagi?”
“Nah iya, tuh!” Dennis membalas dan bertanya hal yang sama seperti Cahya pada Rei. “Viro bercerita tentang rumah tua yang sama. Tapi kalau cerita yang ia dapat dari novel yang ia baca. Jadi kalau cerita kak Rei… apakah rumah itu memang benar adanya?”
“Hem… aku bercerita padamu tentang rumah tua itu sekitar… tiga bulan yang lalu bukan, sih? Kalau gak salah.”
“Kau bahkan masih mengingat waktumu bercerita.” Akihiro bergumam.
“Iya. Kak Rei benar. Memang sudah tiga bulan yang lalu. Makanya aku tidak melupakannya.”
“Ah, sebaiknya aku jawab nanti saja, ya?” Rei tidak ingin menceritakannya sekarang karena beberapa alasan. “Hujan makin deras sekarang. Aku ada urusan sebentar dan kalian juga kan mau ke Kampus. Sudah sana, nanti terlambat!”
“Oh iya! Masih ada 15 menit lagi.” Akihiro memeriksa jam tangannya dan terkejut. “Kita harus cepat!”
“Ah, kalau begitu, Kak Rei ceritakan lain waktu saja, ya?” Dennis melambai. Ia mengejar Akihiro yang sudah berlari duluan.
“Sampai jumpa lagi, Rei!” Cahya juga melambai. Ia ikut berlari kecil di samping Dennis. Tentu saja tidak akan mudah untuk mereka berlari sambil membawa payung. Ditambah dengan rintikan air hujan yang semakin deras.
Setelah mereka semua pergi, Rei mengangkat sedikit payungnya dan menatap langit mendung. Ia menadahkan tangnnya untuk merasakan tetesan air hujan. Sekalian Rei juga ingin menunggu lampu penyebrangan berubah menjadi hijau. Ada beberapa orang yang ingin menyebrang seperti Rei dengan payung mereka.
Tak lama kemudian, lampu penyebrangan pun berubah menjadi hijau. Kendaraan yang lewat berhenti digaris putih sebelum zebra cross. Setelah aman, semua orang yang ingin menyebrang langsung berjalan melewati zebra cross. Begitu juga dengan Rei.
Rei menyeberang karena ingin pergi ke kantor polisi. Karena ia mendapat pesan dari salah satu rekan kerjanya. Sebenarnya, kantor polisi bukanlah tempat Rei bekerja. Tapi di sana ia selalu bekerja sama dengan para polisi untuk menyelesaikan kasus yang sulit. Karena pekerjaan Rei yang sebenarnya adalah menjadi seorang detektif rahasia yang identitasnya disembunyikan dari penduduk sekitar.
*
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
atmaranii
crtanya mnarik...bhsa pnulisan rapi n mudah d pahami...gudjob...smngatt
2021-09-18
1
✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣
Sukses terus Thor..
UwU Chika's Terror In The School dilanjut disini ternyata soalnya aku suka karna karakter tokoh ceritanya gak m.bosankan,
Semua novelnya author sudah ku tambahkn ke favorite supaya gak hilang😉😉
2021-06-20
2
AdeOpie
ini maksudnya gimanah Thor, lampu penyebrangan jadi hijau tapi kendaraan pada berhenti gagal paham nih? lebih suka part nya Rei sama Mizuki, Dian, Adel dan Yuni dan knp kalau di part Denis + Cahya kuarng sreg
2021-04-02
2