Episode 19– Kecemasan Dennis

Di rumah Dennis–

“Haduh… aku cemas sekali.” Ibunya Dennis bergumam-gumam. Ia sedang duduk di sofa bersama dengan Mizuki yang berusaha untuk menenangkannya. “Ah, Mizuki. Apa kau telah menghubungi mereka?”

“Tadi aku coba telepon Dian, tapi tidak diangkat sama dia.” Jawab Mizuki. “Ibu tidak perlu cemas, ya? Mungkin mereka sedang di jalan.”

“Tapi sekarang… mataharinya telah terbenam. Di luar sana juga sudah gelap. Ibu khawatir sekali dengan keadaan mereka.”

“Ayolah, ibu jangan cemas dulu. Mereka kan anak-anak yang hebat. Mereka akan segera pulang, kok!” Mizuki tersenyum. Ia kembali melihat ponselnya dan memeriksa pesan yang ia berikan untuk Akihiro. Ternyata pesan itu belum dibuka sama sekali. Seketika Mizuki jadi kesal dan menggerutu dalam hati.

“Awas saja, Dian! Kau berani abaikan aku. Pulang-pulang siap-siap saja menyapa pukulanku.”

Namun tak lama setelah Mizuki bergumam seperti itu, tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang didobrak dengan keras. Lalu terdengar beberapa suara tapak kaki yang mendekat. Karena terkejut, Mizuki dan ibunya Dennis berdiri dari sofa.

Kemudian Dennis muncul dari balik dinding yang menuju ke pintu depan. Dia tergesa-gesa membawa Cahya ke kamarnya. Saat melewati ibunya, Dennis hanya melirik dan menyapa kalau ia sudah pulang ke rumah. Setelah itu, Dennis kembali berjalan cepat menaiki tangga dan pergi ke kamar Cahya.

Setelah Dennis, Akihiro dan Rei pun muncul. Mereka terlihat sedang mengejar Dennis. Tapi saat melewati ruang tamu dan sofa, langkah Akihiro terhenti karena tangannya ditarik Mizuki. Kalau Rei tetap lewat begitu saja. Disusul dengan sang ibu yang melihat kecemasan di wajah anaknya.

“Dian, sebenarnya ada masalah apa? Kenapa kalian pulang-pulang malah lari-lari kayak habis dikejar setan?” tanya Mizuki cepat. Ia menarik tangan Akihiro lagi untuk dekat dan bicara dengannya.

Akihiro baru sadar kalau Mizuki lah yang telah menahannya. Ia juga terkejut dengan kemunculan wanita itu. “Mi–Mizukiiii? Sejak kapan kau datang?”

“Baru saja sampai, sih… tadi sore.”

“Kenapa kau tidak menghubungiku kalau kau akan datang?”

“Kan kemarin aku sudah bilang. Aku akan kembali. Kau ini bagaimana, sih? Dan tadi… aku juga sudah menelponmu beberapa kali ditambah aku spam pesan di ponsel. KENAPA KAU TIDAK MENJAWABKU, DIAN?!” Akhir kata, Mizuki membentaknya. Ia benar-benar kesal sekaligus khawatir karena Akihiro tidak pernah menjawab pesan yang ia kirimkan.

“Maafkan aku,” ucap Akihiro pelan. Ia terdiam sejenak dan menundukkan kepala. Tak lama, ia menjawab pertanyaan pertama Mizuki. “Kau benar. Kami memang habis dikejar setan tadi.”

“Eh?” Mizuki tidak terkejut. Ia hanya terheran saja. “Kau jangan bercanda padaku, ya? Kupukul kau!”

“E–eh, tidak, kok! I–itu tadi… Cahya pingsan karena… ah aku tidak tahu. Intinya hari ini aku… aku melihat teman-temanku terbunuh oleh setan itu.” Jelas Akihiro. Lalu ia menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Mizuki langsung membantunya untuk duduk dengan tenang, lalu ikut duduk di sampingnya.

“Apa maksudmu? Memangnya kau habis dari mana?” tanya Mizuki.

“Ah… aku tidak mengerti semua ini. Ceritanya panjang!”

“Eh? Kalau begitu, jangan diceritakan.” Mizuki menggeleng pelan. Ia menggenggam erat lengan Akihiro lalu menyandarkan kepalanya di pundak. Sesekali ia juga mengelus punggung Akihiro dengan lembut. “Baiklah… untuk sekarang, kau tenangkan dirimu. Kau pasti lelah dengan semua ini, kan? Sekarang istirahatlah. Aku tidak akan memukulmu untuk hari ini.”

“Tapi Mizuki… boleh aku minta sekarang?”

“Dasar mesum!”

“Ngh… mumpung sedang tidak ada orang.” Alihiro menghadapkan wajahnya dekat dengan Mizuki. Lalu ia menutup mata dan secara perlahan mendekatkan wajahnya pada Mizuki.

Untuk saat ini karena Akihiro yang memintanya, maka Mizuki akan menerimanya. Di ruang tamu yang sedang tidak ada orang itu, Mizuki dan Akihiro saling menempelkan bibir mereka dengan tenang. Lalu tak lama kemudian, mereka pun mengakhirinya dan Akihiro kembali menyandarkan pundaknya pada Mizuki.

“Kau jika ingin tidur, pergilah ke kamarmu. Jika seperti ini, pundakku jadi pegal, tahu!” Mizuki mendorong Akihiro dengan cepat.

Setelah itu ia pun berdiri dari sofa dan pergi menaiki tangga. Akihiro juga akan ikut karena ia masih takut jika sendirian. Sekalian ia juga ingin melihat keadaan Cahya.

****

“Cahya! Cahya! Kumohon bangunlah!”

Dennis yang masih cemas dengan keadaan pasangannya, terus meneriaki namanya dan berharap ia cepat sadar kembali. Tapi Rei yang ada di sampingnya merasa risih dengan sikap Dennis yang tidak mau diam.

Ia juga mencemaskan Cahya, tapi ia ingin Cahya beristirahat dengan tenang dan Dennis jangan mengganggu dengan teriakannya.

Rei menarik kerah belakang Dennis sampai membawanya ke tempat tidur Akihiro di samping. Sebenarnya Cahya dibawa ke kamar Dennis dan bukan kamar miliknya sendiri.

Dennis membiarkan kamarnya dipakai Cahya. Karena jika Cahya belum sadar sampai malam, maka Dennis tidak bisa menemaninya kalau Cahya berada di kamar pribadinya. Maka dari itu Dennis membawa Cahya ke kamarnya saja.

“Dennis, Dennis. Tenang dulu sebentar. Jika kau terus ribut di depannya, maka itu akan mengganggunya saja. Biarkan. Cahya baik-baik saja. Dia pingsan karena kelelahan mungkin. Tidak ada yang membahayakannya. Sekarang semua sudah aman.” Ucap Rei lirih padanya sambil mengelus kepalanya.

“Apakah… benar begitu Kak Rei?”

“Iya tenang saja. Dia… pasti akan baik-baik saja!” Rei menekan kepala Dennis dan kembali mengelusnya sampai rambutnya acak-acakkan.

Dennis sangat suka jika ada orang yang mengelus-elus kepala dan memainkan rambutnya. Untuk saat ini, Dennis sudah merasa lebih baik. Ia malah terlihat seperti kucing kecil yang suka dimanja hanya karena elusan tangan lembut dari Rei.

****

“Haaah… baru pulang dari kampus sudah ada sif malem buat kerja.”

Seorang remaja laki-laki dari kelas yang sama dengan Dennis menggerutu di tempatnya. Ia bernama Radith. Ia hanya lelaki biasa dengan kehidupan yang biasa juga. Tinggal sendiri di sebuah kos-kosan kecil. Mulai pindah dari orang tuanya sejak masuk kampus untuk mengejar S1 dan terus melanjutkan pendidikannya.

Namun saat ini, ia bekerja di minimarket di tengah kota untuk tambahan biaya kuliahnya. Ia harus bekerja jika tidak ingin membebankan orang tuanya.

Bekerja sebagai kasir dan pelayan saja. Tapi selama ini, pekerjaanya lumayan menguntungkan untuknya. Bisa membeli kebutuhan sehari-hari dan selama ini semuanya masih baik-baik saja.

Ia tidak sendiri malam ini. Ada satu teman kerjanya yang sedang berjaga toko juga selama bosnya pergi. Pukul 10 malam saat toko ditutup, ia juga akan pulang ke kosannya dengan naik motor.

Sekarang ini ia sedang berjaga di depan kasir sambil menunggu pembeli datang. Tapi karena kebosanan, alhasil ia malah melamun dan terus mengeluh tentang kejadian yang menimpanya hari ini.

“Yang tadi itu… apakah beneran nyata? Tapi kan… aku melihat mereka mati di sana. Ah, sial! Andai saja aku tidak ikut. Pasti aku akan merasa lebih aman sekarang. Sialan! Aku juga hampir saja mati di sana. Hah… oke! Fokus tenangkan dirimu, Dit! Semua pasti akan baik-baik saja.”

“Keselamatanmu akan selalu aman selama kau berhati-hati saja. Eh… semoga saja kematianku masih lama.” Ia tidak berniat mengatakannya. Dengan cepat, Radith pun menggelengkan kepala. “Tidak! Tidak! Tidak! Kau mikirin apa, sih? Jangan seperti itu. Tidak. Aku tidak mau mati secepat ini. Ah, Dennis benar. Rumah itu memang berbahaya. Pokoknya aku tidak ingin kembali ke sana lagi! Walau aku akan dibayar jutaan, aku tetap tidak ingin ke sana!”

“Oy, Adit… jika kau tidak ada kerjaan, lebih baik bantu aku meletakan minuman-minuman baru ini ke kulkas. Daripada menghalu terus.” Seorang partner kerja menegurnya. Radith yang sedang memikirkan kejadian sebelumnya itu terkejut.

“Dih, siapa juga yang menghalu!” Ia membalasnya lalu mendekati teman kerjanya. Ia akan membantu sementara temannya itu ingin buang sampah sejenak ke luar toko. Jadi sekarang, Radith sendiri di dalam toko. Ia sibuk memindahkan botol-botol minuman dari kardus ke dalam kulkas.

Namun tak lama setelah temannya pergi, tiba-tiba saja lampu dalam toko berkedip beberapa kali dan akhirnya mati.

Radith sendiri sangat terkejut. Ia langsung kembali berdiri untuk mencari saklar lampunya. Karena ia anggap lampunya mati karena ada masalah pada saluran listriknya. Ia ingin mencari saklar lampu untuk mencoba menyalakannya kembali.

Radith berjalan secara perlahan sambil meraba-raba sekitarnya. Ia tidak bisa jalan dengan benar karena sekitarnya sangat gelap. Tapi ia masih bisa melihat pintu keluar. Karena di luar toko, ada beberapa kendaraan yang lewat dan cahaya dari lampu pinggir jalan.

“Ah, bakalan susah kalau nyari saklarnya langsung. Mending minta bantuan si Anto aja dulu, ah! Dia lagi di depan ini, kan?” Radith bergumam. Ia kembali berdiri tegak, lalu berjalan pelan menuju pintu keluar yang sudah terlihat di depan matanya itu.

Namun setelah dua langkah ke depan, Radith dikejutkan dengan suara aneh yang muncul. Suara yang terdengar kasar tapi tidak jelas. Bukan seperti suara manusia, namun mirip seperti suara kucing yang sedang menggeram. Hanya saja yang baru ia dengar itu suaranya lebih berat.

“Ah, tidak! Mungkin aku salah dengar. Ini halusinasiku lagi saat dalam gelap.” Radith memiliki fobia ruang gelap. Kadang suka ada hal aneh di pikirannya yang membuatnya jadi takut jika berada di dalam ruangan yang gelap. Tapi sekarang, ia merasa aman karena setelah ia keluar lewat pintu itu, semua akan baik-baik saja.

Radith hampir sampai di depan pintunya. Tapi saat ia ingin menyentuh pegangan pintu kaca itu, tiba-tiba saja Radith melihat sosok anak kecil laki-laki di depan pintu. Seketika ia berteriak ketakutan dan terjatuh ke belakang.

Tak lain, itu si hantu kecil dari rumah tua yang terkutuk. Ia lagi-lagi datang dengan sosok yang menyeramkan. Ditambah dengan pisau kecil yang menusuk lehernya. Ia berjalan pelan menghampiri Radith yang terus menghindarinya dengan wajah ketakutan.

Saat hantu anak kecil itu menarik pisau kecil dari lehernya, darah pun menetes. Radith semakin berteriak kencang dan berharap pertolongan datang untuk membantunya. Ia mundur ke belakang. Sesekali melempari anak kecil itu dengan makanan. Tapi tidak bisa membuatnya berhenti.

“Stop di sana! Ja–jangan dekati aku! Kumohon!! A–aku saja tidak tahu kau itu siapa! Pergilah!”

Radith terus berteriak ketakutan. Fobianya semakin parah. Apalagi ia didatangi oleh sosok hantu anak kecil yang ingin memebunuhnya.

“Kembalikan…. Kembalikan barang milik ibuku! Kembalikaaaann….”

“A–apa maksudmu kembalikan? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Tidak! A–aku bahkan tidak pernah melihatmu. A–aku tidak mengambil apapun dari kamu, kok!”

“JANGAN BOHONG!”

SRAT!!

*

*

*

To be continued–

Terpopuler

Comments

Nene

Nene

woi!!! pencuri Puding ku masuk novel kak pipit!!! kembali kau!!!!

2020-10-10

3

Ano-kun

Ano-kun

Ah kirain gagal kissunya


gak seru lu, padahal udah siap mau ngetawain 🗿🗿

2020-09-23

2

Ano-kun

Ano-kun

Saya tengah membayangkan..... si juki mukul setan 🗿🗿🗿

2020-09-23

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1– Cerita Horor
2 Episode 2– Kasus yang Sama
3 Episode 3– Sore Hari
4 Episode 4– Mencari Akihiro
5 Episode 5– Rumah Tua
6 Episode 6– Penemuan Mayat
7 Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8 Episode 8– Kemunculannya
9 Episode 9– Mimpi Buruk
10 Episode 10– Serangan Hantu Malam
11 Episode 11– Cafe
12 Episode 12– Cafe, part 2
13 Episode 13– Tuduhan
14 Episode 14– Rei dan Alicia
15 Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16 Episode 16– Anak-anak Badung
17 Episode 17– Pemikiran Rei
18 Episode 18– Kematian
19 Episode 19– Kecemasan Dennis
20 Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21 Episode 21– Rei dan Viro
22 Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23 Episode 23– Tentang Viro
24 Episode 24– Tragedi di Stasiun
25 Episode 25– Keributan di Kelas
26 Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27 Episode 27– Kantin
28 Episode 28– Berdiskusi
29 Episode 29– Berdiskusi, part 2
30 Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31 Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32 Episode 32– Catatan Rei
33 Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34 Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35 Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36 Episode 36– Firasat Cahya
37 Episode 37– Pengganggu
38 Episode 38– Kecelakaan
39 Episode 39– Di Rumah Dennis
40 VISUAL NOVEL
41 Episode 40– Dennis dan Rei
42 Episode 41– Rei dan Viro (2)
43 Episode 42– Orang Asing
44 Episode 43– Kabar Duka
45 Episode 44– Vira
46 Episode 45– Dirasuki
47 Episode 46– Perempuan Aneh
48 Episode 47– Kematian Beruntun
49 Episode 48– Berkumpul
50 Episode 49– Berkumpul, part 2
51 Episode 50– Berkumpul, part 3
52 Episode 51– Berkumpul, part 4
53 Episode 52– Rei dan Lino
54 Episode 53– Pisau
55 Episode 54– Mengantar Pulang
56 Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57 Episode 56– Orang Asing (2)
58 Episode 57– Laura
59 Episode 58– Laura, part 2
60 Episode 59– Balas Dendam
61 Episode 60– Balas Dendam, part 2
62 Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63 Episode 62– Malam yang Merepotkan
64 Episode 63– Persiapan
65 Episode 64– Persiapan, part 2
66 Episode 65– Rumah Tua
67 Episode 66– Buku Gambar
68 Episode 67– Buku Gambar, part 2
69 Episode 68– Buku Gambar, part 3
70 Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71 Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72 Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73 Episode 72– Serangan Chiko
74 Episode 73– Ruang Rahasia
75 Episode 74– Melarikan Diri
76 Episode 75– Zaky dan Kasih
77 Episode 76– Anjing Hitam
78 Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79 Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80 Episode 79– Kain Putih
81 Episode 80– Serangan Chiko (2)
82 Episode 81– Pengorbanan
83 Episode 82– Pengorbanan (2)
84 Episode 83– Kain Putih (2)
85 Episode 84– Ancaman
86 Episode 85– Jalan Keluar
87 Episode 86– Jalan Keluar (2)
88 Episode 87– Rumah Sakit
89 Episode 88– Gadis itu Lagi
90 Episode 89– Merasa Kehilangan
91 Episode 90– Suprise
92 Episode 91– Penjelasan
93 Episode 92– Taman Hiburan
94 Episode 93– Moment Bahagia
95 Episode 94– Malam Pertama
96 Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97 PENGUMUMAN BARU
98 Hmmm
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Episode 1– Cerita Horor
2
Episode 2– Kasus yang Sama
3
Episode 3– Sore Hari
4
Episode 4– Mencari Akihiro
5
Episode 5– Rumah Tua
6
Episode 6– Penemuan Mayat
7
Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8
Episode 8– Kemunculannya
9
Episode 9– Mimpi Buruk
10
Episode 10– Serangan Hantu Malam
11
Episode 11– Cafe
12
Episode 12– Cafe, part 2
13
Episode 13– Tuduhan
14
Episode 14– Rei dan Alicia
15
Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16
Episode 16– Anak-anak Badung
17
Episode 17– Pemikiran Rei
18
Episode 18– Kematian
19
Episode 19– Kecemasan Dennis
20
Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21
Episode 21– Rei dan Viro
22
Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23
Episode 23– Tentang Viro
24
Episode 24– Tragedi di Stasiun
25
Episode 25– Keributan di Kelas
26
Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27
Episode 27– Kantin
28
Episode 28– Berdiskusi
29
Episode 29– Berdiskusi, part 2
30
Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31
Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32
Episode 32– Catatan Rei
33
Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34
Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35
Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36
Episode 36– Firasat Cahya
37
Episode 37– Pengganggu
38
Episode 38– Kecelakaan
39
Episode 39– Di Rumah Dennis
40
VISUAL NOVEL
41
Episode 40– Dennis dan Rei
42
Episode 41– Rei dan Viro (2)
43
Episode 42– Orang Asing
44
Episode 43– Kabar Duka
45
Episode 44– Vira
46
Episode 45– Dirasuki
47
Episode 46– Perempuan Aneh
48
Episode 47– Kematian Beruntun
49
Episode 48– Berkumpul
50
Episode 49– Berkumpul, part 2
51
Episode 50– Berkumpul, part 3
52
Episode 51– Berkumpul, part 4
53
Episode 52– Rei dan Lino
54
Episode 53– Pisau
55
Episode 54– Mengantar Pulang
56
Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57
Episode 56– Orang Asing (2)
58
Episode 57– Laura
59
Episode 58– Laura, part 2
60
Episode 59– Balas Dendam
61
Episode 60– Balas Dendam, part 2
62
Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63
Episode 62– Malam yang Merepotkan
64
Episode 63– Persiapan
65
Episode 64– Persiapan, part 2
66
Episode 65– Rumah Tua
67
Episode 66– Buku Gambar
68
Episode 67– Buku Gambar, part 2
69
Episode 68– Buku Gambar, part 3
70
Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71
Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72
Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73
Episode 72– Serangan Chiko
74
Episode 73– Ruang Rahasia
75
Episode 74– Melarikan Diri
76
Episode 75– Zaky dan Kasih
77
Episode 76– Anjing Hitam
78
Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79
Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80
Episode 79– Kain Putih
81
Episode 80– Serangan Chiko (2)
82
Episode 81– Pengorbanan
83
Episode 82– Pengorbanan (2)
84
Episode 83– Kain Putih (2)
85
Episode 84– Ancaman
86
Episode 85– Jalan Keluar
87
Episode 86– Jalan Keluar (2)
88
Episode 87– Rumah Sakit
89
Episode 88– Gadis itu Lagi
90
Episode 89– Merasa Kehilangan
91
Episode 90– Suprise
92
Episode 91– Penjelasan
93
Episode 92– Taman Hiburan
94
Episode 93– Moment Bahagia
95
Episode 94– Malam Pertama
96
Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97
PENGUMUMAN BARU
98
Hmmm

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!