“Cahya! Aku suka padamu!” ungkap si senior dengan suara yang keras.
Seketika semua yang mendengarnya pun kaget. Akihiro yang sedang menggoda cewek lain juga. Apalagi dengan Dennis dan Cahya.
Lalu seketika terdengar suara beberapa perempuan lainnya yang berteriak histeris. Senior itu telah menembak Cahya di depan orang banyak. Semuanya menganggapnya pemberani.
Setelah mendengar ucapan dari senior itu, Dennis langsung teringat dengan perkataan Viro kemarin saat di kelas.
“Biasanya kebanyakan wanita seperti itu. Mereka ingin berpacaran dengan tujuan memanfaatkan pacarnya itu. Setelah tidak berguna, dia akan membuang si cowok dan pergi ke cowok yang lain.”
Lalu tiba-tiba saja ada perkataan lain yang terbayang di pikiran Dennis.
“Bagaimana kalau… Cahya lebih memilih cowok yang lebih baik darimu, Dennis?”
“Bagaimana, hayo?”
“Orang yang kau cintai itu ternyata tidak benar-benar mencintaimu.”
“Sakit, bukan?”
“He–hentikan. Hentikan! HENTIKAN ITUUU!!”
Dennis tidak kuat mendengarnya. Tanpa sengaja, ia pun berteriak sambil mengacak-acak rambutnya. Setelah itu, ia menarik tangan Cahya dan menghadap di depan Cahya sambil menatap tajam pada seniornya.
“Kau tidak boleh memilikinya! Cahya itu adalah milikku! Dia orang yang aku cintai! Jangan kau ambil dia dariku!!” Dennis membentak.
Seketika semuanya pun terkejut mendengar perkataan itu. Apalagi dengan Cahya sendiri. Seniornya pun tersentak dan kebingungan. Tak lama kemudian, ia menjawab Dennis.
“Ka–kau? Ja–jadi… Cahya? Kau sudah punya pacar? Ternyata… pacarnya dia? Laki-laki polos ini?” Seniornya terkekeh melihat tampang Dennis.
“I–iya! Aku dan Cahya sudah lama. Tolong jangan ganggu hubungan kami!” Dennis membentaknya lagi. Tapi sikap Dennis malah membuat si senior tertawa.
“Haha… mana mau si Cahya sama cowok lugu sepertimu ini! Dia tidak mungkin mau!”
“Cahya mau! Cahya sudah sama aku!”
“Tapi kalian itu terlihat tidak cocok, loh! Pasangan yang tidak cocok lebih baik pisah saja! Hubungan kalian juga pasti tidak serius, kan?”
Seketika setelah perkataan ejek si senior langsung membuat beberapa anak menyetujuinya dan menertawakan Dennis. Tapi hal itu malah membuat Dennis tidak merasa putus asa untuk membuktikan cintanya.
Bahkan sekarang, Dennis akan menunjukkan bukti yang lebih kuat lagi untuk mempercayai mereka semua kalau dirinya dengan Cahya adalah cinta sejati.
Tak lama terdiam untuk menahan diri, Dennis akan menunjukkan sesautu pada semuanya. Akan ia tunjukkan cinta sebenarnya di depan banyak orang!
Dennis menarik tangan Cahya secara perlahan, mengangkat tenguk Cahya, memejamkan mata dan langsung merebut bibir Cahya. Dennis memeluk pinggangnya dan terus menahan posisi kepalanya tetap bersentuhan bibir dengan Cahya.
Cahya terkejut dengan apa yang Dennis lakukan padanya. Tapi tak lama kemudian, mata Cahya juga ikut terpejam, membuka sedikit mulutnya untuk membalas ciuman Dennis.
Seketika semuanya pun langsung bersorak kaget. Apalagi si senior. Dengan sigap, Akihiro mengeluarkan ponsel dan langsung memotret Dennis dengan Cahya. Ia tidak ingin melewatkan moment yang pertama kali ia lihat pada Dennis dan Cahya. Tapi nyatanya, mereka berdua telah melakukan itu beberapa kali tanpa diketahui banyak orang.
Tak lama setelah itu, Dennis dan Cahya kembali membuka mata lalu melepaskan bibir mereka dan sedikit menjauhkan kepala untuk memberi ruang. Bernapas dengan lega dan mereka berdua serontak langsung kembali menatap si senior yang masih mengeluarkan wajah terkejutnya.
“Maafkan aku, senior. Tapi aku sudah lebih dulu menyukai Dennis,” ujar Cahya. Lalu ia melanjutkan dengan tegasan. “Jawabanku, aku menolaknya!”
Sekali lagi beberapa orang yang melihat kejadian itu langsung menyoraki si senior. Senior itu sendiri merasa malu. Ia berdecih lalu dengan cepat berbalik badan, meninggalkan Dennis dan Cahya.
Tak lama setelah itu, tak sedikit orang berbisik pada Cahya dengan beberapa kata pujian sambil memberikan jempol mereka.
“Bagus sekali”
“Kalian pasangan yang cocok.”
“Semoga langgeng, ya?”
“Segera nikah kalau bisa, haha….”
“Hebat, deh! Benar-benar cinta sejati!”
Setelah perkataan mereka, semuanya pun bubar dan kembali berjalan keluar gerbang untuk segera sampai di rumah masing-masing.
Setelah semuanya pergi, Dennis dan Cahya kembali memasang wajah polos mereka. Saling menatap lalu tertawa.
Tak lama kemudian, Akihiro datang kembali menghampiri mereka. Semuanya bercanda bersama. Tapi Akihiro tidak akan memberitahu apa yang ia foto tadi. Ia ingin menyimpannya dan menunjukkannya pada Rei terlebih dahulu.
“Eh, Cahya… maaf sikapku yang tadi. Aku seperti… terbawa emosi, hehe… entah kenapa tubuhku bergerak sendiri gitu.” Ucap Dennis ragu.
Cahya hanya tertawa senang, lalu menyinggul tubuh Dennis. “Ahaha… tidak apa-apa. Biarkan semua orang tahu kalau kita akan selalu bersama.”
“Tapi ya… tadi sepertinya aku sedikit berlebihan, deh, hehe….”
“Tidak, kok!” Akihiro merangkul Dennis lalu menyemangatinya. “Kau hebat sekali tadi. Cie… pubertasmu semakin kelihatan, haha….”
Dennis hanya menggaruk kepalanya sambil tertawa. Setelah itu, mereka bertiga berjalan pelan sampai ke depan gerbang. Di sana, mereka berhenti sejenak sambil menunggu lampu penyeberangan berubah jadi warna hijau.
Tapi sebelum berubah hijau, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyentuh pundak Dennis. Dengan cepat, Dennis pun berbalik badan dan terkejut.
Ia melihat segerombolan teman sekelasnya berdiri di belakangnya. Mereka ternyata ingin bertanya satu hal pada Dennis. Tapi yang membuat Dennis bingung, kenapa harus ramai-ramai begitu. Kan satu kelas Dennis ada 34 orang. Saat ini yang berdiri di hadapannya ada 30 orang. Hanya Viro saja yang tidak ada di sana.
“Eh, eh… i–ini ada apa ya, semuanya?” tanya Dennis ragu.
Si ketua kelas berdiri di barisan paling depan. Ia bernama Dedi. Menjadi murid tertinggi di kelas dan kepintarannya dalam memimpin kelompok. Makanya ia dijadikan ketua kelas. Tapi untuk kali ini, Dennis mencurigai kelompok kelas yang ia pimpin.
“Dennis. Sekarang juga. Bisa kau beritahu aku di mana lokasi rumah tua yang kau bilang menjadi tempat bunuh diri itu?”
Dennis sedikit terkejut mendengarnya. “Eh? Memangnya kalian… mau apa?”
“Kami semua memutuskan untuk pergi ke sana untuk mempercayai omonganmu tadi pagi itu.”
“Ta–tapi kan aku bilang, jangan ke sana! Di sana sangat berbahaya. Kita semua bisa dalam masalah nanti! Kan tempat itu terkutuk dan sudah ditutup!”
“Tidak peduli! Cepat beritahu saja kami. Cuma alamat, doang, kok! Kasih tau aja!” Si wakil ketua bernama Lia ikut membentak Dennis. Ia tipe orang yang tidak suka menunggu lama.
Dennis tidak berani dengan teman-teman sekelasnya kalau banyakan begitu. Terpaksa ia harus jawab dengan jujur. “Sebenarnya aku lupa alamatnya. Tapi aku tahu tempat itu jauh. Butuh waktu 30 menit jika kita jalan kaki untuk sampai di sana sepertinya.”
“Jadi kau ingat tempat itu?”
“I–iya sih….”
“Kalau begitu, kau ikut kami dan tunjukkan jalannya!”
“Eh, tapi aku tidak bisa! Aku harus… pulang sekarang!”
“Tidak usah banyak alasan! Cepat tunjukkan jalannya!”
Karena kesal dengan tindakkan teman-temannya, Cahya jadi membentak ketua kelasnya. “Kau jangan seperti itu, dong! Kasihan Dennis! Kalian juga sudah tau kan kalau tempat itu memakan korban. Ngapain kalian samperin, sih? Kalian tidak ingin bernasib sama seperti teman kita yang sudah pergi, kan?”
“Iya!” Akihiro ikut menimpali karena ia tidak akan membiarkan Dennis sendiri. “Rumah itu benar-benar berbahaya, Jika kau pergi ke sana, maka kau akan mati seperti teman kita yang sudah tahu bagaimana rasanya jadi korban di sana.”
“Kau diam saja, Dian! Kau masih belum bebas dari tersangka hanya karena Dennis membelamu. Kau diam saja.”
“Ih! Tapi aku hanya memberitahu betapa berbahayanya tempat itu!”
“Karena tanda berbahaya itulah yang membuat kami penasaran untuk memeriksanya. Ayolah! Sebentar saja! Kita bersama-sama ini. Tidak mungkin kita semua bakalan mati.”
“Tapi kita tidak tahu saat sampai di sana siapa yang akan mati.” Cahya membalasnya. “Bisa saja kau yang jadi korban berikutnya, Vin! Hayo! Gimana, tuh?”
“Tidak mungkin aku–“
“Sudah berhenti kalian semua!” Setelah lama terdiam dalam keributan teman-temannya, Dennis pun kembali mengeluarkan suaranya untuk menenangkan semuanya. “Aku… akan memberitahukan tempatnya! Tapi… akibatnya kalian tanggung sendiri. Aku… aku sudah memperingati kalian, ya?”
“Ugh, baiklah! Ayo cepat! Sebelum matahari tenggelam.”
“Dennis, apa kau serius? Kita kan tidak boleh pergi ke sana.” Bisik Cahya dengan nada cemas.
“Biarin saja. Mereka semua tidak bisa dibilangin. Aku tidak ingin membantu jika ada masalah.” Jawab Dennis. Kemudian ia kembali mendongak, menatap ketua kelas yang jauh lebih tinggi darinya lalu mengajaknya dengan isyarat mata.
“Ayo. Sekarang ikuti aku!”
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Kue Keju
sini aku bunuh kalian semua
2020-12-14
1
saya siapa??
GAS DENNIS! GAS AJA!! JANGAN DIPENDAM DAH LAH~
2020-09-21
7
Nene
scene Cahya kissu Ama Dennis: di saat kak Pipit nulis scene ink, perasaan Kak Pipit sebenarnya nggak terima
Scene Teman sekelas ke rumah tua: AWAS AJA UDAH KETEMU AMA ANAKNYA!!!! AWAS AJA!NN
2020-09-20
3