Episode 16– Anak-anak Badung

Di rumah, ibu Dennis sedang menunggu kepulangan anaknya. Ia sedang menonton TV di sofa sambil memakan kue buatannya. Lalu tak lama kemudian, terdengar suara bel rumah berbunyi.

“Eh? Apa mereka sudah pulang?” Ibunya Dennis mengecilkan volume TV lalu berdiri dari tempatnya. Tapi belum beranjak dari sana. “Tapi… kalau pulang, Dennis dan yang lainnya tidak pernah membunyikan bel. Berarti ada tamu.”

Ibu Dennis melangkah mendekati pintu depan. Setelah di depan teras, ibu membukakan pintu. Dapat terlihat dibalik pintu ada seorang wanita cantik yang berdiri membawa koper. Ibu tentu saja tidak asing dengan wajahnya. Karena ia tahu kalau yang datang itu adalah…

Mizuki Hanashita!

“Wah… kamu Zuki, ya? Sudah kembali?” tanya Ibu dengan senangnya.

Mizuki tersenyum. Ia menjawab, “Ya. Aku sudah janji dengan Dian kalau aku akan pulang hari ini. Tapi sepertinya aku terlambat, hehe… ini udah terlalu sore.”

“Ah, tidak apa-apa. Mereka juga belum pulang. Entah tidak seperti biasanya. Saya jadi khawatir.”

“Mereka yang dimaksud ibu itu Dennis dan Cahya? Termasuk si Dian juga? Kenapa mereka masih belum pulang dari kampus?”

“Iya. Mereka belum kembali sama sekali. Entah kenapa akhir-akhir ini mereka selalu terlambat pulang.”

“Oh, ibu jangan khawatir! Aku akan coba untuk menghubungi Dian, ya?”

“I–iya. Oh! Ayo masuk dulu. Kau pasti capek, kan?”

“Ah, iya, bu! Makasih!”

****

Di lain tempat, Dennis dan teman-teman sekelasnya telah sampai di depan jalan masuk hutan di pinggir jalan. Untuk masuk ke sana terdapat jalan sepetak yang akan menuntun sampai di rumah tua besar.

Sebelum masuk, Dennis memberitahu, “Dari sini tinggal masuk saja ke dalam. Jalannya masih bisa dimasuki mobil. Tapi karena kita sedang tidak naik mobil, jadi langsung saja. Ayo!”

Semuanya mengangguk. Dennis kembali menggerakkan langkahnya. Diikuti oleh semua temannya yang ingin mengetahui lokasi rumah tua tersebut.

Saat sampai di sana, mereka dapat melihat rumah besar yang terbengkalai itu. Tapi dari kejauhan. Karena sebelum sampai di lingkungan berbahaya tersebut, tempat itu telah dikelilingi banyak garis kuning polisi yang diikat di setiap pohon di sana.

“Kan? Sudah aku bilang. Tempat ini ditutup. Kita tidak bisa masuk ke lebih dalam lagi.” Ujar Dennis di depan garis polisi.

Ia berbicara pada semua temannya yang masih penasaran. Tapi ternyata, mereka semua belum puas hanya dengan melihat rumah itu dari kejauhan. Mereka ingin melihat, bahkan sampai ada yang ingin menyentuh bangunannya.

Salah satu dari mereka ada yang bernama Azi ingin nekat melewati garis polisi tersebut. “Ayolah, Dennis! Ini hanya garis biasa. Kita bisa melangkahi dan melompatinya.”

“Nah, iya itu!”

“Hehe… ayolah! Gaskeun!”

“Hei! Kalian lihat, dong!” Dennis tidak suka dengan kelakuan teman-temannya yang tidak bisa dibilangin. Sekali lagi, Dennis memperingati mereka semua. “Di sini adalah batasnya. Kita tidak boleh nekat masuk ke sana. Jika garis seperti ini sudah dipasang, berarti sangat dilarang. Tempat itu benar-benar berbahaya!”

“Kau sangat penakut sekali, Dennis!” Seorang manusia nakal bernama Deff meledeknya. “Payah, kau! Aku suka sekali adrenalin. Bagiku hanya untuk mengunjungi rumah lama itu saja mah kecil sekali. Tidak ada yang harus dikhawatirkan!”

“Nah, ayolah! Hanya rumah doang. Kan benda mati tidak bisa menakut-nakuti kita. Sekarang ayo coba masuk saja, lah!”

“Yeay! Kelihatannya menyenangkan! Tolong bantu angkat aku melewati garis-garis ini, ya?”

“Ah, payah kau!”

Ternyata tidak hanya para laki-laki saja yang masih berniat untuk mengunjungi rumah tua itu. Para perempuan lainnya juga ada yang ingin ikut. Mereka semua.

Ingin ikut bersama. Mereka meremehkan peringatan Dennis. Sementara Dennis sendiri tidak tahu harus apa untuk menghentikan teman-temannya. Mereka tidak tahu kalau setelah mendekati rumah itu, kematian mereka semakin dekat.

“Teman-teman! Tunggu dulu! Hei! Hei! Kalian tidak boleh masuk, loh!”

Dennis merasa suaranya yang keluar untuk memperingati teman-temannya tidak akan berguna. Mereka semua sangat susah untuk diberitahukan. Apalagi mereka terlihat sangat penasaran dengan tempat itu. Walau hanya sebentar saja, tapi bisa berdampak buruk.

Tempat terkutuk seperti itu tidak suka dengan kedatangan banyak orang. Bagaimana kalau penghuninya tidak menerima mereka semua? Apalagi beberapa anak suka ada yang berkata kasar. Akan sangat berbahaya.

Dennis sendiri sudah melihat secara langsung si penghuni rumah itu. Ia sangat ketakutan. Tapi ia belum pernah melihat teman-teman sekelasnya ketakutan. Walau begitu, Dennis tetap tidak ingin membuat teman-temannya dalam masalah.

“Ah, mau bagaimanapun, aku harus menghentikan mereka!”

Dennis akan bertindak lagi, walau teman-temannya akan memperlakukan dirinya dengan kasar. Tapi sebelum itu, tiba-tiba terdengar suara teguran seseorang dari belakang Dennis.

Yang pertama menoleh adalah Akihiro dan Cahya. Lalu Dennis. Kemudian teman-teman Dennis yang lain. Mereka semua terkejut mendengar suara teguran tadi.

“Eh? Kak… kak Rei?” Dennis bergumam dalam hati. Ia tidak percaya dengan kehadiran Rei di sana. Dennis juga merasa takut karena dirinya telah ketahuan oleh Rei sedang berada di tempat yang dilarang. Padahal Dennis sudah berjanji padanya untuk tidak mendekati tempat ini.

Rei berdiri di samping Dennis. Ia kembali menegur beberapa orang yang telah melewati garis kuning tersebut. “Hei! Apa yang kalian lakukan di sini, hah? Kalian tidak boleh ada di sini!”

“Eh? Memangnya kau ini siapa?” tanya ketua kelas, Dedi. “Dan kau sendiri juga mau apa?”

“Aku datang ke sini karena ingin memeriksa tempat yang katanya berbahaya ini.” Jawab Rei jujur.

Dari tadi siang, dia memang berniat ingin mengunjungi rumah tua itu sendirian. Makanya dia datang sekarang. Tapi saat sampai di tujuannya, ia sudah melihat beberapa orang yang berkumpul dekat rumah tersebut. Saat ia melihat ada Dennis juga di sana, maka Rei akan mencoba untuk menghampiri mereka.

“Lah? Memangnya kau siapa? Masa kau boleh, kami semua tidak boleh masuk?!”

Rei menghembuskan napas panjang, lalu merogoh kantung jaketnya. Ia mengeluarkan kartu nama miliknya. “Aku adalah polisi yang bertugas di sekitar sini. Aku perintahkan kalian untuk pergi dari tempat ini.”

“Po–polisi ternyata!” Salah satu anak cewek di sana pun terkejut. Ia tidak ingin terkena jalur hukum hanya karena mendekati sebuah rumah tua. Tapi mereka semua masih belum mengetahui identitas Rei yang sebenarnya.

Kartu nama polisi itu hanya tipuan. Ia bukan benar-benar anggota kepolisian. Hanya bekerja sama saja untuk beberapa waktu.

“Sebaiknya… kalian cepat pergi dari sini.” Rei memperingatkan lagi. “Ini untuk yang terakhir kali, cepat pergi dari tempat ini!”

“Pak!” Salah satu temannya Dennis yang bernama Heri mengangkat tangannya untuk bertanya sesuatu.

Seketika setelah mendengar kata “Pak” yang dikeluarkan anak itu untuk memanggil Rei, Akihiro langsung tertawa secara diam-diam. Padahal umur Rei dengan mereka semua hanya beda satu tahun atau beberapa bulan saja.

“Pak! Kalau boleh tahu… kenapa tempat ini bisa ditutup?” Itulah pertanyaanya.

“Karena rumah besar itu. Rumah itu terbilang angker dan terkutuk. Akhir-akhir ini banyak yang meninggal karena bunuh diri di sana. Penyebabnya masih belum diketahui. Makanya aku ingin pergi untuk memeriksa.” Jelas Rei. Ekspresinya kembali datar lalu melanjutkan dengan bergumam, “Kumohon, jangan panggil aku ‘Pak’.”

“Oh iya, kalau aku perhatikan, dia terlalu muda untuk dipanggil ‘Pak’, sih!” Bisik salah satu anak cewek di paling belakang kepada teman sampingnya. Kemudian temannya itu kembali menjawab bisikannya. “Tapi ganteng juga, tau.”

“Tapi kumohon! Kami ingin melihat rumah itu dari dekat. Hanya sebentar saja, ya? Ya?” Annisa, salah satu dari teman sekelas Dennis malah memaksa. “Sebentar lagi akan gelap, kami tidak mungkin berani berlama-lama di sana. Kami akan segera pulang, kok!”

“Hmm… bagaimana, ya?” Rei akan memikirkannya. Seketika semua temannya Dennis langsung memaksa Rei untuk mengizinkan mereka. Sementara Dennis, Akihiro dan Cahya hanya diam saja melihat perlakuan mereka.

Namun tak lama kemudian, setelah lama terdiam, Rei melirik ke arah Dennis. Ia mendekatkan wajahnya pada Dennis untuk berbisik.

Dennis terdiam dan mendengarkannya. Seketika semua orang langsung diam dan merasa terheran dengan Rei yang benar-benar mereka anggap sebagai polisi itu bisa kenal dekat dengan Dennis.

“Dennis, apa kau ke sini gara-gara mereka?” bisik Rei.

“Ya begitulah. Maaf, mereka memaksaku untuk menunjukkan jalannya.” Jawab Dennis. “Aku sudah melarang mereka, tapi mereka tidak mau dengar.”

“Oh, begitu, ya?” Rei bergumam lalu kembali menjauhkan wajahnya. Ia berdiri tegak, lalu kembali melirik ke arah teman-temannya Dennis yang sedari tadi terus memandangnya dengan penuh harap agar mereka bisa diizinkan untuk mendeakti rumah tua itu.

“Ayolah, jawab! Keburu malam ini. Kami boleh pergi atau tidak?” tanya Dedi yang semakin memaksa.

*

*

*

To be continued–

Terpopuler

Comments

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

Bandel banget sih temannya si Dennis😐
Kalo aku mah ku biarin aja mereka ke rumah misterius itu biar tau bahaya yng mengancam nyawa mereka yng gk peka sama omongannya dennis😎

Entah diparagraf brp aku tiba² ketawa sendiri pas temannya Dennis panggil Rei "Pak" sama diketawain si Dian🤣🤣🤣🤣

2021-06-22

1

#Riski JR

#Riski JR

Kagak punya kuping ngapa ?

2021-01-30

2

Gisella Revalyna

Gisella Revalyna

rasanya pengen ku potong telinga mereka nga mau dengerin denis,dian,ama cahaya.😬

2020-09-21

8

lihat semua
Episodes
1 Episode 1– Cerita Horor
2 Episode 2– Kasus yang Sama
3 Episode 3– Sore Hari
4 Episode 4– Mencari Akihiro
5 Episode 5– Rumah Tua
6 Episode 6– Penemuan Mayat
7 Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8 Episode 8– Kemunculannya
9 Episode 9– Mimpi Buruk
10 Episode 10– Serangan Hantu Malam
11 Episode 11– Cafe
12 Episode 12– Cafe, part 2
13 Episode 13– Tuduhan
14 Episode 14– Rei dan Alicia
15 Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16 Episode 16– Anak-anak Badung
17 Episode 17– Pemikiran Rei
18 Episode 18– Kematian
19 Episode 19– Kecemasan Dennis
20 Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21 Episode 21– Rei dan Viro
22 Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23 Episode 23– Tentang Viro
24 Episode 24– Tragedi di Stasiun
25 Episode 25– Keributan di Kelas
26 Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27 Episode 27– Kantin
28 Episode 28– Berdiskusi
29 Episode 29– Berdiskusi, part 2
30 Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31 Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32 Episode 32– Catatan Rei
33 Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34 Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35 Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36 Episode 36– Firasat Cahya
37 Episode 37– Pengganggu
38 Episode 38– Kecelakaan
39 Episode 39– Di Rumah Dennis
40 VISUAL NOVEL
41 Episode 40– Dennis dan Rei
42 Episode 41– Rei dan Viro (2)
43 Episode 42– Orang Asing
44 Episode 43– Kabar Duka
45 Episode 44– Vira
46 Episode 45– Dirasuki
47 Episode 46– Perempuan Aneh
48 Episode 47– Kematian Beruntun
49 Episode 48– Berkumpul
50 Episode 49– Berkumpul, part 2
51 Episode 50– Berkumpul, part 3
52 Episode 51– Berkumpul, part 4
53 Episode 52– Rei dan Lino
54 Episode 53– Pisau
55 Episode 54– Mengantar Pulang
56 Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57 Episode 56– Orang Asing (2)
58 Episode 57– Laura
59 Episode 58– Laura, part 2
60 Episode 59– Balas Dendam
61 Episode 60– Balas Dendam, part 2
62 Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63 Episode 62– Malam yang Merepotkan
64 Episode 63– Persiapan
65 Episode 64– Persiapan, part 2
66 Episode 65– Rumah Tua
67 Episode 66– Buku Gambar
68 Episode 67– Buku Gambar, part 2
69 Episode 68– Buku Gambar, part 3
70 Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71 Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72 Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73 Episode 72– Serangan Chiko
74 Episode 73– Ruang Rahasia
75 Episode 74– Melarikan Diri
76 Episode 75– Zaky dan Kasih
77 Episode 76– Anjing Hitam
78 Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79 Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80 Episode 79– Kain Putih
81 Episode 80– Serangan Chiko (2)
82 Episode 81– Pengorbanan
83 Episode 82– Pengorbanan (2)
84 Episode 83– Kain Putih (2)
85 Episode 84– Ancaman
86 Episode 85– Jalan Keluar
87 Episode 86– Jalan Keluar (2)
88 Episode 87– Rumah Sakit
89 Episode 88– Gadis itu Lagi
90 Episode 89– Merasa Kehilangan
91 Episode 90– Suprise
92 Episode 91– Penjelasan
93 Episode 92– Taman Hiburan
94 Episode 93– Moment Bahagia
95 Episode 94– Malam Pertama
96 Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97 PENGUMUMAN BARU
98 Hmmm
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Episode 1– Cerita Horor
2
Episode 2– Kasus yang Sama
3
Episode 3– Sore Hari
4
Episode 4– Mencari Akihiro
5
Episode 5– Rumah Tua
6
Episode 6– Penemuan Mayat
7
Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8
Episode 8– Kemunculannya
9
Episode 9– Mimpi Buruk
10
Episode 10– Serangan Hantu Malam
11
Episode 11– Cafe
12
Episode 12– Cafe, part 2
13
Episode 13– Tuduhan
14
Episode 14– Rei dan Alicia
15
Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16
Episode 16– Anak-anak Badung
17
Episode 17– Pemikiran Rei
18
Episode 18– Kematian
19
Episode 19– Kecemasan Dennis
20
Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21
Episode 21– Rei dan Viro
22
Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23
Episode 23– Tentang Viro
24
Episode 24– Tragedi di Stasiun
25
Episode 25– Keributan di Kelas
26
Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27
Episode 27– Kantin
28
Episode 28– Berdiskusi
29
Episode 29– Berdiskusi, part 2
30
Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31
Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32
Episode 32– Catatan Rei
33
Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34
Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35
Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36
Episode 36– Firasat Cahya
37
Episode 37– Pengganggu
38
Episode 38– Kecelakaan
39
Episode 39– Di Rumah Dennis
40
VISUAL NOVEL
41
Episode 40– Dennis dan Rei
42
Episode 41– Rei dan Viro (2)
43
Episode 42– Orang Asing
44
Episode 43– Kabar Duka
45
Episode 44– Vira
46
Episode 45– Dirasuki
47
Episode 46– Perempuan Aneh
48
Episode 47– Kematian Beruntun
49
Episode 48– Berkumpul
50
Episode 49– Berkumpul, part 2
51
Episode 50– Berkumpul, part 3
52
Episode 51– Berkumpul, part 4
53
Episode 52– Rei dan Lino
54
Episode 53– Pisau
55
Episode 54– Mengantar Pulang
56
Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57
Episode 56– Orang Asing (2)
58
Episode 57– Laura
59
Episode 58– Laura, part 2
60
Episode 59– Balas Dendam
61
Episode 60– Balas Dendam, part 2
62
Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63
Episode 62– Malam yang Merepotkan
64
Episode 63– Persiapan
65
Episode 64– Persiapan, part 2
66
Episode 65– Rumah Tua
67
Episode 66– Buku Gambar
68
Episode 67– Buku Gambar, part 2
69
Episode 68– Buku Gambar, part 3
70
Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71
Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72
Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73
Episode 72– Serangan Chiko
74
Episode 73– Ruang Rahasia
75
Episode 74– Melarikan Diri
76
Episode 75– Zaky dan Kasih
77
Episode 76– Anjing Hitam
78
Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79
Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80
Episode 79– Kain Putih
81
Episode 80– Serangan Chiko (2)
82
Episode 81– Pengorbanan
83
Episode 82– Pengorbanan (2)
84
Episode 83– Kain Putih (2)
85
Episode 84– Ancaman
86
Episode 85– Jalan Keluar
87
Episode 86– Jalan Keluar (2)
88
Episode 87– Rumah Sakit
89
Episode 88– Gadis itu Lagi
90
Episode 89– Merasa Kehilangan
91
Episode 90– Suprise
92
Episode 91– Penjelasan
93
Episode 92– Taman Hiburan
94
Episode 93– Moment Bahagia
95
Episode 94– Malam Pertama
96
Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97
PENGUMUMAN BARU
98
Hmmm

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!