Saat di dalam mobil, Alicia membuka laci kecil dalam mobil dan mendapatkan sebungkus kemasan kapas dan obat merah. Alicia akan mengobati memar di bibir Rei itu. Tapi Rei menolaknya karena ia selalu bilang kalau ia tidak apa-apa. Tidak ada yang sakit dan terluka.
Alicia pun mengurunkan niat. Ia kembali menaruh obat itu ke dalam laci, lalu menyentuh kemudi mobil dan menyandarkan tubuhnya di bangku. Begitu juga dengan Rei. Mereka menghembuskan napas berat bersamaan.
“Untuk sekarang sepertinya aku harus menghemat tenagaku untuk nanti sore.” Batin Rei. Ia menatap keluar jendela lalu bengong.
Alicia kembali mengejutkannya dengan pertanyaan. Seketika Rei langsung kembali menoleh ke Alicia.
“Rei, bagaimana kau bisa tahu orang itu ingin mencuri? Padahal kita sedang berjalan. Matamu sepertinya tajam sekali.” Itulah yang ditanyakan Alicia secara tiba-tiba.
“Oh, kau harus mengetahui tandanya. Awalnya aku curiga. Pria tadi selalu dekat sekali jaraknya dengan nenek malang itu. Selalu berjalan di belakang si nenek. Sedangkan neneknya sendiri terlihat seperti tidak mempedulikan si pria itu. Jika pria itu ingin melewati si nenek, maka ia bisa berjalan lebih cepat di sampingnya. Tapi ini tidak. Dari sana lah aku mulai curiga. Saat di depan toko tadi tidak ada orang di sana. Mungkin aku pikir, kesempatan itulah yang akan si pria itu lakukan untuk menjambret tas si nenek.”
“Makanya sebelum itu terjadi, aku memintamu untuk berhenti. Tapi sebelum aku keluar, aku menatap kaca spion dulu untuk memeriksa keadaan belakang. Mereka berdua dapat terlihat, yaitu si korban dan pelaku. Ternyata benar saja, saat aku perhatikan kepalanya menoleh ke sekitarnya lalu tangannya mulai beraksi. Saat itulah aku mulai bergegas tadi.” Penjelasan pun diakhiri.
Alicia mengangguk paham. Ia membuang muka dari Rei lalu tersenyum. Lalu di dalam hati ia bergumam, “Pemikirannya cepat sekali dan insting yang tepat! Aku suka.” Setelah itu, ia kembali menatap Rei dengan wajah biasa lalu mengacungkan jempol padanya.
“Kerja bagus, Rei!”
“Ya. Makanya kau juga harus lebih memperhatikan. Bukan patroli kalau kejadian seperti tadi saja kau lewat dan tinggalkan.” Ucapan Rei langsung menusuk Alicia.
Alicia sendiri hanya menahannya dengan senyuman. Setelah itu Rei bergumam, “Pria itu nekat juga ternyata. Ada mobil polisi yang lewat, tapi ia tetap tidak peduli dan terus melaksanakan aksinya.”
“Tapi sayangnya dia kabur.” Sela Alicia. “Aku takut kalau pria tadi merencanakan aksi yang sama di tempat lain.”
“Maka dari itu, dia tidak boleh dibiarkan. Untung aku ingat dengan wajahnya.”
“Keren, Rei! Nanti kau beritahu ke pak kepala ciri-cirinya. Biar digambarkan oleh mereka dan dicari orang itu dengan segera.”
“Iya baiklah. Tapi kalau aku ada waktu.”
“Hei, memangnya kau sibuk selalu, ya? Kalau aku perhatikan, kau selalu malas-malas saja.”
“Kau tidak tahu kegiatanku yang sebenarnya.”
“Hehe… oke deh tukang sibuk!”
“Sudah, jangan banyak bicara. Lanjutkan saja tugasmu dan jalankan mobil ini.” Ucap Rei cepat dengan malas. Ia kembali membuang muka dan lebih memilih menatap keluar jendela. “Peranku di sini hanya untuk menemanimu saja. Aku tidak ingin banyak membuang energi.”
Alicia cemberut setelah mendengarnya. Ia menghela napas panjang lalu kembali memutar kunci mobil dan menyalakannya. Setelah itu menjalankannya secara perlahan. Rei duduk dengan malasnya di dalam mobil sambil menunggu senja.
Namun saat siang hari, mereka memutuskan untuk berhenti sejenak. Membeli minuman dan istirahat sebentar di dalam mobil.
****
Siang hari yang panas, tidak mematahkan semangat para pelajar untuk menuntut ilmu di tempat mereka. Untung AC di kelas masih menghembuskan angin yang sejuk. Jadi tidak terlalu panas. Tapi ya… tetap saja panas di otak mereka karena menerima banyak pelajaran hari ini.
Dennis yang sedang menyimak pelajaran dari materi yang dijelaskan gurunya di depan selalu menguap. Baru saja ia menguap untuk yang kelima kalinya karena merasa ngantuk dengan pelajaran.
Sementara Cahya di sampingnya juga merasakan hal yang sama. Kalau Akihiro sudah tidur entah sejak kapan. Ia menutupi kepalanya dengan buku biar terlihat seakan ia sedang membaca.
Yang lainnya juga merasakan hal yang sama. Ada yang memerhatikan sambil menahan mata agar tidak terkalahkan oleh kantuk, ada yang sibuk mainin pulpennya, ada yang menggambar di kursi belakang. Kalau Viro hanya membaca buku yang tidak dibahas materi sekarang.
Intinya mereka semua berharap, bel cepat muncul dan segera pulang!
****
Hari-hari yang melelahkan pun berlalu. Padahal mereka hanya duduk saja di tempatnya, tapi benar-benar menguras tenaga otak. Kalau duduk terlalu lama juga tidak enak. Tapi untungnya semuanya telah berakhir hari ini. Mereka bisa mengeluhkan hari esok saat di rumah saja.
Sekarang waktunya pulang!
“Dennis, nanti kita beli ikan bakar dulu, ya? Sebelum pulang," tanya Cahya setelah ia menggendong tasnya di belakang. "Kemarin kan kita gak jadi beli."
Dennis yang sedang merapihkan bukunya hanya mengangguk. Lalu setelah ia mengangkat tasnya juga, Dennis menjawab, “Ya. Beli lebih. Untuk si Hitam juga dan kucing lainnya yang suka nunggu di halaman belakang.”
“Oke ayo!”
“Hei, kalian mau beli ikan, ya?” Akihiro tiba-tiba muncul dari belakang Cahya dan mengejutkannya. “Aku beliin, ya? Hehehe….”
Cahya tersenyum sinis. “Heh? Mau? Tapi bilang mohon dulu.”
“Ah, ayolah! Masa begitu?”
“Harus, lah!”
“Huh, berarti kau tidak ikhlas membelikan aku ikannya.”
“Terserah kalau tidak mau dibelikan.”
“Oh, ayolaaaah!!”
Dennis yang melihat kelakuan kedua temannya itu hanya bisa tertawa kecil. Ia menggeleng pelan lalu menyentuh pundak Akihiro dan berbisik. “Ayolah, Kak Dian aku yang beliin.”
“Oh, benarkah?”
“Hei! Kalian bisikkin apa tuh?”
“Bukan apa-apa! Hehe….”
“Se–sekarang ayo kita pulang!”
“Yeay! Ikan bakar yang enak!”
Dennis dan Akihiro terlihat bersemangat sekali. Lalu mereka berlari keluar kelas meninggalkan Cahya yang masih berdiri. Cahya pun berteriak, “Oy! Kalian berdua, tunggu!” dan langsung berlari mengejar kedua temannya yang mendahuluinya.
Setelah kelas selesai, biasanya para mahasiswa lainnya langsung bubar dan buru-buru untuk pulang. Tapi berbeda dengan hari ini. Entah kenapa, baru Dennis, Cahya dan Akihiro saja yang pergi. Yang lain masih di kelas membereskan barang-barang mereka secara perlahan. Tapi sikap mereka seperti disengaja dan sudah direncanakan.
Lalu setelah kelompoknya Dennis pergi, semua mata langsung menuju ke pintu depan kelas. Tiba-tiba saja mereka semua langsung bergegas untuk bersiap. Lalu setelah itu, semuanya pun bersama-sama keluar dari kelas.
Di kelas hanya tinggal si anak penyendiri, yaitu Viro. Ia berpura-pura membaca buku, tapi ia juga mencurigai sikap teman-temannya. Setelah semuanya pergi, Viro baru beranjak dari tempatnya sambil mengetik ponelnya. Saat itulah, kelas pun sepi.
“Dennis! Setelah beli ikan, kita beli es, ya? Aku haus.” Pinta Akihiro yang berjalan di samping kiri Dennis.
Lalu Cahya yang ada di samping sebaliknya itu langsung membentak Akihiro. “Enak banget kamu mintanya! Kenapa ga beli sendiri?”
“Aku mau beli sendiri! Tadi aku Cuma ngajak Dennis doing, loh!”
“Oh, gitu. Aku juga ikut, hehe….”
“Sudahlah kalian berdua.” Dennis tersenyum ragu lalu tertawa kecil. Ia menghentikan langkah sejenak untuk bicara dengan kedua temannya sebentar. “Kita akan beli apa saja nanti. Hanya makanan, ya? Untuk istirahat di rumah. Kan seperti biasa. Kebetulan tadi ibuku memberi lebih, hehe… beliau baik sekali!”
“Bagus itu, Dennis! Aku mau cemilan yang banyak, haha….”
“Hadeh… aku ikut denganmu saja lah, Dennis!”
“Hehe… baiklah, sekarang ayo pergi! Diawali dengan membeli ikan bakar yang enak itu, umm….”
“Oke ayolah… keburu gelap!”
Dennis dan Cahya mengangguk. Mereka akan pergi keluar dari lingkungan kampus. Tapi sebelum itu, seseorang berteriak memanggil Cahya dari belakang. Cahya sendiri menoleh, diikuti dengan Dennis dan Akihiro.
Ada seseorang yang tak dikenal berlari menghampiri. Hanya Dennis dan Akihiro saja yang tidak mengenalnya. Tapi ternyata Cahya mengenal orang itu.
“Se–senior? Ada apa?” Cahya menyahut.
Senior yang dibilang Cahya itu pun sampai dan berdiri di hadapannya. Seniornya adalah laki-laki yang tampan dan memiliki tubuh yang bagus. Berkulit putih yang halus dan mata hijau yang indah. Hidung mancung dan memiliki rambut yang rapih. Dia idaman para cewek di kampus. Tak jarang beberapa wanita selalu menatapnya saat ia lewat. Apalagi seperti saat ini.
Semua mahasiswa berada di luar gedung untuk menuju gerbang dan berjalan pulang. Tapi saat senior itu mendekati Cahya, pandangan mata mereka menatap Cahya. Dennis jadi merasa tidak nyaman dengan tatapan mata mereka. Seketika ia bergumam dalam hati, “Tolong jangan lihat aku. Jangan lihat.”
Sementara itu, Akihiro, “Waw, para ladies menatapku dengan mata indah mereka. Semoga aku terlihat keren di mata mereka, hihi….”
“Maaf mengganggu waktumu sebentar.” Senior itu menjawab Cahya akhirnya. Tapi tiba-tiba saja pipinya mengeluarkan blush yang terlihat samar. Tak lama wajahnya memerah. “Aku… ada yang ingin aku berikan dan ucapkan padamu.”
“Eh?” Cahya menelengkan leher. Menatap senior dengan mata besarnya, lalu mengedipkannya sebanyak dua kali. “Apa yang ingin senior tanyakan padaku?”
“Um… anu… begini… mumpung lagi ada waktu yang tepat… aku ingin bilang padamu kalau…” Senior mulai merogoh kantung jaketnya dan mengeluarkan sesuatu. Dengan cepat, ia langsung memberikan sebuah amplop putih pada Cahya.
“Cahya! Aku suka padamu!”
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
fah !!
serasa mau ship Rei x Dennis aku tuh
btw ini cuma pandangan bagi para fujofudan ya:v jgn ngehujat aku
2021-02-11
1
☆???🐇
eehh?! 🐰😂
2020-12-25
0
Nene
Hem....melihat Alicia dekat Ama Rei membuat diriku naik darah...rasanya mau....
Mencabut kedua tangannya yang menyentuh Rei dan mengeluarkan isi kepalanya agar bisa menghilangkan ingatannya terhadap rei
2020-09-19
8