“Apa? Ada apa memanggil namaku?”
Seketika semuanya langsung menoleh. Mereka terkejut karena Viro yang sebenarnya muncul secara mendadak tanpa mereka sadari. Ia sedang membawa nampan dengan kopi di atasnya. Saat ini sebelum pergi ke kampus, ia ingin membantu kakaknya untuk menjadi pelayan cafe.
“Kau lagi-lagi membuat kami terkejut, Viro!” Akihiro membentak. Tapi Viro tetap memandangnya biasa tanpa ekspresi. Ia hanya menaikan satu alis lalu bertanya dengan pertanyaan yang sama.
“Ada apa kalian memanggil namaku?”
“Ah tidak, kok! Semalam Dennis melihat hantu yang mirip dengan cerita horormu semalam.” Jawab Cahya. “Cerita horror khayalanmu itu, loh!”
“Itu kisah nyata dan bukan khayalanku.”
“Eh? Beneran kisah nayta?” Dennis terkejut. “Kalau begitu, apa kau bisa menjelaskan tentang
ceritamu itu?”
“Aku tidak ada waktu. Sekarang aku ingin mengantar minuman ini dulu.” Viro langsung pergi. Semuanya memandang dengan wajah kecewa.
Lalu setelah Viro pergi, Dennis bergumam, “Viro bilang itu kisah nyata? Rumah tua dan hantu anak laki-laki itu… dia tidak mengarangnya. Kalau begitu….”
“Berarti anak itu tahu tentang rumah tua tersebut.” Rei menyela. Ia menyeruput kopinya sampai habis lalu kembali bicara. “Sepertinya dia memang tahu banyak tentang rumah itu. Aku harus bertanya-tanya padanya.”
“Ah, sebaiknya jangan Kak Rei.” Dennis melarangnya lalu tertawa kecil. “Viro itu tidak suka diajak ngobrol panjang lebar gitu.”
“Aku hanya ingin bertanya beberapa hal padanya. Tapi nanti saja.”
“Oh, o–oke….”
“Baiklah kalau begitu, sekarang Dennis, kau lanjutkan pembicaraanmu. Beritahu aku ciri-ciri dari hantu yang kau lihat.”
“Ah, baik!” Dennis mengangguk. Ia akan menjawab Rei. “Ciri-cirinya… dia anak laki-laki. Berambut hitam, tubuhnya pucat dan penuh dengan luka bakar. Memakai baju putih yang sudah robek-robek gitu. Yang menyeramkannya adalah… pada bagian leher terdapat pisau kecil yang menancap di sana. Dia juga berdarah darah dengan tatapan mata yang hitam keseluruhan.”
Rei memejamkan mata dan mengangguk paham. Ia telah mendapatkan gambaran di dalam otaknya dari deskripsi yang diberikan Dennis.
Setelah itu, Rei kembali membuka matanya dan bertanya satu hal lagi pada Dennis. “Oke, Dennis. Aku sudah tahu hantunya bagaimana. Jadi sekarang coba ceritakan tentang kejadian yang kau alami semalam. Bagaimana hantu itu menyerangmu sampai kau… mendapatkan luka di pipimu itu.”
Dennis melebarkan matanya, lalu mengelus pipinya yang masih ditempel plester. “Oh, ini hanya luka kecil. Luka ini bukan aku dapatkan dari hantu itu.”
“Terus gara-gara kenapa?”
“Gara-gara Dian yang telah memukul Dennis dengan keras sampai terluka gitu.” Cahya menjawabnya. Ia masih sedikit kesal dengan Akihiro.
“Oh, ayolah! Sudah kubilang, aku tidak punya pilihan lain. Semalam itu benar-benar kacau. Dennis hampir saja mati. Jadi aku memukulnya saja untuk menenangkannya. Aku kan ingin menyelamatkannya.” Jelas Akihiro.
“Iya. Aku baik-baik saja, kok, Cahya!” Dennis tersenyum. Lalu matanya kembali melirik ke arah Rei dan kembali menceritakan kejadian semalam. “Akan aku lanjut. Sebenarnya aku hanya ingin bicara baik-baik saja dengan hantu itu. Karena aku bingung. Kenapa dia mengikuti aku gitu, seakan ingin menerorku. Tapi setelah aku bertanya, ia hanya menjawab gak jelas gitu.”
“Kau tanya apa padanya?”
“Aku tanya, apa tujuan dia terus mengikutiku? Gitu. Terus dia jawab, ‘Aku ingin mencari kain putih milikku’ gitu jawabnya. Lalu setelah itu, tiba-tiba dia menghampiri diriku dan seketika tubuhku seperti diambil alih olehnya. Aku tersadar kalau aku sedang mencekik leherku sendiri. Saat itulah, Kak Dian datang dan menolongku.”
Penjelasan Dennis diakhiri. Rei belum dapat menyimpulkannya. Tapi ia paham dengan cerita Dennis.
“Hantu itu sama bodohnya dengan Chika yang dulu.” Gumam Rei. Lalu matanya kembali menatap Dennis. “Hei, sepertinya hantu itu memang mengincarmu sekarang. Dia ingin kau mewujudkan keinginannya mau tidak mau, kalau tidak bisa maka dia akan membunuhmu kapan saja. Sepertinya juga kemampuan hantu itu adalah merasuki manusia dan mengendalikan mereka tanpa menyentuhnya. Sama seperti hantu Chika dulu. Dia pasti tidak akan sabaran.”
“Oh iya! Jadi begitu!” Alicia memahami sesuatu. Makanya ia sedikit terkejut. “Mungkin selama ini, kejadian kematian misterius di rumah itu disebabkan oleh si hantu yang suka membunuh.”
“Nah, aku juga berpikir begitu. Hantu kecil itu menarik beberapa orang untuk memaksa mereka membantu dirinya mencari benda kesayangannya. Kalau orang itu tidak ingin menurutinya… maka dia akan dibunuh!” Rei telah menyimpulkannya sekarang. Akhirnya ia paham masalahnya. Ia akan mencatatnya.
“Tapi Kak Rei! Apa hubunganku dengan hantu itu? Kenapa aku menjadi incarannya?” tanya Dennis.
“Sepertinya bukan kau saja, Dennis. Tapi kita semua.” Jawab Rei. “Dia tahu kalau kita telah memasuki wilayah si hantu yaitu di rumah tua pinggir hutan itu. Di sana juga kita telah menggagalkan aksi si hantu untuk membunuh Akihiro. Maka dari itu, dia akan terus mengincar kita semua. Makanya sekarang… kita harus mencari jalan keluar dari masalah ini!”
“Oh, tidak! Kita terlibat dengan masalah hantu lagi…” Akihiro mengeluh. “Dari dulu kenapa selalu nyawa kita yang kena bahayanya, sih?”
“Kau benar, Kak Dian. Entah kenapa selalu saja aku?” Dennis juga ikut mengeluh.
“Tidak hanya kalian, aku juga terlibat. Karena aku juga merasakan mimpi yang sama seperti kalian bertiga,” Ujar Rei. “Jadi sekarang tidak ada keluhan. Ayo kita pikirkan cara untuk bisa menyelesaikan masalah ini.”
“Tapi bagaimana caranya?”
“Kalian tahu, kan? Tujuan si hantu itu katanya ingin mencari selimut atau kain putih gitu. Sekarang tujuan kita juga harus membantunya mencari benda yang ia cari. Dengan begitu, masalah selesai dan hantu itu dapat kembali ke alamnya. Akhirnya semua orang juga aman. Tidak ada kasus kematian misterius lagi.” Jelas Rei.
“Itu sangat sulit. Bagaimana kita bisa menemukannya?” tanya Cahya.
“Coba dulu, ya? Untuk sementara kita jangan dekati rumah itu untuk menghindari terjadinya korban lagi!” tegas Rei.
“Oke, aku juga akan meminta bantuan polisi lain untuk menutup jalan menuju ke sana, agar tidak ada orang yang bisa masuk.” Timpal Alicia.
Rei mengangguk. Begitu juga dengan yang lainnya. Mereka menyetujui usul Rei untuk tidak mendekati rumah tua itu. Tapi jika hantu laki-laki muncul di hadapan siapa saja, Rei ingin orang itu tetap tenang dan lihat apa yang diinginkan si hantu. Jika dia menyerang, maka segeralah berteriak untuk meminta bantuan sebelum suara mereka habis.
Di lain tempat, ternyata Viro juga menguping mereka. Setelah mendengar semuanya, ia menyipitkan mata, menatap tajam ke kelompoknya Dennis lalu meninggalkan tempat.
****
Pukul setengah dua belas, Dennis, Cahya dan Akihiro bersama-sama bergegas ke kampus. Mereka berlari kecil.
Saat sampai di depan gerbang, mereka berhenti dan berjalan santai saja. Setelah melewati lapangan dan taman, mereka memasuki lorong lalu menaiki anak tangga menuju lantai dua untuk sampai di kelas.
Untuk hari ini, Viro tidak ikut berangkat bersama karena dirinya selalu terburu-buru. Jadi dia berangkat duluan. Paling sekarang si Viro sudah sampai di kelas. Menyendiri sambil membaca buku. Sikapnya memang tidak suka bergaul. Bertolak belakang sekali dengan kakak perempuannya yang selalu ceria.
Saat sampai di kelas, mereka bertiga merasa ada yang tidak biasa. Dari luar, pintu kelas tertutup dan di dalam terlihat dari jendela sudah banyak mahasiswa yang datang, tapi mereka pada berdiam diri di tempat. Tidak berisik seperti biasa.
Dennis tidak mempedulikannya. Ia pun membuka pintu lalu masuk secara perlahan ke dalam kelas. Diikuti oleh Cahya dan Akihiro juga dari belakang. Tapi setelah mereka masuk, tiba-tiba saja lirikan mata mereka langsung mengarah ke Dennis, Cahya dan Akihiro.
Dennis yang melihat lirikan mata mereka jadi merinding. Mereka semua menatap tajam. Biasanya kan hanya melihat untuk beberapa detik saja untuk melihat siapa yang baru datang. Tapi sekarang kenapa seisi kelas menatap ke mereka bertiga?
Akihiro sendiri tidak mempedulikannya. Dengan santai, ia masih memakan cemilannya sambil berjalan ke tempat duduknya. Setelah Akihiro melewati Dennis dan Cahya yang berhenti, mata mereka ternyata hanya menatap ke Akihiro.
Hawa di dalam kelas juga berbeda. Dennis melihat ada dua vas yang diisi oleh bunga orang meninggal di atas meja. Yang diletaki vas tersebut adalah mejanya Ivan yang berada di belakang tempat Dennis dan Kiki yang terletak paling belakang.
Setelah melihat vas bunga itu, Dennis akhirnya tahu apa yang terjadi. Semua temannya telah mengetahui kalau kedua teman mereka telah tiada. Jadi mereka semua terdiam karena masih berduka cita. Begitulah yang Dennis pikirkan.
Lalu tak lama kemudian, seseorang datang menghampiri Akihiro dengan cepat. Ia langsung mendorong pundak Akihiro dan membentak namanya. Dennis dan Cahya terkejut. Tapi Akihiro sendiri hanya menatapnya biasa.
“Ada apa, sih?"
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
☆???🐇
apa viro punya kemampuan khusus macem yuni ?
2020-12-25
0
Nene
banyak bet kak Ano komen_-
2020-10-10
3
Ano-kun
elaah spam!! :'vvv
2020-09-16
5