“Menurutku kalian berdua itu gak cocok. Pasti salah satu dari kalian itu ada yang ingin cepat-cepat pacaran atau ya… cinta karena belas kasihan.”
“Maksud perkataanmu itu apaan, sih?!” Cahya mulai geram.
Dennis yang melihatnya langsung berusaha untuk menenangkannya. Tak lama kemudian ia juga ikut membalas perkataan Viro. “Viro! Memangnya apa masalahmu? Apa maksudnya kami tidak cocok? Apa kami memang tidak ditakdirkan untuk saling jatuh cinta?”
“Mengungkapkan perasaan itu tidak hanya harus dengan ucapan. Tapi hati juga harus serius gitu… maksudku kalian pasti punya alasan kenapa kalian sangat menyukai orang yang kalian ingin cintai itu! Coba sekarang aku tanya pada Dennis!” Langsung saja Viro menunjuk ke arah Dennis. “Coba beritahu apa alasanmu menembak Cahya dulu? Eh, pastinya kau duluan kan yang ngungkapin perasaan pada Cahya?”
“I–iya sih aku duluan.” Dennis menjawabnya gugup. Ia akan mmemberitahu alasannya dengan jujur. “Aku suka pada Cahya karena dia wanita yang langka untukku. Dia sangat berbeda seperti yang lainnya. Untuk alasan tertentu, aku tidak pernah memilih wanita yang dilihat dari pandangan fisiknya. Tapi sifatnya! Cahya itu baik hati, dia penyayang dan tulus. Sopan dan kuat.”
Dennis berhenti. Cahya terus memandangi Dennis dengan mata berbinar-binar karena terharu. Namun sebagian ia juga merasa maluber campur perasaan bahagia.
Tak lama setelah Dennis, Viro kembali melirikkan matanya ke Cahya. “Kalau kau. Apa alasanmu? Oh, mungkin saja kau mau menerima Dennis karena kau merasa kasihan padanya gitu, ya?”
“Ti–tidak mungkin! Apaan, sih?!” Cahya membentaknya lagi.
“Kan biasanya kebanyakan wanita seperti itu. Mereka ingin berpacaran dengan tujuan memanfaatkan pacarnya itu. Setelah tidak berguna, dia akan membuang si cowok dan pergi ke cowok yang lain. Jangan-jangan… kau juga seperti itu, Cahya?”
“Cahya tidak mungkin seperti itu!” Dennis menyela. Lalu dilanjut dengan Cahya.
“Tidak, lah! Aku—“
“Selamat pagi, semua!”
Jawaban Cahya sempat tersela oleh ucapan sang guru yang baru datang. Cahya menutup mulutnya karena ia tidak berani bicara kalau sedang ada guru. Pandangan Viro pun kembali ke depan. Cahya kembali duduk dengan tenang. Tapi ada sesuatu yang masih mengganggu pikiran Dennis. Kira-kira apa yang dipikirkan Dennis saat ini?
****
Pukul 5 sore, bel pulang pun berbunyi. Kelas Dennis akan digantikan dengan beberapa murid yang berkelas malam. Dennis beruntung dapat kelas siang.
Pagi hari ia tidak suka, apalagi malam. Karena kalau pagi, waktu tidurnya terlalu sedikit. Sedangkan waktu malam itu… kelas berakhir jam 10. Itu waktu tidur Dennis. Dia tidak suka kalau waktu tidurnya yang biasa terganggu atau terlewatkan. Walau hanya kelewat 10 menit.
Saat ini Dennis dan Cahya sedang menunggu di depan gerbang kempus. Mereka menunggu Akihiro datang karena mereka bertiga harus pulang bersama. Kan sekarang mereka bertiga juga tinggal bersama dalam satu rumah.
Akihiro tidak punya tempat tinggal dan keluarga kejamnya telah meninggalkannya. Kalau Cahya semenjak kakeknya meninggal, ia juga diajak untuk tinggal di rumah Dennis saja. Dan sekarang mereka terlihat seperti saudara. Adiknya Dennis yang bernama Aldelia masih menetap di asrama untuk beberapa waktu bersama sahabatnya Yuni.
Kalau teman Dennis yang lainnya yaitu Mizuki yang merupakan kekasihnya Akihiro masih berada di Jepang untuk belajar di sana. Tapi kabarnya dalam waktu dekat, ia akan segera datang ke rumah Dennis untuk bertemu sahabat-sahabatnya.
Sekarang sih memang waktunya untuk pulang. Tapi entah kenapa Akihiro lama sekali. Dennis dan Cahya jadi bosan menunggu.
Agar kaki mereka tidak pegal karena terlalu lama berdiri, Dennis dan Cahya memutuskan untuk duduk di bangku panjang depan taman depan kampus.
Dari sana mereka bisa melihat jalan beraspal yang sering dilewati banyak kendaraan pada pagi atau siang harinya. Tapi sekarang karena sudah sore hari, hanya sedikit kendaraan yang lewat. Sampai akhirnya karena bosan, di pinggir jalan itu Dennis dan Cahya malah bermain hitung kendaraan yang lewat.
Namun saat di hitungan ketiga pada mobil biru yang baru saja lewat, Dennis sempat melihat ada gerobak dagangan yang sedang berhenti di tengah jalan. Ternyata pedagang kaki lima dan pedagang itu menjual Pepes Ikan Bakar. Tentu saja makanan yang berbahan utama ikan pasti sangat disukai Dennis.
“Lihat di sana, Cahya! Aku ingin beli ikan bakar itu, ya?” Saat Dennis ingin berdiri, Cahya pun mencegahnya. “Jangan lah, biar aku saja yang beliin, ya?”
“Eh tapi….”
“Tenang. Aku juga punya uang sendiri, kok! Aku akan membelikannya. Kalau kau dekat-dekat dengan makanannya, nanti kau malah berubah menjadi kucing kecil yang kelaparan. Kan bisa bahaya, hehe….”
“Hei, gak gitu juga, kali!”
“Hehe… sudah, intinya aku yang beli saja, ya? Kau tunggu sini! Jangan pulang duluan! Nanti aku gak mau berbagi ikan bakarnya, loh!”
“Iya lah, mana mungkin aku meninggalkanmu, hehe. Akan aku tunggu di sini.”
“Oke. Aku akan segera kembali!”
Dennis kembali duduk di tempatnya. Kebetulan jalanan sedang sepi, jadi akan mudah untuk Cahya menyeberang karena si pedagang yang menjual makanan tersebut berada di seberarang kampusnya.
Tak lama Cahya pergi, seseorang datang. Dennis terkejut sekaligus senang. Ia langsung berdiri dari tempatnya lalu menatap orang tersebut.
Dia yang datang itu adalah Reizal Alfathir. Dennis bertemu dengannya tadi pagi. Dan sekarang Rei muncul lagi di hadapannya.
“Dennis kau sedang apa di sini sendirian?” Rei bertanya.
“Eh, Kak Rei. Aku baru selesai belajar. Sekarang aku sedang menunggu Akihiro keluar dari kelasnya. Entah apa yang dia lakukan di dalam. Tapi lama sekali.” Jawab Dennis.
“Oh, lalu di mana Cahya?”
“Dia sedang membelikan aku ikan bakar. Itu dia di… eh?”
“Ada apa, Dennis?”
Melihat raut wajah Dennis yang tiba-tiba berubah, Rei juga ikut melirik ke arah objek yang dilihat Dennis. Tak lama Dennis pun mengangkat tangan dan menunjuk.
“I–itu di sana… Cahya bersama dengan dua pria dewasa. Sekarang Cahya pergi bersama kedua pria itu. Eh, mereka memasuki sebuah gang kecil diantara dua bangunan. Cahya mau ke mana?”
“Hmm… ini tidak beres, Dennis. Sekarang ayo ikuti mereka!”
“Ah, iya Kak Rei!”
Rei yang merasa curiga dengan kedua pria dewasa yang mengajak Cahya ke tempat sepi itu pun langsung bergegas menghampiri Cahya. Begitu juga dengan Dennis. Tapi saat mereka pergi, Akihiro akhirnya muncul. Dia keluar dari gerbang dan langsung meregangkan kedua tangannya.
“Hah… capek sekali piket sore ini. Hmm… ngomong-ngomong di mana Dennis dan Cahya? Katanya mereka mau menungguku?”
Akihiro terus mundar-mandir. Berjalan ke sana kemari untuk mencari teman dekatnya. Tapi karena tidak menemukannya, Akihiro menggerutu, “Hah, benar-benar nih dua orang ke mana, sih? Main tinggalin aku saja. Jahat banget! Aku ditinggal pulang, huh!”
****
Dengan wajah polos dan tidak tahu apa-apa, Cahya masih mengikuti bujukan kedua orang dewasa yang mengajaknya ke tempat sepi itu. Setelah memasuki gang kecil, Cahya baru bertanya pada kedua orang asing tersebut.
Ia berbalik badan dan menghentikan langkahnya. “Anu… sebenarnya kita mau ke mana, ya? Kenapa… harus ke tempat yang mengerikan ini? Apa benar di sini tempatnya?”
Di hadapannya, kedua orang asing tersebut hanya menyeringai dan tidak menjawab. Lalu secara mendadak mereka berdua langsung menyerang Cahya. Salah satunya menggenggam kedua tangan Cahya dan satunya lagi ingin menyentuh tubuhnya.
Cahya tidak tahu dirinya ingin diapakan. Tapi ia berusaha untuk bisa lepas dari kedua orang itu. Saat ini dia mulai sedikit ketakutan dan ingin berteriak minta tolong. Tapi mereka telah memojokkan Cahya ke tembok dan membekapnya. Cahya tidak bisa bergerak sama sekali, sementara satu orang itu hendak ingin memainkannya.
Cahya tidak tahan. Di dalam hatinya ia berharap seseorang datang menolongnya.
“HENTIKAN ITU!!”
BUAK!!
Seseorang baru saja datang dan berteriak. Cahya kembali membuka matanya dan terkejut. Tepat di depan matanya, Cahya melihat Dennis yang datang dan ia memukul wajah salah satu orang asing itu sampai terjatuh. Lalu setelah itu, Dennis menghempaskan pukulannya ke lawan satunya lagi yang sedang menahan Cahya.
Setelah mereka berdua terjatuh, Dennis langsung menghampiri Cahya dan membantunya berdiri. Mereka saling bertatapan untuk beberapa detik, lalu Dennis melirik tajam ke arah kedua orang asing yang telah mengotori Cahya. Kedua orang itu kembali berdiri.
Sebelumnya Dennis ingin segera mengajak Cahya untuk pergi dari gang itu, tapi sayangnya di belakang jalan buntu dan jalan keluar satu-satunya telah terhalang oleh kedua orang asing itu.
Kalau begitu, Dennis akan menjadi pelindung untuk Cahya. Tapi sebelum mereka sempat saling melawan, Rei pun datang dari depan gang. Ia berteriak untuk memberi peringatan pada kedua orang asing tersebut. Setelah semuanya melirik ke arah Rei, ia langsung mengeluarkan kartu identitasnya yang menandakan kalau dirinya adalah seorang polisi.
“Pergi kalian dari sini sebelum aku membawa kalian ke jalur hukum!” Tampang Rei terlihat mengerikan saat ini. Membuat kedua orang itu ketakutan dan langsung pergi melarikan diri. Saat di hadapan Rei, mereka berdua sempat mengucapkan maaf lalu pergi berlari sejauh-jauhnya.
Setelah kedua orang itu pergi, Dennis mengajak Cahya keluar dari gang. Saat dekat dengan Rei, Dennis menanyakan keadaan Cahya. Untung Cahya baik-baik saja. Tadi nyaris saja. Tapi sekarang semuanya sudah aman. Cahya jadi takut untuk pergi sendirian. Bahkan saat ini, ia masih memeluk Dennis karena merasa gelisah.
Dennis mengelus rambut lembut Cahya. Lalu setelah itu mereka bertiga kembali ke depan gerbang kampus untuk menunggu Akihiro keluar. Tapi sebenarnya Akihiro telah pulang duluan selagi Dennis dan Rei pergi untuk menyelamatkan Cahya tadi.
“Kenapa Kak Dian lama sekali. Apa aku harus menjemputnya di dalam?” Dennis menggerutu. Lalu Cahya bergumam di samping Dennis. “Apa si Dian itu masih mengobrol dengan teman ceweknya?”
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
senja
Viro bisa meramal kah? kok nanyanya "takdir"
2022-04-04
0
Yon Amore
Aku datang lagi Thor....
Jangan lupa ke Dokter Naura ya...
2020-10-28
2
Calvien Arby
wag
2020-09-13
2