Episode 8– Kemunculannya

Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, Dennis akhirnya bisa mengantar Rei dan adiknya sampai di rumah dengan selamat. Setelah mereka berpamitan, Dennis kembali masuk ke dalam mobilnya dan mengendarainya ke arah yang berlawanan.

Jalanan di sekitar komplek rumah Rei benar-benar sangat sepi kalau malam hari. Apalagi lampu jalannya juga kedap-kedip seakan ingin mati dan tidak bercahaya lagi. Di pinggir jalan juga banyak rumah-rumah yang belum berpenghuni. Menambah kesan seram jika melewati jalan itu sendirian.

Dennis tidak ingin memikirkan sesuatu yang negatif saat ini agar dia tidak merasa takut. Apalagi saat ini ia sedang menyetir sendirian di kursi depan. Ditambah dengan keadaan sekitar jalan yang sepi dan sedikit gelap. Untung mobilnya Dennis masih memiliki lampu depan yang terang sehingga jalanan di depannya masih terlihat.

“Hoaaam,” Sambil memegang kemudi mobilnya, Dennis sedikit menguap karena lagi-lagi ia telah melewatkan waktu tidurnya. Otomatis sekarang dia merasa ngantuk. Tapi Dennis berusaha untuk menahannya karena dia tahu apa yang ia lakukan saat ini sangat berbahaya jika dia lengah sedikit saja.

Untung saja rumah Dennis hampir sampai. Tinggal melewati pertigaan dan belok ke kiri, lurus terus, sudah sampai. Ia harus bertahan sebentar lagi.

Tak lama kemudian, Dennis mendengar suara nada dering ponselnya yang berbunyi hanya sedetik. Mungkin ada pesan message yang masuk. Dennis tahu jika dia memegang ponsel saat menyetir itu tidak baik. Maka ia akan membiarkannya saja. Dennis hanya melirik sejenak ke ponsel yang tergeletak di kursi kosong di sampingnya.

Setelah nada dering itu berbunyi, otomatis layar ponselnya menyala sendiri. Dennis dapat melihat notifikasi lewat layar pembuka kuncinya. Di sana ia hanya sempat melihat nama Cahya. Dennis sudah tahu kalau Cahya akan menghubunginya. Pokoknya sekarang Dennis harus cepat.

Untuk sebentar saja, mumpung jalanan masih sepi, Dennis akan menyentuh notifikasi itu untuk menandakan kalau Dennis akan membaca pesannya nanti. Tapi saat ia kembali fokus ke jalanan, tiba-tiba saja dari sebuah pohon di pinggir jalan muncul seorang anak kecil yang menyeberang begitu saja.

Dennis sangat terkejut melihatnya. Dengan cepat ia menginjak rem dan secara mendadak mobilnya pun berhenti. Kepalanya sedikit membentur setir mobil, tapi Dennis baik-baik saja. Ia khawatir dengan keadaan anak kecil yang ia lihat tadi.

“Oh tidak! Di mana anak itu? Jangan-jangan aku menabraknya?”

Segera Dennis membuka pintu mobil dan turun dari dalamnya. Ia ingin memeriksa keadaan depan mobilnya dan mencari si anak kecil yang main menyeberang seperti tadi.

Namun saat dilihat, anak kecil itu tidak ada di depan mobil Dennis. Dia tidak tertabrak dan menghilang begitu saja. Seketika Dennis langsung merasa tubuhnya dingin. Entah dia merinding atau karena dinginnya angin malam.

“Ah sudahlah… intinya ga ada, kan? Mungkin dia sudah menyeberang sampai depan sana karena berlari.”

Dennis tidak berpikiran aneh. Ia tetap tenang dan positif thingking saja. Sekarang yang harus ia lakukan adalah buru-buru pulang ke rumah dengan selamat.

BRRMMM….

Dengan cepat, Dennis kembali mengendarai mobilnya. Setelah sampai di pertigaan, dia langsung berbelok ke kiri dan tancap gas lagi agar lebih cepat sampai. Hanya tinggal berjalan lurus saja.

Tak lama kemudian, Dennis pun sampai di rumahnya. Ia memarkirkan mobilnya di garasi yang masih terbuka, lalu mematikan mesin mobil. Ia keluar ingin segera keluar dari mobilnya. Dennis akan masuk lewat pintu garasi dalam untuk sampai di bagian dapur rumahnya. Tapi sebelum itu, Dennis ingin menutup pintu garasinya.

Setelah itu, Dennis menghampiri tiga anak tangga. Tapi saat di depan pintu masuk rumah, tiba-tiba saja dia teringat sesuatu. Yaitu ponselnya yang masih tertinggal di dalam. Tentu saja Dennis tidak bisa meninggalkan ponsel biru kesayangannya.

Terpaksa ia harus kembali ke mobil. Saat kembali membuka pintu mobil dengan kuncinya, Dennis sedikit membungkuk untuk mengambil ponselnya yang ada di kursi depan. Setelah itu, ia akan keluar. Tapi secara tak sengaja matanya melirik ke cermin kecil bagian atas depan mobil.

Ia sangat terkejut. Refleks Dennis langsung berteriak setelah ia melihat dari pantulan cermin, ada seorang anak kecil laki-laki dengan wajah pucat duduk di bangku belakang mobilnya.

Dengan cepat, Dennis langsung keluar dan menutup pintu mobilnya lalu menguncinya. Setelah itu ia bergegas masuk ke dalam rumahnya sendiri agar lebih aman.

Setelah melewati pintu garasi, Dennis akan terhubung dengan dapur. Di dapur itulah, ia mengambil segelas air lalu meneguknya dengan cepat. Mengatur napasnya sejenak dan jantungnya yang masih berdetak kencang karena kejutan dari sosok anak kecil tadi.

Ia meletakkan gelasnya di atas meja, lalu duduk di depan meja dapur. Ia ingin berdiam diri sejanak di sana. Karena sudah berada di rumah, ia pikir akan aman.

“Aduh… yang tadi itu apa? Apa aku salah lihat?” Dennis masih memikirkannya. Karena yang di cermin tadi wajah anak kecil itu benar-benar jelas sekali. Matanya hitam pekat dan wajahnya pucat. Banyak luka bakar di sekujur tubuhnya. Sosok itu masih memakai baju. Tapi baju itu sudah robek-robek.

“Hah… ya ampun! Mungkin hari ini aku hanya lelah saja. Makanya jadi terbayang yang begituan. Mungkin kalau tidur sekarang akan bisa menenangkan otakku.”

Dennis kembali berdiri. Tak lupa juga dengan ponselnya. Ia beranjak dari dapur. Berbelok ke ruangan lain, menuju tangga dan menaiki beberapa anak tangganya. Saat di tengah anak tangga, Dennis sedikit mendongak untuk melihat puncak tangga.

Seketika matanya melebar dengan cepat karena ia dikejutkan dengan sosok anak kecil itu lagi. Sosok itu semakin terlihat jelas. Sedang berdiri di atas tangga seperti sedang menghalangi jalan Dennis.

Karena terkejut, Dennis mundur secara mendadak ke belakang. Kakinya salah menyentuh anak tangga dan otomatis ia kehilangan keseimbangan.

Dennis terjatuh dari tangga. Teriakan panjang terdengar dan suara gedubrak yang keras. Membuat penghuni rumah di sana langsung muncul. Seperti ibunya Dennis yang keluar dari kamarnya.

Ia terkejut melihat Dennis sudah tergeletak di depan tangga. Dengan cepat beliau berlari menghampiri Dennis dan membantunya. Setelah bangun terduduk dengan bantuan ibunya, Dennis mengeluarkan banyak keluhan. Ia merasa semua tubuhnya sakit. Apalagi pada bagian leher dan kaki.

“Dennis! Kamu ngapain, sih? Apa kau baik-baik saja?” Ibunya Dennis menatapnya dengan wajah cemas. Dennis hanya bisa mengangguk. Tapi ia tidak bisa menggerakkan kakinya. Mungkin terkilir.

Ia kembali membuka mata setelah menahan rasa sakitnya. Lalu secara perlahan, matanya melirik ke arah puncak tangga. DI sana ia tidak melihat sosok anak kecil itu lagi. Melainkan sosok Cahya yang berteriak memanggil namanya sambil menuruni tangga dengan berlari kecil.

“Dennis! Dennis! Kau baik-baik saja?!” Cahya masih berteriak. Saat ia sampai di hadapan Dennis, Cahya langsung menyentuhnya. Saat ditanya tentang keadaannya untuk kedua kalinya dari Cahya, Dennis hanya menggangguk pelan untuk menjawabnya.

Namun ternyata Dennis sedang tidak baik-baik saja. Buktinya dia tidak bisa berdiri karena pergelangan kakinya yang sakit. Untung hanya kaki kiri. Sekarang Dennis bisa berdiri kembali dengan bantuan Cahya. Sepertinya tidak terlalu serius.

Setelah berdiri, Dennis masih bisa berjalan secara perlahan. Tapi tetap saja Cahya akan membantunya jika dia terjatuh lagi.

“Ibu, aku akan membawa Dennis ke kamarnya, ya?” tanya Cahya.

Ibunya mengangguk dengan wajah yang penuh kekhawatiran. “Iya. Tapi Dennis? Apa kamu bisa menaiki anak tangga?”

“I–iya, bu! Bisa kok, hehe… tenang saja.”

Dennis bilang ia bisa melakukannya. Tapi saat baru satu anak tangga saja, tiba-tiba dia malah terjatuh kembali. Terpaksa, Cahya akan membantunya sampai atas.

Saat di pertengahan anak tangga, Dennis berbisik pada Cahya dengan suara lirih. “Maaf telah merepotkanmu.”

“Bodoh. Kenapa bilang begitu, sih? Ini akibatnya kalau tidak menjawab pesanku.”

“Hadeh… maaf lah, aku kan sedang di mobil. Tidak bisa melihat ponselnya, dong.”

“Oke baiklah… sekarang ayo berusahalah! Kau harus istirahat.”

Dennis mengangguk pelan. Tapi di dalam hatinya ia teringat kalau penyebabnya jatuh itu adalah gara-gara sosok anak kecil yang sedari tadi mengikutinya. Bahkan Dennis masih berpikir, siapa anak itu?

Mau apa dia terus mengikuti Dennis?

“Apa anak itu hantu? Tidak bisa dibilang hanya halusinasiku karena kelelahan. Dia sudah tiga kali dalam malam ini menampakkan dirinya di depanku. Apa dia… ingin meminta bantuanku atau jangan-jangan dia–“

“Dennis! Kau mau aku hantar ke kamarmu apa di kamarku?” Cahya tiba-tiba bertanya. Membuat Dennis yang sedang berpikir itu pun terkejut. Ia bahkan tidak sadar kalau dirinya telah berada di depan pintu kamarnya sendiri.

“Eh, tentu saja di kamarku saja, dong!” Dennis menjawabnya.

Cahya mengangguk. Ia membuka pintu kamar Dennis. Terlihat di dalam sana ada Akihiro yang sudah tertidur di atas tempatnya. Dennis sendiri sepertinya sudah bisa berjalan sendiri, tapi masih pincang.

“Kau sudah merasa baikan, Dennis?” Cahya bertanya lagi di depan pintu Dennis. “Biasanya kaki yang keseleo itu harus dikompres air dingin untuk menghindari terjadinya pembengkakkan di pergelangan kaki.”

Dennis menggeleng pelan dan tersenyum. “Aku baik-baik saja. Hanya perlu mengistirahatkan kakiku. Palingan besok juga akan baikan. Terima kasih ya telah membantuku.”

“Baiklah kalau begitu, aku kembali ke kamarku, ya? Selamat malam!” Cahya melambai. Kamar mereka memang bersebelahan. Cahya menempati kamar Adel untuk sementara. Ia tidur tidak sendirian. Boneka-boneka Adel lah yang menemaninya.

“Malam!”

Setelah Cahya pergi, Dennis memerhatikan sekitar. Apalagi di dekat tangga. Sudah tidak ada apa-apa di sana. Dennis sudah merasa aman. Ia pun menutup pintu kamarnya kembali.

Langsung saja Dennis mengampiri kasurnya. Ia duduk di pinggiran, menarik selimut lalu secara perlahan mengangkat kakinya. Ia berhasil meletakan tubuhnya di kasur.

Setelah itu Dennis menarik selimutnya untuk menyelimuti setengah tubuhnya. Memeluk guling, menghadap ke samping, mematikan lampu dan menutup mata. Ia berharap bisa mimpi indah malam ini.

*

*

*

To be continued–

Terpopuler

Comments

Calvien Arby

Calvien Arby

Lanjut semangaat kak

2020-09-13

1

Ano-kun

Ano-kun

Semoga mimpi buruk, Nis :vvv

2020-09-13

4

Ano-kun

Ano-kun

Ngapain teriak sih, Nis? Gw aja langsung pingsan :'v

2020-09-13

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1– Cerita Horor
2 Episode 2– Kasus yang Sama
3 Episode 3– Sore Hari
4 Episode 4– Mencari Akihiro
5 Episode 5– Rumah Tua
6 Episode 6– Penemuan Mayat
7 Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8 Episode 8– Kemunculannya
9 Episode 9– Mimpi Buruk
10 Episode 10– Serangan Hantu Malam
11 Episode 11– Cafe
12 Episode 12– Cafe, part 2
13 Episode 13– Tuduhan
14 Episode 14– Rei dan Alicia
15 Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16 Episode 16– Anak-anak Badung
17 Episode 17– Pemikiran Rei
18 Episode 18– Kematian
19 Episode 19– Kecemasan Dennis
20 Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21 Episode 21– Rei dan Viro
22 Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23 Episode 23– Tentang Viro
24 Episode 24– Tragedi di Stasiun
25 Episode 25– Keributan di Kelas
26 Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27 Episode 27– Kantin
28 Episode 28– Berdiskusi
29 Episode 29– Berdiskusi, part 2
30 Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31 Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32 Episode 32– Catatan Rei
33 Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34 Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35 Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36 Episode 36– Firasat Cahya
37 Episode 37– Pengganggu
38 Episode 38– Kecelakaan
39 Episode 39– Di Rumah Dennis
40 VISUAL NOVEL
41 Episode 40– Dennis dan Rei
42 Episode 41– Rei dan Viro (2)
43 Episode 42– Orang Asing
44 Episode 43– Kabar Duka
45 Episode 44– Vira
46 Episode 45– Dirasuki
47 Episode 46– Perempuan Aneh
48 Episode 47– Kematian Beruntun
49 Episode 48– Berkumpul
50 Episode 49– Berkumpul, part 2
51 Episode 50– Berkumpul, part 3
52 Episode 51– Berkumpul, part 4
53 Episode 52– Rei dan Lino
54 Episode 53– Pisau
55 Episode 54– Mengantar Pulang
56 Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57 Episode 56– Orang Asing (2)
58 Episode 57– Laura
59 Episode 58– Laura, part 2
60 Episode 59– Balas Dendam
61 Episode 60– Balas Dendam, part 2
62 Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63 Episode 62– Malam yang Merepotkan
64 Episode 63– Persiapan
65 Episode 64– Persiapan, part 2
66 Episode 65– Rumah Tua
67 Episode 66– Buku Gambar
68 Episode 67– Buku Gambar, part 2
69 Episode 68– Buku Gambar, part 3
70 Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71 Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72 Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73 Episode 72– Serangan Chiko
74 Episode 73– Ruang Rahasia
75 Episode 74– Melarikan Diri
76 Episode 75– Zaky dan Kasih
77 Episode 76– Anjing Hitam
78 Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79 Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80 Episode 79– Kain Putih
81 Episode 80– Serangan Chiko (2)
82 Episode 81– Pengorbanan
83 Episode 82– Pengorbanan (2)
84 Episode 83– Kain Putih (2)
85 Episode 84– Ancaman
86 Episode 85– Jalan Keluar
87 Episode 86– Jalan Keluar (2)
88 Episode 87– Rumah Sakit
89 Episode 88– Gadis itu Lagi
90 Episode 89– Merasa Kehilangan
91 Episode 90– Suprise
92 Episode 91– Penjelasan
93 Episode 92– Taman Hiburan
94 Episode 93– Moment Bahagia
95 Episode 94– Malam Pertama
96 Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97 PENGUMUMAN BARU
98 Hmmm
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Episode 1– Cerita Horor
2
Episode 2– Kasus yang Sama
3
Episode 3– Sore Hari
4
Episode 4– Mencari Akihiro
5
Episode 5– Rumah Tua
6
Episode 6– Penemuan Mayat
7
Episode 7– Bermalam Bersama Keluarga
8
Episode 8– Kemunculannya
9
Episode 9– Mimpi Buruk
10
Episode 10– Serangan Hantu Malam
11
Episode 11– Cafe
12
Episode 12– Cafe, part 2
13
Episode 13– Tuduhan
14
Episode 14– Rei dan Alicia
15
Episode 15– Cinta Sejati Dennis
16
Episode 16– Anak-anak Badung
17
Episode 17– Pemikiran Rei
18
Episode 18– Kematian
19
Episode 19– Kecemasan Dennis
20
Episode 20– Ada yang Terbunuh Lagi
21
Episode 21– Rei dan Viro
22
Episode 22– Kedatangan Adel & Yuni
23
Episode 23– Tentang Viro
24
Episode 24– Tragedi di Stasiun
25
Episode 25– Keributan di Kelas
26
Episode 26– Siapa yang Akan Mati?
27
Episode 27– Kantin
28
Episode 28– Berdiskusi
29
Episode 29– Berdiskusi, part 2
30
Episode 30– Menyelamatkan Dedi
31
Episode 31– Mayat yang Termutilasi
32
Episode 32– Catatan Rei
33
Episode 33– Hantu itu Kembali Menyerangku
34
Episode 34– Jalan-jalan Hari Minggu
35
Episode 35– Jalan-jalan Hari Minggu, part 2
36
Episode 36– Firasat Cahya
37
Episode 37– Pengganggu
38
Episode 38– Kecelakaan
39
Episode 39– Di Rumah Dennis
40
VISUAL NOVEL
41
Episode 40– Dennis dan Rei
42
Episode 41– Rei dan Viro (2)
43
Episode 42– Orang Asing
44
Episode 43– Kabar Duka
45
Episode 44– Vira
46
Episode 45– Dirasuki
47
Episode 46– Perempuan Aneh
48
Episode 47– Kematian Beruntun
49
Episode 48– Berkumpul
50
Episode 49– Berkumpul, part 2
51
Episode 50– Berkumpul, part 3
52
Episode 51– Berkumpul, part 4
53
Episode 52– Rei dan Lino
54
Episode 53– Pisau
55
Episode 54– Mengantar Pulang
56
Episode 55– Siapa Mereka Ini?!
57
Episode 56– Orang Asing (2)
58
Episode 57– Laura
59
Episode 58– Laura, part 2
60
Episode 59– Balas Dendam
61
Episode 60– Balas Dendam, part 2
62
Episode 61– Pembalasan yang Sia-sia
63
Episode 62– Malam yang Merepotkan
64
Episode 63– Persiapan
65
Episode 64– Persiapan, part 2
66
Episode 65– Rumah Tua
67
Episode 66– Buku Gambar
68
Episode 67– Buku Gambar, part 2
69
Episode 68– Buku Gambar, part 3
70
Episode 69– Mencari Teman yang Hilang
71
Episode 70– Mayat dalam Kamar Mandi
72
Episode 71– Mencari Teman yang Hilang (2)
73
Episode 72– Serangan Chiko
74
Episode 73– Ruang Rahasia
75
Episode 74– Melarikan Diri
76
Episode 75– Zaky dan Kasih
77
Episode 76– Anjing Hitam
78
Episode 77– Anjing Hitam, part 2
79
Episode 78– Masa Lalu dan Kenangan
80
Episode 79– Kain Putih
81
Episode 80– Serangan Chiko (2)
82
Episode 81– Pengorbanan
83
Episode 82– Pengorbanan (2)
84
Episode 83– Kain Putih (2)
85
Episode 84– Ancaman
86
Episode 85– Jalan Keluar
87
Episode 86– Jalan Keluar (2)
88
Episode 87– Rumah Sakit
89
Episode 88– Gadis itu Lagi
90
Episode 89– Merasa Kehilangan
91
Episode 90– Suprise
92
Episode 91– Penjelasan
93
Episode 92– Taman Hiburan
94
Episode 93– Moment Bahagia
95
Episode 94– Malam Pertama
96
Episode 95– Vira yang Sebenarnya
97
PENGUMUMAN BARU
98
Hmmm

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!