"Apa yang harus aku lakukan?!”
Di dalam mimpi, Dennis masih bisa berbicara walau tubuhnya tidak bergerak. Jadi sekarang ia ingin bicara pada hantu itu secara baik-baik agar dia bisa tenang. Tapi sebelum Dennis sempat mengeluarkan suaranya, tiba-tiba saja tubuhnya terlempar ke atas dan menghantam langit-langit kamar. Untung saja tidak kena lampu.
Kemudian setelah itu, Dennis bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Tapi ia harus menahan sakit sekali lagi. Setelah hantaman ke langit-langit, tubuhnya pun terjatuh kembali ke lantai. Ia mengeluh kepalanya sakit dan pandangannya jadi berbayang karena pusing.
Namun tidak selesai sampai di sana. Sekali lagi, hantu kecil itu mendorong tubuh Dennis lalu membenturkannya di pinggiran tempat tidur dan meja. Setelah benturan itu, lampu tidur yang ada di atas meja langsung terjatuh dan pecah.
Suara pecahan dari lampu tidur telah membangunkan Akihiro. Lelaki itu membuka selimutnya lalu bangun terduduk. Ia melihat ke sekitar. Semuanya sangat gelap seperti mati lampu. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk lewat celah pintu dari depan kamar.
Tadinya ia ingin tidur lagi, tapi sebelum kembali membaringkan tubuhnya, ia sempat melihat ke arah tempat tidur Dennis. Di sana tidak ada sapapun. Gelap sekali, tirai jendela samping tempat tidur Dennis juga terbuka. Ia melirik ke arah lain dan terkejut. Menyipitkan mata untuk melihat jelas, lalu turun dari tempat tidur.
Di depan pintu kaca balkon, Akihiro melihat ada seekor kucing hitam yang sedang menggaruk-garuk kaca jendela sambil mengeong. Akihiro mendengar suaranya kucing itu. Seperti sedang berteriak.
Akihiro pun turun dari atas tempat tidur. Ia tidak bisa melihat jalan karena terlalu gelap, jadi sebelum itu Akihiro ingin menyalakan lampu kamar terlebih dahulu. Kebetulan saklar lampunya berada di pertengahan dinding antara kasur Dennis dengan miliknya.
CTAK!
Setelah menekan saklar, Akihiro dapat melihat jelas. Tapi ada sesuatu yang janggal. Ia tidak melihat lampu tidur milik Dennis yang biasanya terletak di atas mejanya. Ditambah, ia mendengar suara grusak-grusak yang aneh di samping tempat tidur Dennis.
“Oh iya, Dennis juga tidak ada di kamar ini. Apa jangan-jangan dia tidur di kamar Cahya?” Akihiro bergumam dalam hati. “Wah, bisa jadi. Soalnya tadi saat mereka ingin berduaan, aku sempat mengganggu. Heh, mungkin selama aku tidur, kesempatan si Dennis nih buat bermalam dengan Cahya. Haduh… sudah mulai dewasa juga anak itu ternyata. Sebaiknya aku juga gak boleh ganggu dia. Nanti–“
GDBUK! GRUSAK… SSSRRKKK….
“Kok ada suaranya… makin jelas?”
Akihiro mendengar suara yang sama. Ia juga melihat kucing hitam di depan jendela itu terus mundar mandir dengan pandangan kepala menatap masuk ke dalam. Akihiro mencurigai kucing itu. Hewan tersebut terlihat sangat gelisah.
Karena Akihiro tidak tahu apa yang terjadi pada si kucing, maka ia ingin menghampirinya langsung untuk memeriksanya. Tapi setelah Akihiro berjalan melewati tempat tidur Dennis, ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Karena tepat di samping kakinya, Akihiro melihat Dennis sedang mencekik lehernya sendiri!
“Dennis! Dennis! Apa yang kau lakukan?! Woy!!”
Akihiro langsung membantu Dennis untuk melepaskan tangannya dari lehernya. Tapi ternyata kekuatannya melebihi dirinya. Sampai akhirnya, Akihiro menduga kalau bukan kemauan Dennis sendiri untuk mencekik lehernya. Kalau dibiarkan begitu saja, Dennis bisa mati.
“Bertahanlah! Ayo lepaskan! Lepas!!”
Akihiro semakin panik. Dennis seperti tidak bisa menahannya lagi. Bahkan sekarang tubuhnya sudah mulai gemetar. Akihiro terus menarik tangan Dennis untuk melepaskannya. Tapi sesuatu yang tak terlihat itu lebih kuat dari Akihiro.
“TIDAK! TIDAK!! SIAPAPUN ITU KAU TIDAK BOLEH MEMBIARKAN TEMANKU PERGIIII!!”
BUAK!!
Terpaksa Akihiro harus menggunakan cara lain. Yaitu dengan melumpuhkan Dennis dengan menggocoh wajahnya. Akibat pukulan itu, Dennis tidak bergerak lagi. Kedua tangannya dapat dijauhkan dari lehernya, tapi Dennis lansgung tak sadarkan diri setelah Akihiro membuat luka lebam di pipinya.
“Maaf, Dennis. Aku terpaksa.”
Akihiro menghembuskan napas berat karena semuanya telah berakhir. Dennis masih hidup. Tapi yang membuatnya bingung, tadi itu Dennis kenapa? Apa dia dirasuki makhluk halus yang membuatnya ingin bunuh diri?
Setelah berpikir, ia tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan di benaknya. Mungkin saat Dennis sadar nanti, ia bisa bertanya tentang apa yang terjadi. Ia juga bisa mencari jawabannya dengan teman pintarnya, yaitu Rei.
****
“Nyaow… nyaww….”
“Hei, tolong itu kucingnya jangan di sana!”
“Hitam, Hitam! Kau ke sini dulu sama aku, ya?”
“Nyaaaaww… ssshhh….”
“Kucing bandel! Jangan berada di atas tubuhnya, dong!”
“Dian jangan kasar sama si Hitam!!”
"NYAAAWWW!!!"
"Akh! Sialan aku dicakar!"
"Makanya jangan sakiti dia!"
Kesadaran Dennis telah kembali. Semuanya masih tidak terlihat apa-apa. Hanya hitam semua. Tapi Dennis dapat mendengar beberapa orang sedang berbicara di dekatnya.
Tak lama kemudian, Dennis berhasil membuka mata dan menggerakan sedikit anggota tubuhnya. Tapi pandangannya masih buram dan tidak jelas.
“Ng… siapa yang berisik itu? Di depan sana… itu siapa?”
“Miauw! Nyaaaww….”
“Eh?” Dengan cepat Dennis membuka mata. Karena dalam pandangannya yang masih buram itu, ia melihat bayangan hitam yang mendekatinya.
Namun tak lama pengelihatan Dennis kembali normal. Ia akhirnya tahu bayangan hitam di depannya itu ternyata adalah si kucing hitam dari rumah tua. Jadi Dennis tidak perlu takut kalau hanya kucing.
“Oh, ternyata kucing ini.” Dennis bergumam. Ia berusaha bangun terduduk. Tapi karena tidak bisa, ia masih berusaha untuk bersandar saja di bantalnya.
Tidak hanya kucing yang Dennis lihat, tapi ada kedua teman baiknya yang sedang… ya mereka sedang bertengkar tidak jelas lagi. Tapi tak lama, keduanya menoleh ke arah Dennis dan langsung berdiri.
“Dennis kau sudah bangun?”
“Apa kau baik-baik saja? Kalau ada yang sakit bilang padaku!”
Dennis hanya menjawabnya dengan senyuman dan tertawa kecil. Ia mengibas pelan tangan kanannya. “Aku baik-baik saja.”
“Kalau kau masih merasa ada yang sakit pada wajahmu, bilang saja padaku, ya! Aku akan mengobatinya!” tegas Cahya. Kemudian ia melirik tajam ke Akihiro. “Dan jika masih sakit, aku akan membalas perbuatannya untukmu, Dennis!”
“Oh ayolah, Cahya! Aku kan memukulnya karena untuk menyelamatkannya, loh. Seharusnya kau berterima kasih padaku.” Akihiro menyangkal.
Dennis yang mendengarnya itu langsung menunduk pelan untuk memikirkan sesuatu, lalu tersentak. “Oh iya! Yang semalam itu, ya? Tenang saja, Cahya. Aku tidak merasakan sakitnya pukulan itu, kok, hehe….”
“Ah! Jadi kau ingat kejadian tadi malam, Dennis?” tanya Akihiro cepat.
Dennis mengangguk pelan. “Iya, semuanya.”
“Lalu apa yang terjadi padamu saat itu? Aku benar-benar panik, loh! Kau hampir saja mati.”
“Dian, Dian… jangan tanya sekarang, ya?” Cahya menyela. “Dennis butuh istirahat dulu. Kau tidak tahu tentang apa yang sudah Dennis alami semalam penuh!”
“Tapi aku sudah merasa baikan kok sekarang, Cahya!”
“Oh benarkah? Lalu hari ini, kau ingin pergi ke kampus atau tidak?” tanya Cahya.
“Tentu saja aku ingin pergi.”
“Tapi kau kan belum sembuuuuhhh!!”
“Eh? Tidak apa-apa. Aku bilang kan, aku sudah merasa baikan, kok! Nanti seperti biasa, kita akan mampir ke Cafenya si Viro. Di sana aku bisa meminum susu untuk menambah semangat.” Jelas Dennis.
Cahya mengangguk paham. “Hmm… okelah kalau begitu. Semoga kau selalu diberi kesehatan, ya, Dennis?”
“Amiin.” Dennis mengangguk. Ia kembali mengelus si kucing hitam, lalu bertanya, “Oh! Apa Ibu dan Ayah sudah tau kejadian yang aku alami?”
Cahya dan Akihiro terdiam. Lalu tak lama kemudian, Cahya menjawabnya. “Mereka hanya tahu kalau kau pingsan karena… terjatuh dari atas tempat tidur lalu membentur wajahmu sendiri ke meja. Ah, gitulah.”
“Eh? Siapa yang mengarangnya? Apa mereka percaya?”
“Tentu saja mereka percaya!” Akihiro menjawabnya. “Aku yang mengarangnya untuk membuat alasan. Kalau mereka tahu kau diserang makhluk halus, maka mereka akan cemas. Kau tidak mau hal itu terjadi, kan?”
“Iya, sih… terima kasih untuk bantuan kalian, ya?” Dennis tersenyum.
“Iya, tidak masalah. Kau kan sahabat kami.”
****
“Aku berangkat, ya, Lino?” Rei membuka pintu rumahnya setelah ia memakai sepatu. Memberi salam pada adiknya sebelum pergi, lalu menutup pintunya lagi.
Ia tidak terlihat seperti ingin bekerja. Penamplian berpakaiannya selalu sederhana dan terlihat seperti penduduk biasa saja. Karena ia tidak ingin pekerjaannya diketahui orang lain yang tidak ia kenal.
Sebelum jalan, ia memasang earphone yang sudah tersambung dengan ponselnya di saku. Setelah itu Rei baru jalan. Ia berlari-lari kecil seperti sedang jogging di pagi hari. Padahal sebenarnya sekarang sudah jam 10 pagi yang menjelang siang.
Sekarang tujuannya hari ini ingin memeriksa tempat kejadian kematian misterius itu terjadi. Tentu saja ia ingin menyelidiki tempat di sekitar rumah tua. Tapi nanti dulu. Dia ingin pergi ke rumah tua itu saat menjelang malam. Karena suasananya lebih berbeda jika waktu itu dan akan mempermudah Rei untuk melihat kejadian janggal di dekat rumah.
Jadi hari saat ini ia ingin menetap di kantor polisi untuk sementara bersama dengan teman wanitanya yang bernama Alicia. Di sana mereka bisa berdiskusi bersama tentang kasus yang sedang mereka kerjakan.
****
Saat sampai di depan kantor, Rei mematikan musik di ponselnya, lalu membuka pintu. Tapi setelah membuka pintu, ia sedikit terkejut karena wanita itu sudah menampakkan dirinya di depan pintu.
“Oh, Rei? Selamat pagi!” Alicia menyapa.
“Pagi. Kau mau ke mana?” Rei bertanya dengan tampang biasanya.
“Ah, aku disuruh berpatroli hari ini sama si bapak kepala.” Wajahnya sedikit mendekat ke Rei untuk membisikkan sesuatu. “Kau tahu? Pagi ini Pak Kepala sedang tidak mood. Entah kenapa dia emosian hari ini.”
“Oh… oke.”
“Hei, kalau kau mau ikut denganku tidak apa-apa. Malah bagus. Aku jadi ada teman!” Alicia mengajak Rei untuk ikut berpatroli dengannya.
Namun sebelum menjawab, Rei harus memilih dulu. Sebenarnya dia ingin menyimpan energinya dengan berdiam diri di dalam kantor polisi. Tapi setelah ia melihat Kepala Polisi di dalam sana sedang dalam keadaan yang tidak menyenangkan, Rei akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Alicia saja.
“Hah… jika di dalam sana aku tetap disuruh-suruh, sama aja bohong.” Rei bergumam dalam hati. Setelah itu ia kembali melirik Alicia dan memberitahu keputusannya. “Aku ikut denganmu saja, deh!”
“Oke!” Alicia menunjukkan jempolnya untuk Rei. “Baguslah. Sekarang ayo! Kita naik mobil!”
“Iya, iya.”
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nene
pendekatan antara Rei dan Alicia
2020-10-10
1
saya siapa??
kenapa Dennis ga mati aj? :v
2020-09-26
2
Ano-kun
Loh ada nama kambeng :v
2020-09-16
1