“Ayolah, jawab! Keburu malam ini. Kami boleh pergi atau tidak?”
“Ya… sebenarnya kalian tetap tidak boleh masuk. Tapi karena kalian terlalu memaksa sih terserah aja masuk. Tapi kalau ada masalah, jangan minta pertolongan. Itu tanggung jawab kalian sendiri. Kalian sudah aku peringatkan saja!”
Jadi Rei akan membiarkan mereka. Jawabannya adalah terserah. Setelah menjawabnya, Rei berjalan mendekati garis kuning lalu melangkahinya untuk melewatinya. Ia sekarang ingin pergi ke rumah tua itu.
Kemudian semua teman-temannya Dennis pun mengikuti Rei. Mereka akan jaga sikap dan gaya bicara mereka jika berada di tempat yang terlarang. Mereka juga sudah janji hanya ingin melihat-lihat sekeliling bangunan saja setelah itu pulang.
Dennis, Akihiro dan Cahya juga mendekati Rei. Mereka melewati perkumpulan teman sekelasnya untuk menghampiri Rei.
Dennis yang sudah berjalan di sampingnya itu bertanya dengan berbisik, “Kak Rei? Kenapa kak Rei membiarkan teman-temanku untuk masuk? Katanya terlalu berbahaya.”
“Itu terserah mereka sendiri. Mereka saja yang ambil resikonya jika terjadi sesautu.”
“Tapi perasaanku mengatakan kalau mereka tidak boleh pergi ke sana.”
“Hmm….”
“Eh?” Dennis dan Rei tersentak. Tiba-tiba saja Cahya yang ada di samping mengejutkan mereka. Saat dilihat, Cahya sedang menyentuh kedua kepalanya dan merintih. Dennis yang cemas langsung menyentuh tubuhnya dan bertanya keadaanya.
“Cahya, kau baik-baik saja?”
Cahya menggeleng. Ia kembali berdiri tegak dan menurunkan kedua tangannya lalu menoleh ke Dennis. “Aku tidak baik, Dennis. Aku… aku merasakan sesautu yang aneh di sekitar sini.”
“Hah? Memangnya ada masalah apa? Apa kau sakit?”
Cahya menggeleng lagi. “Tidak. Aku baik-baik saja. Tapi… tadi aku sempat melihat ada sesuatu yang mengerikan dari balik pintu utama rumah tua itu.”
“Hah? Apa maksudmu? Melihat di… mana?”
“Dalam kepalaku tiba-tiba muncul gambaran mengerikan seperti itu. Dan… kita harus pergi dari sini. Hari ini akan ada dua orang yang mati di dekat rumah tua itu, Dennis!”
“Apa? Bagaimana kau tahu?”
“Entahlah. Aku punya firasat yang tidak enak. Aku takut.”
Dennis jadi mencemaskan Cahya. Ia percaya padanya. Sekarang Dennis kembali menengok ke Rei untuk bicara padanya. “Kak Rei, Cahya punya perasaan yang tidak enak gitu. Tiba-tiba muncul dan dia bilang… jika kita tidak pergi, akan ada dua orang yang mati hari ini!”
Rei terkejut mendengarnya. Sebenarnya mereka sudah sampai di depan gerbang berkarat rumah itu, tapi setelah mendengar perkataan Dennis, Rei menghentikan pergerakannya untuk menyentuh dan membuka pintu gerbangnya.
Kemudian ia sedikit menyingkir dari pintu gerbang, lalu kedua lelaki dari teman Dennis yang akan membuka pintu gerbangnya.
Setelah terbuka, mereka semua pun masuk dan melihat-lihat sekitar. Tapi tidak dengan kelompoknya Dennis. Rei sendiri menarik tangan Dennis untuk ke suatu tempat. Rei ingin membicarakan tentang kebenaran dari perkataan Dennis tadi.
“Kau jangan bercanda, Dennis!” tegas Rei. Ternyata ia masih belum sepenuhnya mempercayai peringatan Dennis yang ia dapat dari Cahya tadi.
“Tidak Kak Rei! Aku serius. Ini… perkataan dari Cahya sendiri! Aku percaya padanya.”
“Lalu… siapa dua orang itu yang akan mati?” tanya Rei lagi.
“Aku tidak tahu. Cahya tidak bilang apapun.”
“Oi! Oi! Oi! Kalian berdua sedang apa di sana?” Tiba-tiba Akihiro berteriak dari depan gerbang. Ia menyeru Dennis dan Rei yang sedang bicara. Ada Cahya juga di samping Akihiro. Di mata Dennis, Cahya terlihat tidak sehat. Ia kelihatan ketakutan.
“Kalau memang firasatnya itu benar, aku akan melindungi Cahya. Semoga saja bukan diantara kami atau teman-temanku yang akan mati. Ah, tidak! Lebih baik tidak usah ada yang mati. Semoga saja!” Harapan Dennis dalam hati.
Dennis yang terdiam karena sedang berpikir, tiba-tiba saja dikejutkan dengan suara Rei yang kembali bicara dengannya.
“Okelah. Aku percaya. Tapi sekarang, kita lihat, apakah firasat Cahya itu benar atau tidak.”
“Baiklah, Kak Rei.”
****
Dennis dan Rei kembali ke Akihiro dan Cahya. Sekarang Dennis akan selalu berada di dekat Cahya untuk melindunginya. Ia tidak mau Cahya kenapa-napa. Ia juga sudah memperingati Cahya untuk selalu dekat dengannya.
Lalu setelah itu, Rei memisahkan diri. Ia sendirian akan pergi ke tempat lain dalam lingkungan yang terkutuk itu.
Setelah masuk melewati gerbang, seketika hawanya jadi berbeda. Jadi terasa hangat. Padahal matahari sebentar lagi akan terbenam. Langit sudah mulai gelap dan di langit terdapat awan hitam yang besar. Seketika jadi terlihat mendung langitnya.
“Apakah… akan turun hujan malam ini?” gumam Dennis.
Setelah menatap langit, Dennis kembali menurunkan kepalanya dan kembali menatap Cahya. Tapi ia melihat sosok wajah si anak kecil yang menyeramkan itu tiba-tiba muncul di belakang Cahya. Dennis bisa melihatnya dari bahu Cahya.
Dengan cepat, Dennis menarik dan memeluk Cahya untuk melindunginya. Ia khawatir hantu anak kecil itu muncul membawa pertanda buruk pada orang di sekitarnya. Dennis tidak mau nasib sial menimpa Cahya.
“A–apa yang ingin kau lakukan di sini?!” Dennis tiba-tiba saja membentak. Seketika semua mata langsung tertuju padanya. Cahya yang terkejut dengan suara Dennis pun bertanya, “Dennis, ada apa?”
Dennis tidak menjawab. Ia hanya melirik ke Cahya untuk beberapa detik, lalu kembali melihat sosok yang berdiri di depannya. Tapi ternyata saat Dennis melihatnya lagi, hantu itu telah menghilang entah ke mana. Dennis jadi bingung dengan hilangnya makhluk menyeramkan itu.
“Dennis?”
Cahya memanggilnya lagi. Dennis langsung menatapnya kembali dan menjawab. “Eh? Tidak ada apa-apa.” Ia melepaskan pelukannya dan membiarkan Cahya kembali bernapas lega.
“Yakin kau baik-baik saja?”
“I–iya, hehe… tidak usah khawatir.” Dennis tertawa kecil lalu memainkan ujung rambutnya. “Aku hanya… ah sebenarnya aku melihat sesuatu tadi.”
Dennis tidak bisa berbohong dari Cahya. Jadi ia memberitahu apa yang ia lihat tadi. Tapi Ia mengecilkan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain.
“Apa… kau melihat hantu itu di sini?” bisik Cahya.
Dennis hanya mengangguk kaku.
“Hmm… semoga dia tidak mengganggu kita saat ini.”
“I–iya… aku pikir tadi… mungkin saja dia hanya muncul sebentar saja. Ah, kenapa aku tidak bisa melihat dia di dunia nyataaaa?” Cahya menggerutu kesal.
Dennis hanya tertawa kecil dan mencoba untuk menenangkannya. Tapi kalau menurut Dennis, Cahya itu beruntung karena tidak bisa melihatnya. Karena hantu itu tidak bisa dibilang sebagai anak kecil biasa yang terlihat imut. Dia benar-benar...
Menyeramkan.
“Dennis… jadi kau melihatnya lagi ya di sini.” Dari lain tempat, Rei bergumam dengan lirikan matanya menatap Dennis dan Cahya. Ia juga melihat Akihiro yang sedang berkumpul dengan teman perempuannya.
Lalu beberapa anak lainnya bersikap tenang di dekat bangunan. Mereka hanya melihat-lihat. Rei pikir, penghuninya tidak akan merasa terganggu.
Rei memeriksa jam tangannya. 5 menit lagi, mereka semua harus segera pulang ke rumah masing-masing. Rei akan memberitahu yang lainnya untuk segera pergi dari lingkungan berbahaya itu. Tapi nanti dulu. Saat ini ia sedang memeriksa tempat terakhir kematian teman Akihiro yang bernama Kiki itu.
Sebelumnya, kematian si Kiki adalah terjatuh dari atap bangunan dan mendarat dengan kepala yang membentur sebuah batu besar.
Saat ini, batu tersebut masih ada bekas bercak darahnya. Di samping batu terdapat rumput liar dan tembok bangunan yang temboknya sudah berlumut.
Lalu dibalik lumut itu, Rei menemukan sesuatu. Sebuah gambar yang dibuat dengan kapur. Gambar yang tertempel di tembok itu.
Ia menarik lumut yang menempel untuk melihat dengan jelas gambaran tersebut. Tapi ternyata sebagian kapurnya telah menghilang.
Yang Rei lihat dari gambar itu hanya seorang anak kecil yang sedang memegang tali. Tali yang mengarah ke gambaran yang telah terhapus. Terlihat seperti anak kecil tersebut sedang menarik benda atau makhluk lain menggunakan tali yang digunakannya.
Benar-benar gambar yang aneh. Tapi gambar itu telah menarik perhatian Rei. Ia menemukan satu petunjuk. Agar tidak kehilangan, Rei pun memotretnya dan menyimpan gambar tersebut. Sekarang ia ingin mencaritahu apa yang dibawa si anak kecil dalam gambaran kartun itu.
Kemudian ada sebuah gambar kartun yang ditulis dengan kapur lagi. Tapi sayangnya gambar tersebut telah pudar dan terlihat tidak jelas karena sudah tertutupi cipratan darah yang sudah mongering.
“Hah… sepertinya aku kehilangan banyak gambar yang penting, ya?” Rei bergumam. “Walau hanya gambaran anak kecil, tapi bisa menjadi petunjuk untuk aku mengetahui si hantu anak lelaki itu. Oh ya ngomong-ngomong… anak kecil di sini juga seperti laki-laki. Apakah… hantu itu yang menggambarnya?”
Rei kembali berdiri dan memperhatikan ke sekeliling. Ada dua bangunan di lingkungan itu. Yang satu bangunan yang paling besar seperti rumah utama berlantai empat. Terlihat seperti sekolahan. Tapi kalau dianggap rumah, sepertinya terlalu besar. Dulunya mungkin rumah yang sangat mewah.
Lalu di samping rumah ada bangunan kecil yang berbentuk seperti persegi panjang. Mungkin itu adalah garasi yang muat untuk dua mobil. Tapi sebenarnya, bangunan kecil itu telah hancur pada bagian atap. Terlihat hancur akibat ledakan. Sekitarnya juga gosong dan telah menjadi abu.
“Sepertinya benar info yang aku dapat dari gosipan orang. Rumah ini memang hancur karena kebakaran besar. Tapi ajaibnya, bangunannya tidak runtuh dan masih berdiri kokoh. Hanya saja sudah terlihat tidak terawat."
"Info lainnya, satu keluarga tewas mengenaskan karena insiden tersebut. Hmm… mungkin saja hantu anak kecil itu adalah salah satu korban yang meninggal? Dan dulu… rumah ini adalah rumah miliknya. Jadi dia bergentayangan di sini.” Rei mulai dengan pemikirannya.
“Tapi… orang bilang juga, kejadian di rumah ini sudah lama. Tapinya lagi… kenapa si hantu anak kecil itu masih bergentayangan untuk mencari korban. Banyak juga laporan orang hilang dan saat ditemukan, mayat mereka sudah ada di tempat ini. Apa hantu itu yang membujuk mereka-mereka untuk tersesat di hutan dan membawanya ke rumahnya untuk dibunuh. Tapi… apa masalah dari hantu itu dan tujuannya apa? Kenapa dia membunuh mereka semua? Ini agak sulit juga.”
“Sekarang aku tahu pelakunya siapa. Semua ini terjadi karena hal mistis yang terjadi di sini. Tapi tidak mungkin aku memberitahu pelaku yang sebenarnya. Mereka bisa tidak percaya. Sepertinya aku harus mencari bukti lain.”
“Oh ya, ngomong-ngomong soal gambaran di dinding ini… sepertinya hantu anak kecil itulah yang menggambarnya saat ia masih hidup. Lalu… sesuatu yang ia tarik itu… bisa saja anjing peliharaannya atau hewan lain yang ia sukai. Tapi kalau dia memelihara anjing, seharusnya ada kandang anjing di sini. Tapi tidak ada bekas. Ini aneh.”
“Oh, mungkin saja bukan anjing. Tapi bisa jadi juga kandangnya telah habis dilahap api. Tapi… kalau keluarga ini punya anjing, kenapa aku tidak pernah mendengar tentang anjing itu dari gosipan orang-orang, ya? Hmm… mungkin anjingnya tidak terkenal. Eh, bisa saja dia tidak punya anjing. Hmm… mungkin gambaran lainnya. Teman khayalannya mungkin?”
“Ah, bagaimana cara mengetahui lanjutan gambar ini, ya?”
“Tapi aku juga belum pernah masuk ke dalam rumah sebesar ini. Kira-kira aku bisa menemukan bukti lain di dalamnya. Ah, tapi itu tidak mungkin. Benda-benda di dalamnya pasti telah habis dilahap api juga. Hah… ini pertama kalinya aku menangani kasus yang sulit. Memang sulit sih kalau ada hubungannya sama kejadian aneh begini. Apalagi hubungannya sama hantu-hantu.”
“Kalau saja ada Yuni, dia mungkin bisa membantuku. Dia lumayan hebat kalau soal seperti ini. Tapi sayangnya, aku tidak memiliki parter kerja yang berkemampuan sama sepertiku, sih.”
“Oh, mungkin saja ada beberapa gambar lagi di tembok lainnya. Aku akan–“
“KYAAAAAA!!”
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
cuss bacaa jan lupa tinggalkan jejaakk🤗
tkan prfil q aja yaa😍
vielen danke😘
2020-10-16
1
Nene
SHUT UP YOU F***
2020-09-22
1
Ano-kun
kyaaa ngapa tuh 🗿🗿🗿
2020-09-21
1